Begitu lonceng pulang sekolah berdering keras, Jenna bergegas pulang ke rumah. Kebetulan sekali hari ini perpustakaan sedang tutup, sehingga Jenna tidak perlu melaksanakan pekerjaan paruh waktunya di sana. Jenna masih tidak menyangka dirinya meninggalkan seorang lelaki asing di rumah tanpa pengawasan siapa pun. Selama pelajaran beelangsung Jenna juga nyaris kehilangan konsentrasi, karena memikirkan apakah saat ini rumahnya dalam keadaan baik-baik saja atau malah sebaliknya.
Dari kejauhan Jenna sudah bisa melihat penampakan rumahnya yang masih normal dan terlihat baik-baik saja. Jenna membayangkan adanya kobaran api membakar habis bagian belakang rumahnya, namun nyatanya realita seperti itu tidak ada.
Jenna masih belum bisa menghela napas lega hanya dengan melihat bagian luar saja. Dia bergegas masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang, lalu mendapati bagian dapur tidak ada yang berubah. Semua barang tertata rapi persis seperti saat dia meninggalkannya. Jenna merasa tungkainya melemas dan memutuskan untuk duduk sejenak di kursi makan sembari menuang segelas air, lalu menengaknya dengan sangat kalap.
"Sam!" Jenna berseru dari dapur. Setelah merasa tidak mendapatkan balasan dari seruannya, barulah Jenna bangkit dan berjalan menuju tangga. Sebelum gadis itu melangkah menaiki undakan pertama, dia mendongak--menatap ke atas, "Sam, kau di atas? Aku pulang!" Seru Jenna lagi dan tak ada jawaban.
Jenna menghembuskan napas panjang lantas berjalan ke lantai atas mencari keberadaan Sam.
Jenna tak sengaja melihat pintu kamar tidurnya yang terbuka sedikit. Jenna mengernyit kecil, kemudian mengintip dari celah kecil yang terdapat di pintu kamar tidurnya. Dia melihat punggung lebar milik Sam yang tentu saja berdiri membelakanginya sambil memandangi bingkai-bingkai foto yang bergantung di dinding.
Jenna mendorong pintu kamar tidurnya perlahan, kemudian bersender di kusen pintu sembari melipat kedua lengan di dada. Senyuman tipis terpatri di wajahnya, karena tak kunjung mendapat balasan dari Sam yang ternyata hanya diam menatap foto-foto kenangan Jenna bersama sanga ibu.
"Sam?" Panggil Jenna lebih lembut.
Sam berbalik dan menatap Jenna datar. "Kau sudah pulang? Sejak kapan?" Tanya nya pelan.
Jenna tergelak pelan lantas melangkah masuk dan berdiri di samping Sam menghadap ke foto-foto yang terpajang. Sementara Sam yang melihat itu akhirnya ikut berbalik juga.
"Aku memanggilmu tadi. Kau tak dengar?" Jenna melirik Sam sambil tersenyum geli.
Sam memasang raut wajah berpikir. "Mungkin aku tidak sadar," jawabnya ringan.
Jenna menghela napas. Kini tatapannya hanya tertuju pada salah satu foto yang memperlihatkan sosok dirinya ketika berumur 6 tahun berdiri di samping sang ibu dan tentunya berada dalam gandengan tangannya. Hati Jenna terasa hangat melihat senyuman sang ibu yang takkan pernah ia lupakan.
"Siapa wanita itu?" Tanya Sam tiba-tiba.
Jenna menoleh ke Sam sekilas. "Dia ibuku."
"Di mana dia?"
"Dia sudah berada di tempat yang jauh."
"Tempat seperti apa?"
"Surga. Ibuku sudah meninggal."
"Pergi untuk selama-lamanya?" Ucap Sam polos yang berupa pertanyaan, bukan pernyataan.
Jenna mengangguk kecil dan berusaha tersenyum penuh arti saat tatapannya mengarah pada Sam yang tak mengerti apa-apa. Atau lebih tepatnya sedang dalam proses mengingat. "Ya, Sam. Selama-lamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Devil
FantasyHanya seorang iblis yang murni berhak mengetahui masa depan dan masa lalunya. Iblis yang tidak tahu jati dirinya dan selalu di kucilkan dari kaumnya. Tidak di cintai oleh siapa pun. Sampai akhirnya, ia di buang dari negerinya ke tempat yang tidak se...