💜Janggal

2.4K 155 7
                                    

Sebulan sudah berlalu, tak ada tanda-tanda Adnan akan pulang. Entah apa yang terjadi disana, Alana tidak tahu, kini ayah mertuanya sangat jarang menghubunginya lagi.

Alana beranjak, melihat ayahnya yang kini sedang menelpon seseorang. 

"Tentu, semua pengawal sudah menjaga putriku sangat ketat. Dia tidak bisa lepas dari pengawasanku." kata ayahnya.

"Ayah, apa itu tuan Aneth? Bagaimana kabar Adnan? Apa dia baik- baik saja?" tanya Alana beruntun.

Bryant segera mematikan ponselnya. Langsung menaruhnya di saku celananya. 

"Tidak sayang, itu bukan dari tuan Aneth."

Raut wajah Alana berubah seketika. "Alana, kau harus sabar ya nak." ucap pria paruh baya itu memeluk putrinya. "Adnan pasti segera kembali."

Alana hanya mengagguk. Sungguh, dia sangat sabar menghadapi ini semua. Kenapa tuhan selalu menguji kesabarannya ini?

"Ayah, apa aku bisa menyusul mereka kesana? Sudah sebulan lebih meeka tidak mengabari kita." ucap Alana.

"Tidak Alana, kau tidak boleh kesana, kau harus tetap disini!"

"Tapi ayah, kenapa kau selalu melarangku jika ingin kesana? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Alana penasaran.

"Alana, kau harus tetap tinggal disini demi putramu itu."

"Sudahlah, kau tidur ya, ini sudah malam."

Bryant memasuki kamarnya meninggalkan putrinya itu sendiri. Alana terdiam, entah kenapa hidupnya begini sekarang? Akhir- akhir ini ayahnya selalu melarang Alana jika ingin keluar negeri. Sebulan ini juga Alana sangat dijaga ketat oleh pengawalnya, memang ini semua saran ayahnya, dia terlalu over protective kepadanya. Entah kenapa Alana merasa ayahnya berubah, apa yang dia sembunyikan darinya?

💜💜💜

Keesokan harinya. 

Alana memasuki kamar ayahnya diam- diam. Alana melihat pria paruh baya itu sedang menonton tv di ruangan tamu bersama putranya Aleo. Ini adalah kesempatan bangus untuk mencari tahu semua kebenarannya.

Alana memelankan langkahnya, mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar tersebut. Dimana ayahnya menyembunyikan ponselnya itu sekarang? Akhirnya Alana menemukan benda pipih itu berada di atas nakas, dengan cekatan wanita itu langsung mengambilnya. 

Alana duduk di tepi ranjang, diam- diam mengecek riwayat panggilan dan pesan yang masuk disana, dia juga ingin tahu tempat dimana Adnan dirawat sekarang.

Betapa terkejutnya, dia melihat riwayat panggilannya, disana terlihat ayah mertuanya hampir setiap hari menghubungi ayahnya. Tetapi, kenapa ayahnya berbohong seolah- olah tidak ada kabar dari mereka.

Alana melihat isi pesan yang dikirimkan oleh ayah mertuanya itu kepada ayahnya. 

"Tetap rahasiakan ini dari Alana, dia tidak boleh tahu hal ini."

"Tolong, jangan biarkan dia pergi sendiri. Dia tidak boleh pergi sendirian. Jika perlu, kau harus menyewa pengawal untuk melindunginya."

Alana tak percaya, ternyata mereka berbohong kepadanya, apa yang mereka rahasiakan sampai menyembunyikan hal ini kepadanya.

"Alana, apa yang kau lakukan di sana?" tanya pria paruh baya itu.

Alana langsung menaruh ponsel itu kembali.

"Tidak ayah, aku hanya mencari cincinku, dan ternyata jatuh disini." ucap Alana berbohong.

"Apa sudah ketemu?" tanya ayahnya mendekat kearahnya.

"Sudah ayah. Ternyata jatuh disana tadi," Alana mengembangkan senyumannya, seolah-olah itu benar terjadi.

"Sudahlah, temani putramu tidur, ayah rasa dia sudah mengantuk malam ini." ucap ayahnya.

Alana mengangguk, dia keluar dari kamar ayahnya. Apa yang disembunyikan ayahnya sampai mereka berbohong kepadanya. Alana segera menelpon seseorang.

"Tolong, siapkan tiket pesawatnya, aku harus pergi sekarang."

Alana mematikan ponselnya, dia akn mencari tahu apa yang mereka sembunyikan darinya.

💜💜💜

Setelah menidurkan putranya, Alana mengemasi barang-barangnya, diam- diam wanita itu menaruh semua barang bawaannya di jok mobilnya. Betapa terkejutnya, dia melihat ayahnya ada disini.

"Alana kenapa membawa barang sebanyak itu?" tanya Bryant kepada putrinya itu.

"Ah, iya ayah, aku harus ke rumah Zia sebentar. Waktu ini dia menitipkan semua ini kepadaku, dan sekarang aku ingin mengembalikannya." jelas Alana meyakinkan. Padahal, dia sedang berbohong dan memiliki rencana dibalik itu.

"Ayah, bolehkah aku keluar sebentar? Zia memintaku membawa barang ini sekarang."

"Sekarang?" tanya ayahnya.

"Tapi ini sudah malam Alana. Bagaimana jika terjadi apa-apa denganmu?"

"Tidak akan ayah, aku baik- baik saja. Bukankah pengawal ini akan selalu berada disisiku?" 

"Aku mohon ayah, izinkan aku pergi." ucap Alana dengan wajah memelas.

Bryant menghela napasnya, dia hanya mengangguk menyetujuinya.
"Pengawal, jaga putriku baik- baik. Jangan biarkan terjadi apapun dengannya."

"Baik tuan."

Alana masuk kedalam mobilnya, disana sudah ada lima pengawal yang  mengikutinya. Dia merasa hidupnya selalu dalam tekanan, privasinya terganggu, kemana mana dia pergi, pengawal ini selalu mengikutinya.

"Aku merasa sangat lapar, bisakah kita ke restoran sebentar." ucap Alana memegang perutnya.

"Tapi nyonya..."

"Tolong, antarkan aku kesana, aku lupa makan malam tadi." 

Mobil itu melaju kearah restoran yang ada di dekat sana. Alana memesankan makanan untuk pengawalnya juga.

"Aku akan memesankan untuk kalian juga. Tunggu sebentar ya."

Alana membisikkan sesuatu kepada pelayan itu, memberi sebuah benda kecil secara hati-hati.

"Tolong campurkan ini kepada minuman mereka."

"Tapi nyonya..."

"Aku mohon, bantu aku kali ini juga." Alana menyerahkan amplop coklat tebal yang isinya uang kepada pelayan restoran itu.

Pelayan itu mengangguk, mengambil obat yang diberikan wanita itu.

"Tunggulah sebentar ya, makanannya akan segera sampai." ucap Alana ramah kepada pengawal- pengawalnya.

Alana menunggu beberapa menit, akhirnya makanan itu datang. Terlihat semua pengawalnya menikmati makanan itu.

"Terimakasih nyonya, kami sangat jarang mendapatkan seperti ini." ucap salah satu dari mereka.

"Benarkah?" tanya Alana tak percaya.

"Itu benar sekali, kau wanita yang sangat baik nyonya."

Alana hanya mengembangkan senyumnya. Sekarang, dia hanya menunggu obatnya mulai beraksi.
Beberapa menit kemudian obatnya mulai bekerja, semua pengawalnya itu tertidur pulas, dengan cekatan Alana meraih kunci mobil yang ada disampingnya.

"Tolong urus mereka. Ini untukmu." kata Alana kepada pelayan itu, kembali memberikan beberapa lembar uang.

Wanita itu mematikan ponselnya, segera menunju kearah bandara.

"Maafkan aku ayah, aku harus mencari tahu, apa yang kau sembunyikan dariku."

Bersambung...

Sorry klo ceritanya gk perfect,

Thankyou udh baca cerita ini:)

Akan up lagi klo moodku bagus.

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang