CHAPTER 10 : Separuh Kesadaran

72 8 0
                                    

Entah mengapa Sam berada di tempat ini. Tempat yang terasa begitu asing. Dirinya heran, kenapa bisa mendadak ia berada di tempat indah penuh hamparan rumput seperti ini. Matahari terasa begitu hangat mrngalahkan musim panas yang menyegarkan. Tetapi, Sam berusaha untuk tidak peduli dan memilih berdiam diri di tempat seraya menghirup udara bersih nan segar yang terasa baru pertama kali ini ia dapatkan. Sam terpejam, menikmati kekayaan yang ada dengan penuh ketenangan dan semilir angin terasa seperti sedang berbisik halus di kedua telinga nya.

"Putraku. Kau Putraku?"

Sam tersentak. Kedua mata nya terbuka saat mendengar suara seorang wanita dari belakangnya. Perlahan-lahan ia berbalik dan mendapati seorang wanita paruh baya berdiri dengan anggun tak jauh di belakangnya entah sejak kapan. Sam mengernyit, kedua mata nya memandangi wajah itu. Wajah yang terlihat bahagia dan begitu cantik meski sudah termakan usia. Wanita anggun tersebut memiliki warna rambut yang sama dengan Sam, iris mata nya mengingatkan Sam akan seseorang yang terasa tak asing. Dan juga pakaian yang wanita itu kenakan terlihat berbeda dari yang Sam lihat pada diri Jenna sebagai seorang perempuan.

Wanita itu bergaun putih layaknya seorang bangsawan dengan rambut bergelombang yang diikat rapi serta adanya hiasan berupa kristal yang terlihat begitu mengkilat di bawah terpaan cahaya matahari.

Wanita itu tersenyum dan melangkah maju ke arah Sam sembari merentangkan kedua tangannya seperti ingin memeluk Sam, tetapi lelaki itu segera melangkah mundur dengan tatapan aneh yang mengarah langsung kepada wanita itu. Kedua alis Sam menukik curam, menandakan bahwa dirinya merasa terancam.

"Siapa kau?" Tanya Sam pelan dan rendah.

Raut wajah wanita itu berubah. Senyumannya menghilang begitu saja dan air wajahnya tergantikan oleh kesedihan bercampur prihatin. "Seharusnya aku bisa memahami kondisimu saat ini, Nak." Ucap wanita itu pelan dan lembut. Kini sorot mata nya mengarah ke bawah--menunjukan kesedihannya yang mendalam.

"Apa maksudmu?" Sam menahan napas. "Mengapa kau menyebut aku putramu?" Tanya nya lagi.

Wanita itu langsung menatap Sam dengan kedua alis yang saling bertaut erat. Lekukan bibir wanita itu menandakan kalau ia menahan tangis. Bibirnya bergetar hendak mengeluarkan kalimat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Sam, tetapi ia mengurungkannya dan memilih menggelengkan kepala.

"Ada sesuatu yang harus kau ketahui. Namamu dan siapa jati dirimu," wanita itu memberi jeda pada ucapannya. Tangan kanannya terangkat. "Kemari, biar kutunjukkan sesuatu yang dapat membantumu untuk mengingat segala nya."

Wajah Sam berubah tegang. Ia terkejut. Mengapa wanita di hadapannya ini berani mengucapkan hal seperti itu dan tahu sesuatu tentang ingatan yang hilang dari diri Sam. Sam awalnya tertarik, namun segera ia menyadarkan dirinya kalau dia tak mengenal wanita ini. Yang ada di pikirannya saat ini adalah dia ingin kembali ke rumah Jenna dan menghentikan semua ilusi ini.

"Percaya padaku, Barrack." Ujar wanita tersebut.

Dan Sam baru menyadari suara itu tak asing di telinga nya. Suara yang sama persis dengan sebuah suara yang datang bersama hembusan angin di malam hari dan mengingatkan kepada Sam bahwa nama nya adalah...

"Rumània'n Ail Barrack." Gumam Sam tanpa ia sadari.

Wanita tersebut tersenyum kecil. "Kau mendengarku malam itu. Kau harus segera mendapatkan ingatanmu yang hilang."

Sam mendadak bimbang. Di satu sisi sebenarnya ia ingin sekali mendapatkan ingatannya kembali, tetapi di sisi lain ia takut menerima kenyataan kalau seandainya ingatan itu membawa luka dan masa lalu yang suram. Dan bagaimana kalau ternyata dirinya adalah penjahat? Pembunuh? Atau mungkin yang lebih buruk adalah sesuatu yang lebih jahat daripada manusia dan sewaktu-waktu bisa menyakiti Jenna. Sam khawatir. Ia tak pernah merasa sebimbang ini.

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang