CHAPTER 16 : Pertemuan Antara Iblis dan Seorang Pemburu

37 6 0
                                    

Jenna mengeratkan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya dengan sangat erat. Separuh wajahnya ia benamkan ke bantal dan tak sadar sudah satu jam berlalu ia habiskan sambil menangis. Entah perasaan macam apa yang saat ini sedang ia rasakan akibat merasakan perubahan dahsyat dari Barrack dan juga Jenna merasa sejak ingatan Barrack kembali meskipun hanya sedikit serpihan ingatan tentang namanya benar-benar merubah seluruh kepribadian seorang 'Sam'. Jenna mengakui dirinya egois, karena ia sama sekali tidak dapat menerima sosok Barrack yang 'sebenarnya' dengan ingatan lama lelaki itu perlahan pasti kembali. Seharusnya Jenna bisa memahami bahwa Sam dan Barrack memanglah orang yang sama, tetapi kepribadian sosok Sam yang merupakan sosok Barrack yang kehilangan ingatan itu tak bisa lagi Jenna pungkiri, karena perbedaannya yang luar biasa jauh.

Dan entah mengapa hal itu menyakiti hati Jenna.

Jenna sendiri tak tahu apa yang terjadi pada hati dan perasaannya. Mana mungkin perasaan 'itu' muncul dalam waktu yang singkat. Dan tak mungkin juga hati Jenna menyentuh perasaan seperti itu.

Lagi-lagi kenyataan pahit atas kebodohan Jenna membuat gadis itu mengalirkan air mata. Sosok Sam seperti seorang malaikat bagi Jenna, karena sikapnya yang naif dan polos juga caranya berbicara yang datar dan seperti layaknya seseorang tak memiliki semangat itu benar-benar membawa warna baru di kehidupan Jenna yang kelabu nan suram.

Jenna tidak ingin kehilangan sosok yang seperti itu. Mungkin itulah yang menyebabkan Jenna merasa tersakiti dan sangat sedih.

Karena merasa lelah menangis, rasa kantuk menyerang Jenna. Indera penciumannya menghirup sebuah aroma yang terasa menggumpal di dalam kamar tidurnya saat itu juga. Aroma yang ajaib membuat Jenna merasa sangat-sangat memgantuk, padahal seingatnya ia punya kebiasaan sulit tidur atau biasa disebut Insomnia setelah kematian ibu nya. Insomnia membuat Jenna harus minum sebuah pil khusus agar bisa tertidur lelap, tetapi setelah ia pergi dari kamar tidur Barrack dan menangis di kasurnya sendiri--Jenna mengingat ia belum sama sekali meminum pil tidurnya. Ini adalah sebuah keajaiban.

Atau keanehan.

"Apa ini...?" Jenna bergumam sesaat sebelum merasakan tubuhnya yang begitu berat dan terasa berdenyut. Denyutan yang nikmat, sehingga membuat tubuh Jenna yang berat terasa melayang beberapa saat setelahnya.

Kedua mata Jenna mengerjap pelan beberapa kali, kedua pandangannya memburam dan sulit melihat. Sesaat sebelum kedua mata Jenna yang penglihatannya mulai memburam itu tertutup rapat, gadis itu melihat sosok siluet hitam pekat di sisi lain kamar tidurnya yang tak diterangi oleh cahaya rembulan. Kemudian, jendela kamar tidur Jenna yang terbuka sedikit itupun langsung memberikan celah lebih besar dan terbuka lebar dengan sendirinya. Dari jendela itu masuklah angin kencang yang menerbangkan gorden jendela kamar tidur Jenna. Dan sosok siluet hitam itu terlihat nyata seiring terhapusnya jarak antara Jenna yang terbaring di kasur dengan sisi gelap kamar tidurnya. Ketika sosok hitam itu berdiri tepat di bawah cahaya rembulan yang masuk melewati jendela kamar tidur Jenna--gadis itu terpejam dan terlelap.

Lebih tepatnya, ia sudah tak sadarkan diri dan yang terakhir kali Jenna dengar sebelum kesararannya sepenuhnya menghilang adalah sebuah tawa berat dari seseorang yang tak ia kenali, namun dapat Jenna rasakan tekanan magis yang luar biasa dari orang tersebut.

* * *

Sementara itu Barrack yang masih berkutat di dalam kamar tidurnya masih dalam proses mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan segalanya kepada Jenna. Dia bertekad akan menceritakan semua hal yang sebenarnya dan yang telah ia sembunyikan dari Jenna, namun ketakutan untuk menghadapi Jenna secara langsung membuat Barrack merasa dirinya harus mempersiapkan diri sebelum berdiri di hadapan Jenna dan menceritakan segalanya.

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang