Ruangan mewah khas bernuansa putih sangat identik dengan rumah sakit. Terlihat disana tampak seorang pria senantiasa menunggu wanitanya siuman. Tak henti-hentinya doa dia panjatkan demi kesadaran sang istri tercinta. Siapa lagi bukan Adnan, dia sangat senantiasa menunggu wanitanya tersadar kembali.
Tanpa disadari buliran bening membasahi wajahnya. Adnan menggenggam erat tangan wanita dihadapannya yang masih terpasang infus, berharap sebuah keajaiban datang hari ini. Seminggu sudah Alana koma, Adnan merasa bersalah karena tidak menceritakan sejujurnya kepada istrinya itu. Ini semua terjadi karena dirinya.
"Maafkan aku Alana, ini semua salahku," ucap Adnan menangis terisak penuh sesal.
Adnan kembali menatap wanita yang terbaring di barnkar. Tak ada tanda-tanda Alana akan siuman. Adnan mengecup kening istrinya lembut, berharap wanita itu akan tersadar kembali.
Beberapa menit kemudian, tak di sangka- sangka ini merupakan sebuah keajaiban, Adnan merasakan pergerakan dari tangan wanita itu.
Terlihat wanita itu mulai mengerjapkan matanya perlahan, mata hitam pekat yang Adnan rindukan saat ini.
"Alana, akhirnya kau sadar," ucap Adnan sangat senang. Akhirnya penantian lamanya terbayarkan juga.
Alana sama sekali tak mengubrisnya, netranya mengacuhkan pria dihadapannya. Tentu saja Alana masih marah dengan suaminya itu, tega sekali dia berbohong kepadanya.
"Alana," panggil Adnan, merasa istrinya itu mengacuhkannya.
Wanita itu hanya diam, tak ingin menyahutinya. Alana mencoba untuk duduk, namun perutnya terasa sangat nyeri sekali
"Arkh! Sakit sekali," rintih wanita itu kesakitan memegang perutnya.
"Jangan di paksakan Alana. Aku akan segera memanggil dokter."
Adnan keluar dari ruangan itu. Kini dia hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat, akibat kejadian itu Alana harus melakukan operasi pengangkatan rahim. Bayangkan, bagaimana sedihnya wanita itu jika tahu hal ini.
Terlihat dokter memasuki kamar itu bersama Adnan, lalu memeriksa keadaan Alana.
"Kenapa perutku sangat sakit dok? Padahal lukanya..."
"Ini terjadi akibat operasi pengangkatan rahim anda."
"Apa?!" Alana terkejut mendengarnya. "Jadi, aku sekarang..."
"Iya, anda tidak akan bisa mempunyai anak lagi," jelas dokter itu.
"Silahkan diminum obatnya, itu akan meredakan rasa nyerinya."
Alana masih terdiam, tak percaya dengan apa yang terjadi kepadanya. Kenapa masalah datang berturut- turut kepadanya. Tanpa di sadari buliran bening membasahi pipinya.
"Alana, maafkan aku. Kau terluka gara- gara diriku," ujar Adnan merasa sangat bersalah.
"Aku tidak ingin kau terluka, aku hanya..."
"Kenapa kau berbohong kepadaku hah?! Apa kau tidak tahu betapa khawatirnya aku dengan keadaanmu. Hiks..hiks..." ucap Alana menangis terisak. Mengingat Adnan berbohong dengan alasan berobat keluar negeri.
"Alana maafkan aku, aku bersalah, aku menyembunyikan ini agar..."
"Cukup! Aku tidak mau mendengar penjelasanmu lagi! Kau memang bajingan! Tega sekali membohongi istrimu sendiri!" pekik Alana marah.
Adnan hanya bisa menghela napasnya pelan, membiarkan wanita itu mengatakan segala uneg-unegnya. Dia menyentuh lembut pipi istrinya yang berderai air mata.
"Jangan sentuh aku!" pekik Alana menghempas tangan suaminya.
"Maafkan aku sayang," pinta Adnan mencoba membujuk wanita itu. Namun, Alana tak mau berbicara dengannya lagi.
Adnan menghela napasnya pasrah. Dia mengambil bubur yang sudah di sediakan disana.
"Ayo buka mulutmu, kau harus meminum obatmu agar cepat sembuh." Adnan kembali mencoba membujuk wanita dihadapannya.
"Kau mulai mengacuhkan suamimu ini?"
"Ckck, aku akan mengadu kepada putraku nanti. Jika ibunya..."
Alana terkejut mendengarnya, dia lupa mengabari ayahnya jika dirinya pergi ke luar negeri.
"Dimana ponselku?" tanya Alana.
"Aku sudah mengabari mereka. Ayo buka mulutmu, bukankah kau ingin cepat sembuh? Putra kita tidak mau melihat ibunya terluka seperti ini."
Alana hanya mengangguk, membiarkan suaminya itu menyuapinya.
"Bagaimana enak kan?"
"Lumayan," sahut wanita itu.
Adnan kembali menyuapi istrinya itu.
"Alana," panggil Adnan pelan.
Pria itu mulai menyentuh lembut tangan Alana. Wanita itu hanya terdiam, sembari menatap pria dihadapannya.
"Terimakasih sudah mau menjadi istriku," ucapnya tulus. "Terimakasih sudah mau mengandung putraku, walaupun aku belum bisa menjadi ayah yang baik untuknya," kata pria itu menundukkan wajahnya merasa bersalah.
Alana menyentuh dagu pria dihadapannya, agar mendongak kearahnya.
"Aku sudah memaafkanmu Adnan," kata Alana tersenyum.
"Benarkah?"
Alana mengangguk, mengecup pipi suaminya sekilas.
"Ayo suapi aku lagi, aku merasa sangat lapar sekarang," kata wanita itu.
Adnan tersenyum, akhirnya Alana mau memaafkannya. Memang, keberuntungan memiliki istri yang baik seperti Alana.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLANA
Romance[Completed] Alana ingin mengakhiri hidupnya, semua orang selalu menyalahkannya. Wanita itu berniat terjun dari gedung rumah sakit berlantai lima. Namun, seorang dokter berparas tampan berhasil menyelamatkannya hidupnya. "Apa kau ingin mati hah?!" "...