💜After

4.4K 238 12
                                    

Cahaya mentari menembus celah fentilasi, menyinari wajah wanita cantik yang sedang tertidur pulas. Perlahan, Alana mulai mengerjapkan matanya, menyadari kini tubuhnya polos tanpa sehelai benangpun. Wanita itu mengingat kejadian semalam, sungguh dirinya sangat kotor sekarang.

"Kau sudah bangun?" tanya Adnan menatapnya sinis.

Alana langsung menutupi tubuhnya dengan selimut, melihat bajunya berserakan dilantai.

"Bagaimana kemarin malam? Aku rasa kau sangat menikmatinya Jalang" ucap Adnan menekankan kata jalang.

"Berani-beraninya kau mengatakan itu padaku! Kau adalah pria brengsek yang pernah kutemui Adnan!" pekik Alana.

Adnan tertawa mendengar itu, "Memang, Aku memang brengsek, itulah kebenarannya. Bukankah orang baik bisa berubah jahat jika orang yang disayanginya meninggal?"

"Ayahmu telah membunuh ibuku, jadi aku harus balas dendam kepadamu." sahutnya santai.

"Kenapa harus kepadaku hah?! Balas dendam saja kepada pembunuh itu, aku bukan putrinya lagi." pekik Alana melawannya.

"Benarkah?" Adnan mendekat kearah wanita itu, "Tapi sangat senang rasanya bisa balas dendam denganmu, kau harus lebih menderita dari apa yang aku rasakan."

Alana menatap sinis pria itu. Sungguh,dia tidak percaya, Adnan berubah seratus persen sekarang.

"Kenapa kau diam? Cepat bereskan semua barangmu, lalu pergi dari sini!" usir pria itu.

Alana segera turun dari ranjang, dia juga tidak ingin berlama-lama ditempat ini.

"Arkh!" rintih wanita itu kesakitan. Sungguh, rasanya sangat perih, dia tidak bisa berjalan saat ini.

"Cepat bangun!"

"Sakit sekali."

"Apa aku harus menyeretmu hah?!" bentak pria itu.

"Aku tidak bisa berjalan, sakit, hiks..hiks" ucap Alana menangis terisak.

Memang, pria brengsek itu yang melakukan hal ini pertama kali kepadanya. Alana tidak pernah merasakan perih seperti ini.

"Jangan manja! Kau kira aku peduli?!"

"Hiks..hiks..,Sakit!" Alana menangis terisak merintih kesakitan, wanita itu mencoba menyeret tubuhnya agar bisa keluar dari ruangan itu.

Tanpa basa- basi, Adnan langsung menggendong wanita itu.

"Lepaskan! Apa yang kau lakukan?!"

Adnan menggendong wanita itu ke kamar mandinya, membuka selimut yang digunakan Alana. Lalu, merebahkan tubuh wanita itu di bathtub yang berisi air hangat.

Refleks Alana langsung menutup kedua aset berharganya miliknya.

"Tidak usah ditutupi seperti itu, lagipula aku sudah puas melihatnya." ucap pria itu dengan senyuman smiriknya.

"Dasar pria brengsek!"

Adnan memutar bola matanya. Memang, wanita itu terus mengumpatnya dari tadi.

"Berendamlah sebentar, nanti rasa sakitnya akan berkurang."

"Setelah itu pergilah dari sini!" ucap Adnan keluar dari kamar mandi.

Alana menangis terisak, kenapa hidupnya harus begini? Awalnya Alana mengira Adnan adalah pria baik, ternyata pria itu menghancurkan hidupnya.

🔹🔹🔹

Beberapa jam kemudian...

Alana bercermin melihat bekas kemerahan dilehernya, sungguh, pria brengsek itu meninggalkan bekas banyak tanda pada tubuhnya. Memang sangat brengsek! Dia sudah mengambil hal yang paling berharga untuk suaminya kelak.

Alana berjalan tertatih- tatih keluar dari kamar itu, dan terlihat kopernya sudah berada diluar apartemen.

"Pergilah dari sini! Ini uang untuk bayaranmu semalam." Adnan melempar amplop coklat kehadapan wanita itu.

Alana mengambil uang itu, langsung membukanya, melihat uang yang sangat banyak, ternyata begini harga seorang wanita bagi Adnan.

"Kau kira aku membutuhkan uangmu?" tanya wanita itu mendekat kearah Adnan, "Aku tidak butuh uangmu sama sekali!" Alana melemparkan uangnya kewajah pria itu. Sehingga uangnya berhamburan di lantai.

"Uangmu tidak akan bisa membeli tubuhku! Aku bukan wanita murahan seperti yang kau kira, aku masih punya harga diri!" pekik wanita itu kesal.

"Benarkah?" tanya Adnan terdengar meremehkannya.

"Anggap saja kemarin kau menang" ucap Alana tersenyum sinis. "Tapi lihat saja nanti. Aku yakin, kau akan mendapatkan balasannya. Aku harap tidak ada satupun wanita yang akan menikah denganmu nantinya!"

"Pria bejat sepertimu tidak pantas untuk wanita manapun!"

"Diam! Berani sekali kau mengatakan itu? Apa kau tidak takut aku menghancurkan hidupmu?"

"Takut?" Alana tertawa mendengarnya. "Aku tidak takut dengan pria bajingan sepertimu, kau akan menyesal Adnan telah melakukan ini kepadaku!"

"Menyesal?" ucapnya terdengar remeh.

"Terimakasih telah menghancurkan hidupku, aku harap hidupmu lebih hancur dariku nantinya."

Alana keluar dari apartemennya menutup pintunya keras.

"Dasar wanita sialan! Berani- beraninya dia mengatakan itu kepadaku! Lihat saja, nanti dia yang akan berlutut dihadapanku."

Adnan memasuki kamarnya, sangatlah berantakan, bajunya berserakan dilantai. Dia segera merapikan tempat tidurnya, terlihat noda sebercak darah disana.

"Lihatlah Adnan, kau yang melakukannya pertama kalinya, sangat hebat." ucapnya bangga, dengan apa yang dilakukannya kemarin.

Adnan mengambil bajunya, dan merasakan sesuatu disana. Dia melihat sekotak pengaman yang diberikan oleh ayahnya.

"Kau harus menggunakan ini nanti, jangan biarkan dia sampai hamil anakmu" pesan ayahnya.

Sialnya, Adnan lupa memakai itu kemarin, dia langsung menaruh benda itu didalam lacinya. Mana mungkin akan hamil jika melakukannya sekali saja, itu tidak mungkin.

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang