💜 Buruk

2.6K 151 7
                                    

Seminggu kemudian.

Hari- hari terus berlalu, kejadian itu sudah tepat hampir seminggu. Tak ada tanda-tanda pria itu akan tersadar. Alana mengenggam erat tangan suaminya, berharap pria yang dia cintai ini bisa tersadar kembali.

"Adnan, bangunlah. Kenapa kau menghukumku seperti ini hah?" ucap wanita itu. Tanpa disadari buliran bening membasahi pipinya.

"Hiks...hiks.., Adnan bangunlah." isak Alana memohon.

"Apa kau tidak merindukan putramu? Bangunlah, jangan menghukumku seperti ini." pinta wanita itu lagi.

Alana menatap pria dihadapannya, percuma saja dirinya memohon, hasilnya nihil, tak ada tanda-tanda pria itu terbangun. Alana menghapus air matanya, menatap pria yang terbaring dihadapannya. Pria itu masih terdiam tak ada keajaiban sedikitpun.

Tok, tok, tok.

Pintu ruangan itu diketuk tiga kali.
Terlihat seorang dokter masuk kedalam ruangan itu.

"Dok, kenapa suamiku belum tersadar? Padahal dia hanya mengalami luka tembakan." tanya Alana.

Dokter itu menundukkan kepalanya.
"Maafkan kami nyonya, kami seharusnya tidak mengatakan ini kepada Anda." ucapnya terdengar sendu.

"Apa yang terjadi dok?" tanya Alana penasaran. "Apa yang terjadi dengan suamiku?"

"Luka tembakan itu memperparah luka yang dialami tuan Adnan. Bukankah dia pernah mengalami kecelakaan parah sebelum ini?" 

Alana hanya mengangguk. Memang, itu benar terjadi, Adnan pernah mengalami kecelakaan tragis waktu itu.

"Luka yang dialaminya dulu belum begitu pilih, dan sekarang luka tembakan ini semakin memperparah luka yang sebelumnya." jelas dokter itu.

"Dok, aku mohon, lakukan yang terbaik untuk suamiku. Lakukan apa saja agar keadaannya membaik."

Dokter itu mengangguk, "Kami menyarankan agar tuan Adnan untuk melakukan perawatan di luar negeri. Kemungkinan, disana akan lebih mudah untuk pengobatannya."

"Lakukan apa saja dok, aku ingin suamiku pulih kembali." sahut Alana  menyetujuinya. 

Alana menatap pria yang terbaring di barnkarnya, dia hanya ingin yang terbaik untuk suaminya itu.

💜💜💜

Alana melangkahkan kakinya memasuki rumahnya, terlihat dua orang pria paruh baya yang sedang berbicara serius disana.

"Alana," panggil ayah mertuanya.

Alana segera mendekat kearah mereka.

"Alana, aku akan membawa Adnan keluar negeri. Kami berencana akan mengobatinya disana." kata Aneth, ayah mertuanya. 

Alana mengangguk menyetujuinya. "Iya ayah mertuanya, lakukan yang terbaik untuknya." sahut Alana.

"Kami berencana akan berangkat besok pagi."

"Besok pagi?" 

"Iya, kita tidak punya banyak waktu lagi. Jika dibiarkan, itu akan semakin memperburuk keadaannya." jelas Aneth.

"Baiklah, akan akan bersiap ikut kesana juga." sahut Alana.

"Tidak Alana, kau tidak boleh pergi, tetap disini dan temani Aleo." cegah Bryant kepada putrinya itu.

"Tapi ayah, kau menyuruhku meninggalkan suamiku?"

"Alana, ayahmu benar, putramu lebih membutuhkanmu saat ini. Aku akan sering mengabarimu nantinya."

"Tapi ayah mertua..."

"Kau tetap disini ya," pinta pria paruh baya itu.

Alana menggeleng, "Tidak, aku tidak bisa, aku tidak bisa meninggalkan Adnan begitu saja dalam keadaan seperti ini."

Aneth menatap kearah Bryant, memberikan kode agar menasehati putrinya itu.

"Alana, ayo ikut ayah."

Alana mengikuti ayahnya memasuki kamarnya. Pria paruh baya itu mulai menjelaskan semuanya kepada putrinya itu.

"Tuan Aneth sudah berjanji, dia akan menjaga Adnan disana, kau tidak usah khawatir ya. Biar mereka saja yang pergi kesana."

"Tapi ayah...Kenapa kau melarangku? Adnan sudah menjadi suamiku sekarang. Jadi aku harus ikut dengan mereka."

"Alana, pahami keadaanmu sekarang. Putramu lebih membutuhkanmu disini, ayah yakin mereka akan pulang secepatnya."

"Tolong, jangan pergi. Kau harus tetap tinggal disini."

"Ayah mohon Alana." pinta ayahnya memohon.

Dengan segala pertimbangan Alana akhirnya mengurungkan niatnya.

"Baiklah, aku akan tetap disini." sahut Alana pasrah.

Bryant tersenyum senang mendengar jawaban yang terlontar dari bibir putrinya itu. Dia langsung memeluk Alana.

"Ayah yakin, Adnan akan pulih secepatnya."

💜💜💜

Keesokan harinya.

Hari ini adalah keberangkatan mereka. Alana melihat pria yang dicintainya akan meninggalkannya untuk berobat ke luar negeri. Beberapa dokter dan suster membawa Adnan memasuki pesawat pribadi yang mereka tumpangi.

"Kami akan sering- sering mengabarimu sayang." ucap Aneth ayah mertuanya.

"Bryant, tolong jaga menantuku dan cucuku."

Bryant mengangguk memeluk besannya itu.

"Jaga dirimu disana." ucapnya khawatir.

Aneth hanya tersenyum, "Baik kami pergi sekarang."

Mereka segera memasuki pesawat itu, kini hanya meninggalkan Alana dan ayahnya.

"Hiks..hiks.., ayah." Alana menangis terisak memeluk ayahnya, sungguh cobaan yang berat baginya, harus berpisah dengan suaminya begitu saja. 

"Alana, kau sabar ya nak, ayah yakin Adnan akan baik-baik saja." 

Alana hanya mengangguk, kini dia hanya bisa pasrah dan berdoa, semoga kesehatan suaminya pulih kembali. 

Bersambung....

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang