💜 Kebenaran

4.3K 213 5
                                    

Akhirnya mereka sampai di depan rumah Revano. Adnan mematikan mobilnya, lalu menoleh ke arah Alana.

"Aku akan menunggumu disini. Buktikan saja sendiri jika kau tidak percaya." ucap Adnan memasang earphone di telinganya, melipat kedua tangannya, lalu menyenderkan kepalanya di kursi mobil.

"Tentu, aku tidak percaya dengan pria sepertimu."

"Aku tunggu janjimu Alana. Bersiaplah malam ini." ucap Adnan sambil tersenyum.

Alana segera keluar dari mobil itu, dia akan membuktikan sendiri jika kekasihnya tidak seperti yang Adnan katakan. Alana melangkah ke arah rumah itu. Namun, kenapa janggal? Pintunya tidak dikunci. Biasanya pria itu selalu mengunci pintunya.

Alana langsung memasuki rumah itu.
Dia heran melihat rumah ini sangat kacau dan berantakan. Apa yang terjadi disini?

"Revano kau dimana?" teriak Alana, dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan pria itu.

Alana masuk lebih dalam menjelajahi rumah besar itu. Namun, dia melihat seorang wanita hamil menangis terisak, sambil memasukkan bajunya ke dalam koper.

"Siapa kau? Kenapa kau ada di rumah kekasihku?" tanya Alana kepada wanita itu.

"Jadi kau wanita itu? Sudah puas kau merebut suamiku?!"

"Suami?" tanya Alana bingung.

"Gara- gara dirimu rumah tanggaku hancur!"

"Kau wanita brengsek! Penghancur rumah tangga orang! Kenapa menggoda suamiku hah?! Apa tidak ada pria lain lagi disana?" maki wanita itu.

Alana terdiam mendengar hal itu, jadi apa yang dikatakan Adnan itu benar? Tapi kenapa Revano berbohong kepadanya?

"Tega sekali kau menghancurkan rumah tanggaku! Bagaimana dengan nasib anakku nantinya? Dia juga perlu kasih sayang ayahnya. Kau juga seorang ibu kan? Kenapa kau egois memikirkan dirimu sendiri!"

Alana tidak bisa berkata apapun saat ini. Dia tidak tahu jika kekasihnya itu sudah memiliki istri.

"Kenapa kau diam? Jawab aku!" pekik wanita itu.

Terlihat seorang pria keluar dari kamarnya. Dia terkejut melihat Alana ada disini.

"Alana kau,-- kenapa disini?" tanyanya gugup.

Plak!

Alana menampar keras pipi pria itu.

"Aku tidak percaya ini Revano, berani sekali kau berbohong kepadaku?"

"Alana, aku akan menjelaskan semuanya. Aku dijodohkan oleh keluargaku, aku tidak mencintai wanita ini, dan aku tidak sengaja menidurinya karena mabuk saat itu. Aku akan menceraikannya sekarang, kau tenang saja. Dia tidak akan menganggu hubungan kita lagi."

Alana terdiam mendengar penjelasan kekasihnya itu.

"Kenapa kau belum pergi hah?! Kau juga belum menandatangani surat cerai ini? Cepat tanda tangani!" bentak Revano kasar kepada istrinya itu.

Plak!

Alana kembali menampar pria itu.

"Sadarlah Revano! Dia sedang mengandung anakmu, dan kau membentaknya seperti itu?"

"Alana, dia hanya penganggu di hubungan kita, aku akan segera menyingkirkannya."

"Aku tidak akan pernah menikah dengan bajingan sepertimu!"

"Apa kau tahu? Bagaimana rasanya hamil tanpa suami? Kau tidak tahu bagaimana rasanya berjuang sendirian. Memang, pria tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menahan sakit saat melahirkan seorang anak. Terlebih lagi, jika tidak ada seorang suami yang menemaninya" ucap Alana mengingat masa kelamnya.

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang