CHAPTER 7 : Berantakan

102 9 3
                                    

Jenna sedang sibuk membuatkan camilan ketika Sam dan dirinya sedang menonton sebuah film yang baru-baru ini Jenna donwload. Gadis itu lebih memilih menonton film di laptop daripada harus membeli kaset, kemudian menontonnya di televisi. Dengan begitu, Jenna merasa bisa memiliki banyak waktu untuk mengenal Sam lebih jauh lagi. Waktu yang tepat adalah di akhir pekan seperti ini.

Jenna berpikir sangat keras selagi menggoreng kentang dan menyiapkan roti isi. Yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya menjelaskan semuanya kepada Mia. Sudah pasti semua ini tentang Sam. Jenna tidak ingin Mia terkejut bahkan mengamuk ketika tahu adiknya itu tinggal bersama lelaki asing dan berada di satu rumah yang sama!

Jenna melenguh, gadis itu meringis seraya mengusap-usap wajahnya dengan kasar. Ingin rasanya ia menjerit keras-keras. Kalau perlu, dia melarang Mia untuk pulang sampai akhirnya Jenna bisa memulangkan Sam.

Lagipula bagaimana bisa Jenna memulangkan Sam, jika gadis itu sendiri tidak mampu membuat ingatan Sam kembali. Sam tidak mengingat apa pun. Ditambah lagi tingkahnya sudah mirip seperti makhluk yang tak tahu apa pun tentang apa yang terdapat di bumi. Jenna pusing memikirkan hal itu. Dia tahu ada suatu hal besar yang aneh dalam diri Sam. Lelaki itu bahkan tidak tahu nama nya sendiri.

Separah itukah amnesia yang Sam alami? Sampai dia melupakan benda keseharian yang seharusnya digunakan oleh manusia. Bahkan, Sam tidak tahu apa itu rumah sakit.

Jenna menghembuskan napasnya panjang dan berat seraya memotong roti isi menjadi dua bagian. Satu untuk Sam dan satu lagi untuk dirinya.

"Aku harus bisa menghadapi ini. Jenna, kau pasti bisa! Kau. Pasti. Bisa!" Jenna menyemangati dirinya sendiri sembari mengangkat kedua lengannya di udara dan terpejam penuh semangat membara.

"Sedang apa kau?"

Jenna tersentak kaget dan nyaris melempar piring berisi roti isi yang ada di hadapannya ketika dia melihat sosok Mia dalam balutan sweter sudah berdiri di ambang perbatasan antara dapur dengan ruang tamu. Mia menatap Jenna dengan tatapan aneh, kemudian memandangi aktivitas yang sedang dilakukan Jenna.

"Kau memasak? Untukku?" Mia menunjuk dirinya sendiri, "kau sudah tahu kedatanganku yang tiba-tiba hari ini?" Mia jadi terkejut sendiri.

Jenna mengatupkan bibirnya. Dalam hitungan detik jantungnya berdegup sangat kencang terlebih lagi ketika keberadaan Sam terlintas di dalam pikirannya.

Mia sudah tiba, dan Jenna belum memikirkan rencana yang tepat untuk menjelaskan segalanya kepada Mia.

"A--aku..." Jenna menggigit bibirnya. Otaknya bekerja keras untuk meminta agar respon tubuhnya tidak segugup sekarang, tetapi ternyata gagal.

"Ada apa? Kau terlihat aneh." Mia melangkah maju mendekati meja makan dan meletakkan sebuah paper bag berisi makanan ke atas meja, "jangan khawatir, aku sudah membawakan masakan china untuk makan malam kita berdua hari ini." Mia tersenyum sendiri seraya mengeluarkan bungkusan-bungkusan berisi makanan.

Jenna masih senantiasa terdiam dan kini tubuhnya terasa kaku. Benar-benar kaku. Seharusnya dia bisa berpura-pura untuk pergi ke atas--menuju ke kamar tidurnya dan meminta Sam bersembunyi, tetapi sekarang Jenna justru diam mematung tanpa berbicara atau bertindak sedikitpun.

"Hei, kau kenapa?" Mia terus bertanya, karena sedaritadi Jenna tidak ikut berbicara dengannya. Alhasil, Mia melangkah mendekati Jenna dan menggenggam kedua lengan atas gadis itu. Kedua alis Mia saling bertaut, dia mendadak khawatir, "ada apa? Apa kau sakit? Wajahmu pucat."

Sial!

Jenna membatin. Dia ingin melarikan diri saat ini juga.

Jenna berusaha untuk tertawa, tetapi yang dia lakukan justru meringis sambil mengeluarkan suara alih-alih menangis. "Tidak! Tentu tidak, Mia. Aku baik-baik saja, lihatlah!" Jenna tersenyum lebar, "aku sehat. Kau tidak perlu khawatir."

Mia menghela napas lega dan tersenyum hangat sembari mengusap lengan Jenna. "Syukurlah--oh, hei! Kau menggoreng sesuatu?" Mia tak sengaja melihat ke arah penggorengan yang sedang aktif dan terdapat kentang goreng di dalamnya.

Jenna bahkan sampai lupa kalau dirinya sedang menggoreng kentang. Terburu-buru gadis itu mematikan kompor, lalu dengan tangan bergetar dia hendak meniriskan kentang goreng yang nyaris gosong itu. Akan tetapi, sial sekali, di sela-sela kegiatannya, sebuah bunyi terdengar cukup keras dari lantai atas.

Bunyi seperti barang terbanting.

Dan bunyi itu terdengar sangat nyaring. Membuat Jenna maupun Mia spontan mendongak ke atas menatap langit-langit dapur.

Mia mengernyit curiga. Bibir Jenna terbuka lebar akibat terkejut.

"Apa ada orang lain di rumah ini?" Tanya Mia pelan.

Jenna segera meletakkan tirisan yang ada di tangannya seraya berusaha mencairkan suasana dengan sebuah tawa renyah. "Tentu tidak, Mia. Kau pikir aku punya teman? Aku bahkan tidak berani membawa temanku ke rumah dalam keadaan sendirian," Jenna berdusta.

Dusta yang sangat besar.

Wajah Mia sekarang berubah menjadi sedikit bingung. Dia kembali menatap Jenna, "apa mungkin bunyi itu disebabkan oleh tikus? Tapi, mengapa sekeras itu? Seolah ada manusia yang jatuh." Mia mulai berasumsi. Dan itu pertanda buruk bagi Jenna.

Jenna semakin tertawa. "Beberapa hari ini di atas sana memang sering timbul bunyi-bunyi aneh. Mungkin berasal dari kamar kosong di atas," Jenna mengedikan kedua bahunya. Berusaha bersikap tidak peduli.

Mia mengangguk-anggukan kepalanya seperti sudah memaklumi keadaan. "Yeah, aku rasa besok kita harus membersihkan kamar kosong itu."

Jenna hanya tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya sambil mengangguk.

DUK! DUK!

Kali ini terdengar derap langkah kaki sebanyak dua kali dan sangat keras seperti baru saja melompat sehingga kembali menyita perhatian Mia.

Mia kali ini tidak tinggal diam. Dia menatap Jenna dengan kedua mata yang membelalak lebar. "Apa kau yakin tidak ada orang di atas sana, Jenna?"

Jenna menggelengkan kepalanya cepat. "Tentu saja tidak ada."

"Lalu, suara langkah siapa itu? Aku rasa itu bukanlah tikus. Bahkan itu tidak masuk akal, jika dikaitkan dengan tikus." Mia mulai meninggikan suaranya.

Jenna mengulum bibirnya. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi dan akhirnya membungkam.

"Baiklah, biar aku saja yang mencari tahu sendiri ke atas." Tepat setelah Mia mengucapkan kalimat itu--dia berbalik dan melangkah cepat keluar dari dapur, kemudian menaiki tangga menuju ke lantai atas.

Jenna segera menyusul kepergian kakaknya yang terlihat sangat tidak sabaran dengan situasi yang terjadi di atas sana. Entah apa yang sedang Sam lakukan di atas sampai menimbulkan bunyi seperti itu. Mau tidak mau Jenna harus siap dengan resiko apa pun yang akan dia terima, karena kemarahan Mia nantinya.

Mia berhenti tepat di depan pintu kamar tidur Jenna yang terbuka sedikit, sehingga memperlihatkan sebuah celah tipis. Mia mengintip sejenak melewati celah itu ketika Jenna baru saja menginjakkan kaki di undakan teratas. Belum sempat Jenna melarang kakaknya mendorong pintu agar terbuka lebar, Mia terlebih dahulu melakukannya dengan cara yang sangat cepat dan mantap.

"Oh, tidak." Jenna bergumam dan berdiri diam di tempat.

"AAAA!" Mia menjerit dari dalam kamar tidur Jenna, "SIAPA KAU?!" Lagi-lagi Mia berteriak.

Membuat Jenna berlari terbirit-birit menyusul keberadaan kakaknya.

*  *  *

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang