💜 Harapan

3.3K 196 6
                                    

06. 00 AM.

Pagi - pagi buta, terlihat Alana menarik kopernya menuju mobil. Memang, dia akan pergi keluar negeri selama tiga hari kedepan, karena ada urusan mendadak yang harus dia tangani disana.

"Ayah jaga Aleo ya. Jangan biarkan bajingan itu menyentuhnya" pesan Alana kepada ayahnya.

"Tentu sayang, aku akan menjaga cucuku itu" sahut ayahnya sambil tersenyum.

Terlihat seorang pria seumuran dengannya menghampirinya. Siapa lagi, jika bukan kekasihnya Revano.

"Maafkan aku sayang, aku hanya bisa mengantarkanmu sampai di bandara nanti. Pekerjaanku sangat banyak hari ini. Besok aku juga harus keluar kota menemui klien" kata kekasihnya itu.

Alana tersenyum, "Tidak papa Revano. Terimakasih mau mengantarkanku hari ini"

"Ayah, aku berangkat sekarang" ucap Alana mengecup pipi pria paruh baya itu lembut. Sungguh, dia sangat menyayangi ayahnya ini.

"Hati- hati sayang" ucapnya tersenyum melihat putrinya memasuki mobil itu.

🔹🔹🔹

Bryant berkeliling berjalan- jalan di sekitar rumah putrinya itu. Betapa terkejutnya, dia melihat seorang pria tertidur di halaman belakang rumahnya. Bryant terkejut melihat pria itu, dia adalah Adnan. Pria bajingan yang menghancurkan hidup putrinya.

"Cepat bangun! Kenapa kau belum pergi dari sini?!" ucapnya membangunkan pria itu.

"Cepat bangun! Berani sekali kau menginjakan kakimu di rumah ini!" ucap pria paruh baya itu ketus.

Adnan terbangun langsung mengingil kedinginan. Bajunya masih basah kuyup akibat kehujanan tadi malam. Bryant melihat wajah pria itu penuh luka lebam. Apa mungkin kemarin dia berkelahi?

"Ayo cepat pergi! Atau aku akan menyeretmu sekarang!"

"Berani sekali kau menghancurkan hidup putriku? Dasar bajingan tidak berguna!" umpatnya kesal.

Adnan memegang kaki pria paruh baya itu, "Tolong, tolong maafkan aku" ucapnya lemah.

"Lepaskan! Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!" Bryant mendorong Adnan keras, sehingga pria itu jatuh tersungkur.

"Tolong, aku ingin bertemu dengan Aleo putraku" pinta pria itu lemah.

"Putramu? Kemana saja kau selama ini hah?! Kau tega menghamili putriku lalu mengusirnya begitu saja? Dasar pria sialan!"

"Tolong maafkan aku, aku mohon sekali saja, aku ingin menemui Aleo"

"Sampai kapanpun kau tidak akan bisa menemui Aleo. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"

"Maafkan aku, hiks...hiks" Adnan menangis terisak meratapi keadaannya kini.

"Kau kira aku akan simpati kepadamu? Dasar bajingan tidak berguna! Rasakan sekarang akibatnya. Sekarang, kau mandul. Dirimu tidak akan pernah bisa memiliki anak lagi!" ucap Bryant menertawakan keadaan pria itu.

"Tolong tuan, maafkan aku" ucap Adnan, terlihat bibirnya bergetar. Dia mengigil kedinginan.

"Aku mohon, maafkan aku. Uhuk..uhuk..uhuk.."

"Cepat pergilah! Jangan menebar virus disini! Masih muda sudah berpenyakitan!" ucapnya ketus.

"Cepat pulanglah! Kenapa kau harus sakit segala!"

Bibir Adnan bergetar mengucapkan sesuatu. "Tolonggh, a-ku ingin me-lihat anak-ku" tanpa disadari pria itu tidak sadarkan diri.

🔹🔹🔹

Adnan mengerjapkan matanya, dia merasa berada di kasur empuk, dan terlihat handuk kecil menempel di dahinya.

"Kau sudah bangun?" tanya seseorang disampingnya.

"Aku, dimana aku?"

"Kau dirumah putriku. Aku sudah menelpon ayahmu, tapi dia tidak mau datang kesini"

Adnan terdiam mendengar itu. Memang, ayahnya tidak peduli lagi dengannya. Dia hanya akan peduli, setelah Adnan bisa mengajak Aleo pulang kerumahnya.

"Cepat makanlah. Kau harus cepat pulih agar bisa pergi dari sini"

"Biarkan saja aku sakit, lebih baik aku mati saja. Aku tidak punya semangat hidup lagi. Bajingan sepertiku tidak pantas hidup!" ucapnya menangis terisak.

Bryant terdiam menatap pria muda dihadapannya.

"Dasar pecundang! Begitu saja menyerah. Kau harus kuat jika ingin mendapatkan maaf dari putriku itu"

"Percuma saja, Alana tidak akan pernah memaafkanku. Biarkan saja aku mati!" ucapnya pasrah.

"Lihatlah, beginikah kelakuan ayah dari cucuku?! Memang, pria ini tidak pantas untuk menjadi seorang ayah" ucap Bryant dengan sedikit sindiran.

"Makanlah, kau harus cepat sembuh. Apa kau tidak ingin mengajak putramu bermain?"

Adnan terkejut mendengarnya, "Tuan, jadi anda mengizinkanku?"

"Aku tahu Adnan, kau itu pria baik. Aku yakin, saat itu kau melakukannya hanya untuk balas dendam atas kematian ibumu. Kau sangat mencintai putriku bukan? Kau harus mendapat kepercayaan darinya lagi"

Adnan tersenyum mendengarnya, "Terimakasih tuan. Aku berjanji, tidak akan pernah menyakiti Alana lagi. Aku akan berusaha meminta maaf darinya. Aku akan segera menikahinya dan menjadi istriku selamanya" ucap Adnan optimis.

"Semoga berhasil" sahut Bryant tersenyum.

Tok, tok,tok.

Terdengar pintu diketuk tiga kali.

"Maaf tuan, cucu anda sudah bangun.  Aleo ingin menemui anda" ucap seorang pembantu yang mengajak Aleo bersamanya.

"Kakek" kata anak kecil itu.

"Aleo, ayo kesini sayang" kata Bryant tersenyum.

Bocah berusia tiga tahun itu mendekat kearah mereka. Bryant langsung menaikan anak itu ke atas ranjangnya.

"Ini putramu Aleo. Lihatlah, wajahnya sangat mirip sepertimu"

Adnan tersenyum melihatnya, "Benarkah ini putraku?" ucapnya tidak percaya menatap anak kecil yang mirip sepertinya.

"Aleo sayang, ini daddymu"

"Daddy" kata Aleo mendekat kearah Adnan.

"Aleo, maafkan daddy nak"

Adnan memeluk anak kecil itu, mengecup kepalanya lembut. Adnan tidak percaya bisa memeluk putra kecilnya ini.

"Kau memang anakku, maafkan daddy sayang" ucap Adnan tetap memeluk anak itu. Entah kenapa dia merasa semangat hidupnya kembali lagi. Apakah ini rasanya ikatan batin ayah dan anak? Sungguh, dia tidak pernah merasakan perasaan bahagia seperti ini.

"Daddy, jangan tinggalin Aleo lagi ya"

"Tentu sayang, daddy tidak akan pernah meninggalkanmu"

Adnan tersenyum menatap putra kecilnya. Dia berjanji, akan menjadi ayah yang baik untuk anaknya ini.

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang