Di dunia yang fana ini terdapat dua hal, yaitu kebaikan dan keburukan. Dua hal tersebut merupakan cerminan yang ada dalam diri manusia. Kebaikan yang datang dari karunia Tuhan dan keburukan yang tercipta akibat pengkhianatan terhadap Tuhan. Menentang larangan-Nya sudah seperti bahan bakar bagi iblis untuk memperkuat diri mereka. Seperti itulah dunia fana.
Kejam.
Barrack tidak bisa tertidur malam hari itu. Pikirannya berkelana membayangkan apa yang sudah dilalui Jenna selama dua belas sejak Barrack kehilangan dirinya. Barrack menghela nafas panjang sambil berharap kalau saja ingatannya itu mendadak kembalu pulih mungkin dia bisa mengetahui siapa yang telah membawa Jenna pergi. Ya, seandainya ia bisa mengembalikan ingatannya yang hilang semudah membalikan telapak tangan.
Barrack berusaha untuk bangkit dari tempatnya berbaring. Tubuhnya terasa ringan pada pagi hari ini dan kekuatan dalam tubuhnya membaik meskipun rasa pegal ada di persendian kedua lengannya. Lelaki itu meringis sesaat sebelum akhirnya ia bangkit berdiri dan beranjak ke arah pintu keluar Ruang Perawatan. Barrack membuka nya perlahan dan untuk sejenak membiarkan kepalanya terulur sembari menengok ke kanan dan ke kiri. Sangat sunyi dan sepi. Siliet cahaya matahari pagi memasuki koridor luas yang mirip seperti sebuah kastil kerajaan. Barrack bahkan dibuat terkagum-kagum dengan interior yang luar biasa dan 'baru pertama kali' ia melihat koridor seindah ini. Sangking sunyi nya Barrack dapat mendengar langkah kakinya sendiri.
Sejenak ia berhenti di depan jejeran jendela kaca transparan yang lebar nyari memenuhi dinding koridor tersebut. Dan jendela transparan itu menyajikan pemandangan yang indah ketika Barrack menyibak gordennya sedikit lebih lebar. Hamparan rumput hijau dan di luar gerbang besi yang menjulang tinggi itu terdapat hutan yang begitu lebar. Barrack mulai berpikir bahwa tempat ini dikelilingi pepohonan rimbun yang jauh dari hiruk pikuk tengah kota. Lelaki itu bisa melihat gedung-gedung menjulang tinggi yang terletak jauh sejauh mata memandang.
Barrack tersenyum tipis.
Indah sekali. Batinnya berbisik.
"Hei, Nak."
Barrack tertegun mendengar suara bariton seseorang menggema ke seluruh koridor dan membuatnya refleks menoleh ke asal suara. Suara itu datang dari sisi kanan koridor.
Barrack yang segera tahu bahwa orang tersebut adalah seorang Pemburu Iblis pun langsung bingung hendak bersikap seperti apa. Apakah orang itu akan membunuh dirinya dalam sekejap? Ah, rasanya sangat memungkinkan mengingat perkataan Natasha bahwa semua orang di dalam institusi tahu kalau dirinya adalah seorang iblis.
"Ah, tenang, Nak. Tenang."
Suara itu kembali terdengar dan sosoknya melangkah dengan sangat tenang menuju ke arah Barrack. Terdengar langkah kaki disertai bunyi gemelatuk tongkat. Dari kejauhan Barrack bisa melihat sosoknya yang cukup tua dan memegang sebuah tongkat sebagai bantuannya berjalan. Namun, setelah Barrack melihat dengan seksama--di puncak tongkatnya yang tinggi melebihi sedikit kepala pria tua itu terdapat seekor burung gagak yang bertengger.
Orang tersebut semakin mendekat dan akhirnya berdiri di depan Barrack. Wajahnya terlihat tenang dan bijak sampai Barrack tak tahu harus berkata apa.
"Selamat Pagi, Nak. Tidurmu nyenyak?" Tanya pria tua itu.
Barrack mengerjap sesaat, "um... tidak. Aku tidak bisa tidur." Jawabnya ringan.
Pria tua itu berdeham, "maaf, rasanya aku tidak pantas memanggilmu dengan sebutan 'Nak' meskipun dari segi wajah kau jauh lebih muda dariku. Tapi, aku tahu umurmu serta kedudukanmu tentunya jauh lebih tinggi dariku." Ujar pria tua itu.
"Boleh aku tahu namamu, Tuan?"
Pria tua itu terdiam sejenak. Raut wajahnya tak berubah sedikitpun dan masih tetap terlihat tenang meski sebenarnya ia cukuo terkejut. Dia pun membenarkan yang Danika ceritakan kepadanya semalam tentang sosok Barrack yang saat ini mereka rawat di institusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Devil
FantasyHanya seorang iblis yang murni berhak mengetahui masa depan dan masa lalunya. Iblis yang tidak tahu jati dirinya dan selalu di kucilkan dari kaumnya. Tidak di cintai oleh siapa pun. Sampai akhirnya, ia di buang dari negerinya ke tempat yang tidak se...