Jenna memasak sarapan pagi ini untuk Sam. Karena, semalam lelaki itu tak membuka matanya hingga detik-detik matahari hendak terbit. Uniknya lagi, Sam membangunkan Jenna yang sebenarnya masih ingin tidur. Namun, begitu mendengar keluhan Sam yang merasa lapar, tak tega rasanya menolak apalagi memarahi Sam.
Alhasil, Jenna bangun terlalu pagi, terlalu kenyang, dan terlalu kantuk. Dia hanya menonton Sam yang sedang menikmati panekuk di pukul enam pagi. Jenna tersenyum kecil padahal kepalanya sudah terkulai lemah di atas meja dengan tumpukan lengan sebagai bantal.
Namun, perlahan-lahan senyuman Jenna memudar ketika teringat kejadian semalam. Sesuatu yang membuat Sam kesakitan. "Sam," ujar Jenna pelan.
Sam melirik Jenna dengan mulut penuh sedang mengunyah. "Hm?"
"Apa yang terjadi semalam? Kau kesakitan. Apa kau mengingat sesuatu?" Tanya Jenna lagi tanpa merubah posisi nya saat ini.
Sam terdiam. Mulutnya berhenti mengunyah lantas menatap Jenna secara keseluruhan. Tatapannya sama seperti biasa. Dingin dan datar. "Aku..." jeda. Sam memberikan jeda pada ucapannya. Jeda yang cukup lama bagi Jenna sehingga gadis itu buru-buru mengangkat kepalanya--beralih bertopang dagu.
"Kau kenapa, Sam? Kau mengingat sesuatu?"
Sam mengalihkan pandangannya dari Jenna ke arah piringnya. "Aku mendengar sesuatu. Sebuah suara yang tidak asing berputar dan menggema di kepalaku seolah aku pernah ada bersama si pemilik suara."
"Suara siapa? Laki-laki atau perempuan?"
"Lelaki. Suaranya berat dan penuh dendam. Penuh antusias kejahatan. Aku bisa merasakannya hanya dengan mendengar suaranya berputar di kepalaku." Sam kembali menatap Jenna, "dan itu sangat menyakitkan."
Jenna menghela napas. Hanya itu ternyata. Jenna tersenyum kecil, "mungkin itu salah satu serpihan memori yang ada dalam kehidupanmu sebelum amnesia menyerang. Suatu saat nanti kau akan mengingat semuanya, aku yakin. Aku akan membantumu, Sam," Jenna mengusap pundak Sam dan menganggukan kepalanya meyakinkan.
Sam memandang setiap inci wajah Jenna. Aroma tubuh Jenna yang selalu membuatnya tertarik persis seperti malam pertama kali mereka bertemu. Keberadaan Jenna yang membantunya menemukan sebuah jalan keluar. Degup jantung Jenna--Sam bisa mendengar dan merasakannya sama seperti malam itu. Sebuah aroma menuntunnya dan ternyata asalnya dari Jenna sendiri. Itulah yang membantu Sam bangkit dan keluar dari hutan setelah insiden yang tak pernah ia ketahui. Jatuh dan merasa begitu lemah. Hingga akhirnya pertemuannya dengan Jenna pula yang menyembuhkan segalanya. Membuat segalanya nyaris utuh.
"Jenna, terima kasih." Ucap Sam setelah sekian lama berdiam diri tak melanjutkan aktivitas menyantap makanannya.
Jenna menaikkan kedua alisnya. Dia tergelak pelan sembari meraup beberapa helai rambut yang menutupi keningnya. "Berterima kasih untuk apa?"
Sam menatap wajah Jenna lekat-lekat. "Untuk segalanya."
~¤~
New York
Sementara itu di sisi lain. Tepatnya di sebuah kota besar yang jauh dari kota kecil tempat Jenna tinggal. New York. Kota yang tak pernah tidur. Kegelapan malam sudah merayap, gedung-gedung pencakar langit memancarkan cahayanya yang berkelap-kelip menyilaukan mata. Klakson mobil bersahut-sahutan di saat semua orang terburu-buru pulang dan sebagian ingin menjalankan hiburan malam yang seolah tiada henti.
Klub-klub malam terbuka lebar untuk menghapus penat para pekerja kantor maupun masyarakat lainnya yang tak memiliki pekerjaan dan sibuk dengan urusan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Devil
FantasyHanya seorang iblis yang murni berhak mengetahui masa depan dan masa lalunya. Iblis yang tidak tahu jati dirinya dan selalu di kucilkan dari kaumnya. Tidak di cintai oleh siapa pun. Sampai akhirnya, ia di buang dari negerinya ke tempat yang tidak se...