💜 Keputusan

3.4K 255 1
                                    

Alana terdiam mematung dengan apa yang dikatakan pria itu. Apa dia tidak salah mendengarnya? Adnan ingin menikahinya?

"Aku akan berangkat sekarang, jaga dirimu baik-baik" ucap pria itu sambil tersenyum.

Alana masih terdiam, dia tidak tahu harus mengatakan apa. Terlihat mobil Adnan melaju ke arah jalanan, meninggalkan wanita itu sendirian di rumah.

"Apa yang Adnan katakan tadi?" tanyanya bingung, "Dia ingin menikahiku?"

"Huh, aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya saat ini" ucap wanita itu menenangkan dirinya.

Alana beranjak ke kamarnya. Namun, melihat pintu kamar Adnan masih terbuka. Dia segera mendekat ke kamar itu, terlihat sebuah laptop yang berada disana. Inilah kesempatannya, kemungkinan dia bisa mencari informasi untuk mendapatkan pekerjaan dari sana.

Alana membuka laptop itu, dia ingin mencari pekerjaan dengan minimal pendidikannya saat ini. Memang, dia hanya wanita lulusan SMA, jadi kemungkinan akan sulit mendapatkan pekerjaan.

Setelah beberapa menit mencari, pandangannya teralih dengan sebuah situs web toko kue, yang membuka lowongan sebagai penjaga toko disana, dengan minimal pendidikan lulus SMA/SMK. Jaraknya juga tidak begitu jauh dari apartemen Adnan, dan gaji yang cukup memuaskan. Alana segera mencari semua informasi tentang pekerjaan itu.

"Apa? Hari ini terakhir di wawancara?! Bagaimana ini?" ucapnya terkejut. Bahkan dia tidak ada persiapan sedikitpun.

Alana menuliskan alamat toko itu, dia bergegas kesana sekarang. Semoga saja toko itu menerimanya, dia harus mendapatkan pekerjaan dengan cepat, agar tidak merepotkan Adnan lagi.

Terlihat Alana berjalan kaki ke toko itu, dia terus bertanya kepada beberapa orang di sepanjang perjalan, agar dirinya tidak tersesat. Namun, terlihat seorang pria tampan yang tampak dikenalnya berdiri di depan restoran, tidak jauh dari toko itu.

"Adnan?!" ucap Alana terkejut, melihat pria itu berdiri di depan restoran, yang jaraknya hanya beberapa meter darinya. Wanita itu segera bersembunyi agar Adnan tidak melihatnya.

Alana mengintip, apakah Adnan masih di tempat itu atau tidak? Namun, sekarang terlihat Adnan memeluk seorang wanita cantik yang terlihat dekat dengannya, mereka tampak serasi, seperti pasangan pada umumnya.

"Apa itu kekasihnya Adnan?" guman Alana.

Terlihat mereka memasuki mobil Adnan, dan Alana langsung keluar dari persembunyiannya.

"Jadi keputusanku benar, aku harus bekerja, agar tidak bergantung kepada Adnan lagi."

🔹🔹🔹

Adnan memasuki apartemennya melihat Alana sedang membaca sesuatu di ruangan tamu. Mungkin, Alana tidak menyadari keberadaan pria itu saat ini.

"Kau belum tidur?"

"Adnan, kau sudah pulang?" ucap Alana terkejut melihat Adnan pulang lebih cepat.

Pria itu tersenyum, "Apakah kau menungguku?"

"Ah, tidak, aku tidak sadar jika hari sudah malam." ucap Alana menutup bukunya.

Terlihat Adnan duduk di samping wanita itu, "Buku apa ini?" tanyanya membaca sampul buku itu.

"Etika menjadi karyawan yang baik? Dimana kau mendapatkan ini?" tanya pria itu.

"Adnan itu..." Alana menjeda kalimatnya.

Alana harus mengatakan sejujurnya, jika dia sudah mendapat pekerjaan. Dia tidak bisa terus bergantung kepada Adnan.

"Aku sudah mendapatkan pekerjaan di toko kue, dan aku mulai bekerja besok."

"Apa?!" kata pria itu terkejut mendengarnya.

"Adnan, aku bosan sendirian dirumah, aku juga ingin bekerja."

"Tolong izinkan aku Adnan" ucapnya penuh harap.

Pria itu terdiam sesaat memikirkan hal itu, "Baiklah, aku izinkanmu bekerja, tetapi dengan satu syarat."

"Syarat?"

"Iya, kau harus tetap tinggal disini, buatkan aku sarapan dan makan malam setiap harinya."

Alana berpikir, lagipula tidak ada salahnya dia menyetujui hal itu, "Baiklah, aku menerimanya."

Terlihat Adnan tersenyum puas, "Terimakasih Alana" ucap pria itu.

Adnan mengambil sesuatu di sampingnya, "Aku punya hadiah untukmu" terlihat Adnan memberikan paperbag untuk Alana.

"Apa ini Adnan?"

"Bukalah?"

Alana membuka paperbag itu, dan terlihat isinya handphone keluaran terbaru.

"Adnan, ini sangat mahal bukan?"

"Itu tidak seberapa Alana, gunakanlah dengan baik."

"Kau bisa menyimpan nomorku disini." Adnan mengajari bagaimana cara Alana menggunakan handphone itu.

"Begini?" tanya wanita itu.

Terlihat Adnan mengangguk melihat hal itu.

"Apa kau tidak ingin berfoto bersama denganku? Kamera ponsel ini sangat bagus."

"Benarkah?"

"Mendekatlah."

Alana mendekat ke arah Adnan, terlihat tangan pria itu menyentuh pundaknya.

"Bersiaplah, satu, dua, tiga.."

Ckrk!

"Lihatlah, hasilnya sangat bagus."

"Benarkah?"

"Ini foto pertama kita" ucap Adnan menatap foto itu sambil tersenyum.

"Terimakasih Adnan, kau memang sahabat terbaikku."

Memang, Alana hanya menganggapnya sahabat, tidak lebih dari itu.

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang