CHAPTER 2 : Berkenalan

219 18 0
                                    

Jenna mendudukan lelaki asing itu di sofa yang ada di ruang tamu. Jenna tentu saja sedikit panik dan khawatir melihat kondisi lelaki asing yang baru saja menyelamatkan harga dirinya. Luka di tubuhnya berupa goresan-goresan tipis, namun berdarah. Pasti sangat perih kalau terkena air.

Badan lelaki asing itu sangat atletis. Hanya saja agak kotor, karena terdapat begitu banyak noda tanah yang mengering. Sampai-sampai ikut mengotori sweter yang Jenna gunakan tadi. Jenna terlebih dahulu melepas sweternya, kemudian berjalan ke arah dapur untuk mengambil air hangat, handuk, dan kotak P3K. Dan kembali dalam waktu beberapa menit.

"Tetaplah sadar, ya?" Ucap Jenna sambil memulai membasahi handuknya.

Lelaki itu hanya menganggukan kepalanya kaku. Kedua matanya terpejam dengan posisi punggung bersender di senderan sofa dan kepala yang terkulai ke belakang pada senderan sofa.

Jenna mulai membersihkan tanah mengering yang menempel di kulit tubuh lelaki itu. Perlahan-lahan, karena beberapa kali Jenna mendengarnya mengerang kesakitan. "Maaf, aku sudah berusaha sepelan mungkin," ujar Jenna lirih.

Lelaki itu membuka kedua matanya perlahan-lahan. Dia menatap langit-langit ruang tamu rumah Jenna. "Di mana ini?"

"Kita berada di rumahku. Siapa namamu?"

Lelaki asing itu terdiam beberapa saat. Tetapi, matanya menerawang jauh ke atas sana. Jenna sampai harus menengok ke wajah lelaki itu, takut kalau saja mendadak ia tak sadarkan diri.

"Siapa namamu?" Jenna mengulangi pertanyaannya.

"Aku..." lelaki itu menggantungkan ucapannya.

"...tidak tahu."

Jenna tertegun. Gadis itu berhenti sejenak, kemudian memandangi garis wajah tegas milik lelaki asing di hadapannya saat ini. Dia terlihat tidak berbahaya. Dia lemah, diam, dan tenang. Meskipun dia lelaki asing, entah menapa Jenna merasa aman untuk yang pertama kalinya berada satu rumah dengan lelaki asing tanpa pengawasan Mia. Untung saja Mia sudah kembali ke kota besar dan kemungkinan akan membutuhkan waktu lama agar bisa mengunjungi Jenna lagi.

Jenna heran. Lelaki di hadapannya ini seperti bukan lelaki biasa. Dia terluka parah dan tak tahu namanya.

"Kau tahu di mana tempat tinggalmu?" Tanya Jenna lagi.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan.

Jenna lanjut membersihkan luka-luka goresan di tubuh lelaki asing itu. "Akan sangat sulit aku memanggilmu kalau tidak tahu nama mu. Bagaimana kalau aku memberikan nama sementara untukmu?"

Lelaki asing itu melirik Jenna yang sedang asik mengobati lukanya. "Boleh?"

"Tentu. Bagaimana kalau aku memanggilmu Sam? Sammuel. Terdengar keren."

Lelaki itu mengernyit. "Samma-el? Anjing neraka?"

Jenna terbelalak kaget dan segera menggelengkan kepalanya cepat. Pandangannya beralih menatap wajah tenang di hadapannya saat ini. "Bukan! Bukan begitu. Sammuel, bukan Samma-el. Lagipula dari mana kau tahu tentang semua itu? Kau membaca buku?"

Sam kembali menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Kata-kata itu terlintas di dalam pikiranku."

Jenna mengangguk-anggukan kepalanya. "Baiklah. Jadi, mulai sekarang aku memanggilmu Sam," kemudian, Jenna tersenyum ke arah Sam.

"Nama itu sangat asing bagiku."

"Tidak apa. Setidaknya aku bisa memanggilmu dengan mudah dan juga membantumu mencari identitas aslimu."

Jenna mengerti. Sepertinya Sam mengalami amnesia. Dia lupa segalanya. Ingatannya sama sekali buram dan tak berbekas. Sulit bagi Jenna untuk membantunya kalau Sam sendiri tidak tahu siapa dirinya.

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang