Sementara itu di suatu tempat yang berada di tengah-tengah kota. Tempat yang strategis, namun tersembunyi. Hanya beberapa orang tertentu yang bisa melihat keberadaan tempat sebesar kastil seperti itu. Tempat yang hanya dihuni oleh segelintir manusia tak biasa dengan profesi yang tak biasa pula. Ketika kita menelisik lebih jauh lagi--di dalam sana seorang gadis berambut merah, bernama Natasha Clea tengah sibuk merasakan degup jantungnya yang begitu tak karuan. Entah apa lagi yang baru saja menyeberangi dunia kehidupan dengan intesitas yang sangat besar dan kuat. Natasha menggigiti bibir bawahnya seraya memandang ke luar jendela dan merenung beberapa saat.
Sampai akhirnya suara ketukan pintu pun terdengar dan sebelum gadis itu menoleh--ia sudah tahu siapa yang baru saja datang.
"Boleh aku masuk?"
"Tentu." Natasha tersenyum sekilas.
"Kau tidak datang untuk sarapan tadi pagi, Nath."
Natasha menghembuskan napas panjang, "maaf. Aku tidak berpikir untuk sarapan dulu hari ini." Jawabnya separuh murung.
Wanita itu--Danika menyentuh pundak Natasha dengan penuh kelembutan. Natasha menolehkan kepalanya dan melihat senyuman hangat bak malaikat. "Kau memikirkan sesuatu yang sangat berat, ya?"
Natasha mengangguk lemah. Tak ada sedikitpun alasan baginya untuk terus menyembunyikan keresahan ini.
"Kau boleh bercerita denganku sebelum Hauser menyadari keanehan yang ada di dirimu." Ujar Danika pelan.
Natasha mengerjap, mengalihkan pandangannya kembali lurus ke depan, lalu menelan saliva nya dengan susah payah. "Aku sangat khawatir. Keresahan menyelimuti hatiku, karena sejak semalam aku merasakan sesuatu memasuki tempat kehidupan kita ini."
"Apa itu?"
"Aku tidak tahu. Apapun yang datang tadi malam itu sangatlah kuat dan 'besar'. Terasa berbeda dari yang lainnya, karena ini sangatlah menggangguku." Natasha mengepalkan kedua tangannya di kedua sisi tubuhnya yang berdiri tegap.
Danika menarik lengan itu dan membawa Natasha untuk duduk berhadapan dengannya di tepi kasur. Danika memandangi wajah Natasha yang terlihat letih tak terurus sejak kepergian sosok terpenting dalam hidupnya. Setelah kejadian itu Natasha menjadi semakin kuat dan mati-matian melindungi dirinya juga orang-orang tersayang di sekitarnya. Segala tugas maupun misi telah ia tuntaskan dalam waktu singkat. Selagi semua itu dia jalani, Natasha pun semakin bertambah kuat beriringan dengan banyaknya iblis yang ia habisi.
Namun, secepat itulah Natasha terlihat tak pernah mau mengurusi dirinya sendiri. Dia hanya ingin mencari sebuah pelarian agar tidak terus-menerus bersedih.
"Kau tidak sendirian, Nath." Danika menyelipkan anak rambut Natasha ke belakang telinga nya, "ada Hauser dan Mordu. Kami siap mem--"
"Ini adalah peperanganku, Danika. Mordu dan Hauser tidak boleh ikut campur. Akan sangat berbahaya bagi mereka."
Danika terdiam sejenak dan mengerjap mendengar ucapan itu sebelum akhirnya ia menghela napas panjang, kemudian tersenyum memahami. Sangat memahami. "Aku mengerti, Natasha. Kau sudah sangat kuat. Kau menempa dirimu sekeras mungkin hingga akhirnya bisa menjadi sekuat ini dan berhasil melindungi kami semua. Aku bangga pada dirimu yang sekarang, tetapi aku juga sedih melihatmu menyiksa dirimu seperti ini."
Natasha terdiam. Ia menundukan wajahnya sedikit.
Danika meraih kedua tangan Natasha dan menggenggamnya erat-erat. Natasha pun refleks menatap Danika dengan nanar yang memancarkan begitu banyak kesedihan.
"Ini seperti bukan dirimu yang sesungguhnya Natasha. Kau sedang melarikan diri dari sesuatu yang sangat tidak kau inginkan dan aku paham akan hal itu. Kau tidak perlu melakukan ini sendirian, karena kami akan selalu ada bersamamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Devil
FantasyHanya seorang iblis yang murni berhak mengetahui masa depan dan masa lalunya. Iblis yang tidak tahu jati dirinya dan selalu di kucilkan dari kaumnya. Tidak di cintai oleh siapa pun. Sampai akhirnya, ia di buang dari negerinya ke tempat yang tidak se...