Note :
Sebelumnya ada kesalahan dalam penulisan nama tokoh, buat yang sudah membaca dari chapter 19 dan melihat tokoh bernama 'Horrus' itu sebenarnya salah ya guys! Nama aslinya itu 'Hauser', tapi saya salah ketik karena teringat tokoh di dalam cerita saya yang lain dengan penyebutannya yang mirip. Terima kasih :)
* * *
Sementara itu suasana di atas--lebih tepatnya di dalam ruangan Hauser, Natasha, Ares, dan Danika berkumpul menunggu kedatangan Barrack sebelum memulai ritual yang dipercaya bisa menemukan keberadaan Jenna. Awalnya Danika menolak, karena dia memiliki keyakinan bahwa cara tersebut tidak akan berhasil kalau digunakan untuk mencari sesuatu yang disembunyikan oleh iblis agung. Natasha pun merasa demikian, namun Hauser memaksa dan meyakinkan mereka berdua. Sebab tak ada lagi cara lain.
"Apa yang kau butuhkan, Kakak? Aku akan menyiapkannya."
Danika yang sedang menyusun lilin berukuran sedang di lantai itu menjawab, "bubuk peri, daun perilla, kayu manis, darah gagak, dan sebuah mangkuk kayu."
Ares mengangguk paham dan langsung melangkah pergi keluar ruangan Hauser untuk mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh Danika. Sementara itu Hauser sibuk berkutik di depan rak buku berisi jejeran buku-buku tebal yang berumur sangat tua bahkan melebihi umur Hauser.
"Kalau begitu, kita pasti membutuhkan lentera." Ujar Natasha.
Hauser menjentikan jemarinya, membenarkan ucapan Natasha. "Benar, Nath. Lentera kuno milikku ada di sebuah ruangan tepat di sebelah ruangan ini."
Natasha menganggukan kepalanya dan langsung berlalu keluar.
"Danika, anak-anakmu sudah tidur, kan?" Tanya Hauser.
Danika menatap Hauser sekilas sembari tersenyum dan menganggukan kepala, "iya, Ayah. Kalau tidak, mereka bisa menghancurkan seisi institusi." Danika tertawa pelan dan disambut dengan Hauser yang tersenyum geli.
Sebutan 'ayah' yang Danika ucapkan untuk Hauser merupakan bentuk panggilan kasih sayang sejak dirinya menikah dengan Mordu yang merupakan anak kandung Hauser.
Tak lama setelah kepergian Natasha keluar dari ruangan Hauser, seseorang terdengar membuka pintu masuk secara perlahan.
"Nona Natasha, kau di sini?"
Hauser dan Danika langsung mengarahkan pandangan mereka bersamaan ke arah pintu yang terbuka sedikit memperlihatkan wajah Barrack yang mengintip melalui celah pintu tersebut. Saat ia melihat keberadaan Danika dan Hauser barulah Barrack berani menyembulkan kepalanya masuk.
"Apakah Nona Natasha ada di sini?" Tanya Barrack, pelan dan sopan.
"Ya, Barrack. Kemari, masuklah! Natasha sedang pergi ke ruangan lain untuk mengambil beberapa lentera." Hauser mengambil sebuah buku yang sedaritadi ia cari, lalu berjalan pelan menuju ke arah meja kerja nya, "oh, ya. Aku hampir lupa." Hauser menepuk pundak Barrack yang saat ini sudah memasuki ruangan dan menatap lilin-lilin yang ada di lantai sudah membentuk sebuah lingkaran.
"Perkenalkan, ini Danika. Dia adalah istri dari putraku." Ujar Hauser, lalu melihat kedatangan Barrack--Danika berdiri sembari tersenyum lembut, "dan Danika, ini Barrack. Dia tamu kita yang menjadi alasan kita melakukan ritual itu malam ini." Sambung Hauser lagi, memperkenalkan Danika dan Barrack.
Danika menyatukan kedua telapak tangannya sejajar dengan dada sebagai bentuk salam. Itu satu-satunya cara agar Danika tidak bersentuhan langsung dengan tangan Barrack yang mungkin bisa saja secara tidak sengaja Danika mengintip masa lalu Barrack yang mungkin menyimpan rahasia besar dan tak mampu Danika tahan. Sebenarnya Danika sudah mengetahui identitas Barrack sejak pertemuan mereka pertama kali di ruang perawatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Devil
FantasyHanya seorang iblis yang murni berhak mengetahui masa depan dan masa lalunya. Iblis yang tidak tahu jati dirinya dan selalu di kucilkan dari kaumnya. Tidak di cintai oleh siapa pun. Sampai akhirnya, ia di buang dari negerinya ke tempat yang tidak se...