CHAPTER 11 : Serangan

48 6 0
                                    

"Hei, Sam! Sam!"

Sam tersentak kaget, terbangun dari tidur dan ditarik dari dalam mimpinya. Itu semua bukan hanya sekedar mimpi dan Sam tahu benar arti yang terkandung di alam bawah sadarnya. Sam mengerjap. Jadi, dia baru saja bertemu dengan ibunya atau lebih tepatnya ibunya menghampiri dirinya lewat alam bawah sadarnya. Sam melirik Jenna dan mendapati wajah gadis itu terlihat begitu khawatir. Jenna pun dapat bernapas lega ketika melihat Sam baik-baik saja meskipun sebelumnya Sam meneriakan kata 'Ibu' berkali-kali dan kata 'Siapa aku?'.

Sam pun menatap ke sekelilingnya dan menyadari dirinya masih berada di perpustakaan.

Melihat kebingungan di wajah Sam--Jenna pun bergegas memakai sweternya dan meraih tas slempangnya, lalu mengajak Sam untuk bangkit.

"Ayo, Sam. Sudah waktunya pulang." Jenna tersenyum.

Melihat senyum itu Sam terdiam sejenak. Menatap wajah Jenna sembari termangu. Dia mengorek-korek ingatan nya yang hilang dan berusaha mengingat siapa gadis di hadapannya ini. Mengapa Sam merasa Jenna begitu berharga baginya. Mengapa Sam merasa ia harus melindungi Jenna dan perasaan ingin terus bersama nya itu membuat Sam terus-menerus tersakiti, karena tak mampu mengingat sedikitpun hal kecil mengenai Jenna dan dirinya.

"Aku ingin selalu bersamamu, Jenna."

Kalimat itu membuat Jenna terbelalak kaget. Gadis itu mengerjap dan menyumpah dalam hati apakah telinga nya tidak salah mendengar?

Bertepatan setelah itu Sam menggenggam tangan Jenna dan bangkit berdiri. "Ayo, kita pulang."

Wajah Jenna sukses memanas dan jantungnya berdegup tak karuan hanya karena kalimat seperti itu.

*  *  *

"Kau bermimpi, ya? Mimpi buruk?" Tanya Jenna saat mereka berada di perjalanan pulang--melangkah bersisian di tengah gelapnya malam.

Sam menghela napas. Lagi-lagi dia berpikir apakah ini waktu yang tepat untuk menceritakan segalanya yang ia alami saat tertidur tadi. Dan memberitahukan kepada Jenna bahwa ia sudah mengetahui nama asli nya.

Sam menggelengkan kepalanya. "Tidak terlalu buruk."

Jenna mengulum bibirnya sesaat, menatap lurus ke depan. "Tapi, kau terlihat kesakitan."

Sam spontan menolehkan kepala untuk memandang wajah Jenna dari samping. "Benarkah?"

Jenna mengangguk. "Dan kau juga memanggil Ibumu. Kau berulang kali bertanya siapakah dirimu yang sebenarnya," Jenna menatap Sam. "Apa kau bermimpi tentang masa lalumu?"

Bibir Sam sedikit terbuka ingin menjawab pertanyaan itu dengan kebenaran yang ada, namun dengan cepat ia segera mengurungkan niatnya dan membungkam bibirnya rapat-rapat untuk beberapa saat. Sam mengalihkan pandangannya ke depan--berusaha sekuat mungkin agar tidak menatap wajah itu. Wajah yang menunggu jawaban pasti darinya.

"Aku hanya bermimpi tentang ibuku. Aku bertanya padanya tentang ingatanku yang hilang." Jawab Sam pelan.

"Lalu, apa kau mengingat sesuatu?"

Sam terpejam sesaat dan menghela napas panjang. Ya, aku ingat nama asliku. Batin Sam yang ingin sekali ia ucapkan kepada Jenna, tetapi yang keluar dari mulutnya hanya, "tidak. Aku tidak mengingat apapun." Hanya itu dan penuh akan kebohongan.

Terdengar jelas Jenna menghembuskan napas panjang dan berat. Gadis itu berdeham ringan dan menepuk lengan Sam. Lelaki itu menoleh dan mendapati Jenna tersenyum tipis kepadanya, "jangan khawatir. Mungkin saja itu pertanda sebentar lagi kau akan mendapatkan kembali ingatanmu yang hilang." Jenna mengangguk kecil. "Dan sampai saat itu tiba aku akan selalu ada bersamamu."

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang