CHAPTER 14 : Gagak Pengintai

49 8 2
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang, ketika matahari yang hangat sudah berada tepat di puncak, Jenna segera membereskan buku-buku nya di atas meja untuk pergi mendatangi Barrack yang pasti sudah menunggu dirinya di tribun lapangan Baseball. Dengan penuh semangat Jenna mengeluarkan kotak bekal makan siang dari dalam tas nya dan saat pandangannya menoleh ke arah jendela kaca transparan yang menyajikan pandangan luas langsung menuju ke tribun--Jenna terkejut. Kedua mata mya refleks terbelalak lebar melihat keberadaan Barrack yang tidak terlihat di sana, tetapi ada satu yang menarik perhatian Jenna, yaitu segerombolan para gadis cheers yang entah sedang berbuat apa di tribun. Mereka terlihat girang sekali seperti sudah menemukan sebuah harta karun.

Jenna menelan saliva nya dengan susah payah, jangan-jangan itu...

Jenna langsung berlalu pergi menghampiri tribun untuk melihat secara langsung apa yang telah terjadi. Dengan langkah lebar dan jantung yang berdegup kencang itu Jenna terus memusatkan pandangannya ke arah gerombolan para gadis di tribun tempat Barrack sebelumnya berada, namun hanya saja Jenna tidak melihat keberadaan Barrack.

Tapi, ketika Jenna sudah dekat sekali dengan gerombolan para gadis cheers itu--ia terdiam sejenak. Berdiri mematung dan berusaha mencari celah pandang di setiap tubuh-tubuh indah itu bergerak sambil tertawa genit.

"Permisi." Ucap Jenna.

Mereka tidak menghiraukan dan gerombolan mereka tak kunjung terpecah. Alhasil Jenna terpaksa menerobos gerombolan itu dan benar saja semua sesuai dengan dugaannya.

Barrack lah yang menjadi pusat perhatian gadis-gadis cantik dan idaman para lelaki di sekolah ini. Jenna mengerjap dengan bibir sedikit terbuka sedangkan Barrack dengan wajah datar dan polosnya (sebelum Jenna berhasil menerobos) itu mendadak lunak begitu melihat kedatangan Jenna.

"Halo, Jenna." Ucap Barrack dengan nada lembut.

"Apa? Kau mengenalinya?" Tanya seorang gadis dengan nada suara yang tidak percaya.

"Mustahil. Jenna yang ini?"

"Gadis aneh ini?"

Suara tawa mendadak pecah dan saling bersautan. Jenna menahan napas dan menundukkan kepalanya sedikit menatap ujung sepatu nya. Barrack yang melihat para gadis itu tertawa tanpa sebab pun pada awalnya tidak mengerti, namun beberapa detik kemudian Barrack memahaminya.

Mereka sedang menertawakan Jenna.

Barrack pun tidak tinggal diam dan langsung bangkit berdiri. Tangannya segera meraih tangan Jenna untuk digenggam sementara tatapan tajamnya ia sebarkan kepada para gadis itu yang membuat mereka spontan terdiam.

"Berhenti menertawakannya!" Tegas Barrock, "kalian manusia yang belum sempurna tak sepantasnya mengejek seorang gadis baik seperti Jenna." Ucapnya lagi dengan nada penuh penekanan.

Jenna mendongak, menatap terkejut ke arah Barrack yang sudah menggenggam tangan dan membela dirinya.

Lalu, setelah mengucapkan itu Barrack membawa Jenna pergi.

Jenna masih terdiam dan tidak tahu harus berkata apa, karena melihat Barrack yang membela dirinya benar-benar membuat Jenna merasa sangat dilindungi dan dihargai. Wajah Jenna memanas begitu pula dengan kedua mata nya yang hendak mengeluarkan air mata terharu.

"Ini kah waktu makan siang mu? Lalu, kita harus pergi ke mana?" Tanya Barrack tanpa memalingkan wajahnya lurus ke depan. Yang ia lakukan hanya membawa Jenna keluar dari lapangan dan pergi sejauh mungkin.

Ketika Barrack tidak mendapat respon apapun dari Jenna--lelaki itu refleks berhenti dan melihat ke arah Jenna. "Jenna, apa kau baik-baik saja?"

Jenna mengangguk lemah dan berusaha memaksakan seulas senyum, "ya, Barrack. Ayo, kita pergi ke taman belakang sekolah saja."

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang