CHAPTER 8 : Rumània'n Ail Barrack

94 9 11
                                    

"Ini tidak bisa diterima dengan akal sehat, Jenna." Mia sejak tadi berjalan mondar-mandir di hadapan Jenna dan Sam yang duduk di sofa sembari sedikit menunduk persis seperti dua anak kecil yang kena amarah oleh ibu nya. Mereka hanya diam setelah Jenna menjelaskan tentang pertemuannya dengan Sam dan apa yang Sam alami setelah pertemuan itu. "Amnesia, tidak ingat nama, tidak tahu kalau dia tinggal di 'bumi'? Yang benar saja!" Amarah Mia tak sebesar sebelum Jenna menjelaskan segalanya sejujur-jujurnya. Hanya saja, Mia terlihat tidak dapat menerima fakta bahwa apa yang Jenna ucapkan itu benar dan sesekali diangguki oleh Sam.

"Mia, tenanglah." Kata Jenna pelan, karena Mia terlihat semakin resah dan bingung sembari menggigiti ujung jari telunjuknya, "dia lelaki yang baik. Kita hanya perlu membantu dia agar ingatannya kembali, kemudian mengantarnya pulang." Jelas Jenna lebih perlahan dan sabar.

Mia berhenti dari aktivitas jalan mondar-mandirnya. Ia berdiri menghadap Jenna dan Sam seraya berkacak pinggang. Tatapan Mia yang tajam itu menatap Jenna dan Sam bergantian. "Apa selama ini kalian tidur di dalam satu ruangan?"

"TENTU SAJA TIDAK!" Jenna segera menampik ucapan yang berujung asumsi tak berdasarkan fakta itu.

Mia menghembuskan napas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar. Dengan begitu, raut wajah Jenna berubah menjadi normal yang didominasi dengan kelelahan. "Aku percaya padamu, Jenna. Dan kau," Mia menunjuk Sam sekilas. Sementara wajah Sam yang datar dan terlihat polos tak tahu apa yang sedang terjadi itu hanya bisa berdiam diri, "aku harap selama kau berada di sini, kau bisa menjaga adikku dan jangan sedikitpun melukainya. Kau paham?" Tegas Mia.

Sam mengangguk. "Aku akan menjaganya." Ucapnya datar.

Mia menghela napas panjang. "Baiklah kalau begitu. Sial, aku lapar sekali. Ayo, kita makan." Mia melangkah terlebih dahulu ke arah dapur sambil sesekali menggerutu.

Jenna menghembuskan napas panjang dan lega. Ternyata respon Mia tidak seburuk yang ia bayangkan.

*  *  *

Di tengah malam yang sunyi dan gelap, Sam duduk di atap yang tersambung lewat jendela kamar tidur Jenna. Sebelumnya mereka asik melanjutkan aktivitas menonton film bersama hingga akhirnya Jenna terlelap dan menyisakan Sam yang masih terjaga.

Sam menghela napas. Dia mengernyit kecil. Dia menatap tangan kanannya. Sepintas membolak-balikkan tangan tersebut, kemudian dia melakukan hal yang sama pada tangan kiri nya. Lalu, Sam menatap bulan purnama yang malam itu bersinar terang. Cahaya bintang menghiasi bagian langit hitam yang kosong. Indah. Itu pikir Sam.

Di dalam hati, dia merasa sangat-sangat asing dengan dunia ini. Dengan tempat ini. Dengan kehidupan yang baru ia jalani beberapa hari di sini bersama Jenna. Dan juga, Sam merasa tidak mengenali tubuhnya sendiri. Dia tidak mengenali cara kerja tubuhnya dan apa yang ia rasakan. Semuanya terasa buram. Sam sama sekali tidak ingat siapa dirinya, tetapi lama-kelamaan ada sesuatu hal yang mendorongnya agar segera mencari tahu siapakah jati dirinya yang sebenarnya. Apakah dia berasal dari tempat orang-orang baik atau justru sebaliknya?

Apakah dia memiliki masa lalu yang cukup baik untuk berada dekat dengan Jenna?

Sam takut kalau seandainya ingatannya kembali beserta jati dirinya yang ternyata memiliki tabiat yang amat-sangat buruk nantinya bisa menyakiti Jenna.

Untuk saat ini Sam hanya bisa bersikap normal dan melengkapi setiap potongan-potongan ingatan yang selalu menghantuinya secara acak. Mengapa dia merasa tidak asing dengan kata neraka, surga, kisah para malaikat, dan hubungan mereka semua dengan adanya tuhan?

Seolah Sam tahu segalanya yang terjadi di alam lain. Alam yang tak terjamah oleh manusia biasa.

Jenna berkata kalau manusia adalah makhluk yang paling tuhan cintai. Makhluk ciptaannya yang paling mulia sehingga malaikatpun mau tunduk di hadapan manusia dan menghormati ciptaan terindah sang tuhan. Namun, berbeda dengan iblis. Iblis memiliki rencana yang besar dan niat yang sangat buruk untuk manusia. Mereka berani melawan tuhan dan pasukan para malaikat. Mereka memanfaatkan kefanaan dan nafsu manusia sehingga mereka mau mengikuti jalan para iblis yang seratus persen bermuara pada keburukan.

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang