Kilasan masa lalu mengerikan itu berubah menjadi peristiwa pertumpahan darah yang sangat besar dan meluas. Natasha sudah sering melihat banyaknya kematian, tetapi kematian yang saat itu ia lihat sungguh jauh berbeda dan mendadak merubah atmosfer di sekelilingnya menjadi lebih mencekam. Terlalu banyak kematian di tengah lapang dengan langit muram di atas sana tanpa sebuah matahari. Cairan kental berwarna biru dan hitam bercampur aduk di antara tumpukan-tumpukan mayat dua kaum yang dulunya bersekutu, tetapi mendadak saling menumpahkan darah.
"Tidak! Tolong sadarlah! Sadarlah!"
Natasha mendengar tangis pilu dari seseorang di antara tumpukan mayat yang berserakan. Di sana, Natasha melihat sosok Barrack memeluk tubuh seorang lelaki berbaju zirah putih yang bersimbah darah dan tak bernyawa lagi. Barrack menangis sekencang mungkin, berusaha membangunkan kembali raga yang tak bernyawa di dalam dekapannya meski dia tahu semua hanyalah sia-sia. Barrack menangis sejadi-jadinya dan memanggil-manggil nama lelaki dalam dekapannya.
"Ludociel!" Teriak Barrack di tengah tangisannya.
Natasha refleks meremas di mana letak jantungnya berada saat ini. Terasa sakit dan sesak seakan duka Barrack mengalir dalam dirinya.
"Berhenti menangisi malaikat itu, Barrack!" Seruan itu berasal dari arah kiri Barrack.
Natasha bisa melihat dengan jelas bahwa sosok itu adalah Allegian sesaat setelah dia melepaskan pelindung kepalanya. Seluruh pakaian zirahnya dipenuhi cairan kental berwarna biru tua bercampur dengan cairan kental berwarna hitam. Dia membersihkan pedangnya dari cipratan darah musuh dari kaumnya sembari menghampiri Barrack yang bahkan tidak menolehkan kepala sedikitpun ke arahnya.
"Aku bilang cukup!" Allegian menarik kerah baju zirah Barrack sampai lelaki itu menjauh dari mayat seorang malaikat bernama Ludociel.
"Dengarkan aku!" Allegian membentak dan menarik kerah baju zirah bagian depan Barrack sembari menatapnya dengan tatapan melotot tajam, "ini belum berakhir! Terima saja kenyataan bahwa kaum mereka telah menuduh kita membunuh Putri Ayesha."
"Ayesha adalah kekasihmu! Mengapa kau membunuh kakaknya dan berusaha membunuh ayahnya, All!" Balas Barrack tak kalah membentak dengan wajah bersimbah air mata.
Bibir Allegian mengatup. Rahangnya bergetar, kedua matanya memerah dan menahan air mata yang pada akhirnya ikut mengalir juga. Hatinya hancur. Hatinya benar-benar hancur berkeping-keping metika mendengar kabar bahwa sosok putri malaikat bernama Ayesha yang notabene adalah cinta pertama dan terakhirnya direnggut darinya. Ditambah lagi malaikat agung memberi tuduhan besar terhadap kaum Iblis atas kematian putri mereka. Allegian sebagai Raja Iblis merasa marah, sedih, dan kesal, karena dia telah kehilangan orang yang ia cintai sekaligus mendapatkan tuduhan besar atas kaumnya.
Dua kaum itu hampir berdamai dan siap menyatukan keturunan dua kaum berbeda demi mengakhiri perseteruan di antara mereka dengan manusia. Akan tetapi, di malam itu seseorang telah memantik api dari kedua belah pihak hingga sebuah perang besar dicetuskan, karena kematian tokoh terpenting dalam salah satu kaum.
"Aku tahu!" Allegian berucap dengan suara bergetar dan air mata yang masih mengalir, namun di dalam lubuk hatinya hanya ada kemarahan. "Aku mencintainya, tetapi jika dengan mencintainya membuat kaum ku berada dalam masalah, aku tidak bisa."
"Ludociel berusaha menjelaskannya kepadamu, dia berusaha menyelesaikannya dengan baik, tetapi kau tidak mau mendeng--"
PLAK!
Allegian mendaratkan tamparan keras di pipi Barrack yang membuat Natasha mengerjap terkejut melihat pertengkaran dua saudara itu.
Napas Allegian naik turun tak menentu dan memburu. Tubuhnya bergetar menahan gejolak amarah dan berkata, "aku tidak mau mendengarkan siapapun, Barrack. Aku tidak peduli. Meski aku tidak bisa menggapai malaikat agung, aku akan merusak makhluk kesayangannya. Manusia akan menjadi targetku sampai seterusnya. Dan dosa akan tetap menjadi makanan kita, Barrack."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Devil
FantasyHanya seorang iblis yang murni berhak mengetahui masa depan dan masa lalunya. Iblis yang tidak tahu jati dirinya dan selalu di kucilkan dari kaumnya. Tidak di cintai oleh siapa pun. Sampai akhirnya, ia di buang dari negerinya ke tempat yang tidak se...