CHAPTER 28 : Puncak Amarah

27 0 0
                                    

"Tidak, Barrack." Gumam Ares saat melihat perlahan tapi pasti perubahan yang terjadi pada iblis itu.

Guratan-guratan hitam menjalar naik dari leher hingga ke pelipisnya. Kedua mata Barrack terbelalak lebar dengan wajahnya yang menengadah ke atas dan kedua bola matanya menghitam legam. Hal itu merupakan pemandangan yang membuat Ares merasa sangat terkejut. Dia langsung mencari sesuatu yang bisa dia lakukan untuk menyadarkan Natasha, karena wanita itu benar-benar terperangkap dalam ilusi nya. Entah apa yang akan terjadi, jika mereka bertiga tidak ada yang dapat menyadarkan Barrack.

Ares yang sedaritadi merasa mual itupun mendadak mendapatkan ide yang sempurna. Dia memaksa dirinya untuk memuntahkan isi perutnya dengan susah payah guna menarik perhatian dua kesatria neraka terlebih dahulu.

Sementara itu di sisi lain, kegelapan telah menguasai Barrack. Kini jati dirinya sebagai seorang iblis murni pun telah menguasai pikiran serta hati nurani nya yang berada di bawah kendali raja iblis, Allegian.

Allegian tersenyum puas melihat itu. Perlahan-lahan rantai yang mengekang Barrack terlepas begitu saja seperti ada sesuatu yang memaksa benda itu terlepas. Terdengar bunyi yang tak biasa ketika Barrack bangkit dari duduknya dan mampu berdiri tegap dengan bebas. Luka-luka dan darah serta memar yang ada di tubuhnya ikut sembuh seiring perubahan yang terjadi pada dirinya.

Allegian melirik Cronisiant agar adiknya itu membawakan sesuatu milik Barrack yang mereka bawa dari tempat asal mereka.

Tak butuh waktu lama untuk Cronisiant mengambil benda tersebut. Dia datang dengan membawa sesuatu berbentuk panjang dan berbalut kain berwarna hitam. Ia memberikannya kepada Allegian.

"Selamat datang kembali, Adikku." Ucap Allegian dan membuat Barrack menghadap ke arahnya.

Refleks Barrack berlutut dengan satu kaki di hadapan Allegian dan menundukan kepalanya dengan penuh hormat. Allegian tersenyum miring.

Dia berhasil mengendalikan adiknya yang paling pembangkang.

"Aku membawakanmu ini," Allegian melepas kain hitam yang menutupi benda tersebut. "Senjata kematian milikmu, Adikku."

Sebuah pedang yang terbuat dari hasil tempa baja dan perak, begitu mengkilat, dan memiliki gagang yang amat sangat kokoh. Pedang itu adalah senjata yang telah lama Barrack simpan dengan tujuan agar dia berhenti membunuh. Dia menyimpan senjata itu sejak puluhan tahun lalu--lebih tepatnya setelah kematian sahabatnya yang merupakan seorang malaikat agung bernama Ludociel. Pedang itu menyimpan kutukan tersendiri, karena saat ia menggenggam pedan tersebut Barrack merasa ingin membunuh.

Dia menyimpan pedang itu dan menjauhkan dirinya dari benda terlarang tersebut.

Akan tetapi, malam itu Allegian memberikannya kembali kepada Barrack. Sosok Barrack yang benar-benar berbeda.

Barrack bangkit berdiri dan menatap pedang tersebut untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia menyambut pedang tersebut ke dalam genggamannya seperti dulu kala.

"Mulai sekarang kau akan mematuhi perintahku, Rumania'n Ail Barrack."

Cronisiant tersenyum puas melihat segalanya berjalan dengan baik. Inilah rencana yang telah ia rancang setelah sekian lama sejak ramalan yang menunjukkan takdir bahwa adanya seorang bayi perempuan yang lahir dan akan memusnahkan kaum mereka.

"Sekarang, gadis itu..." Allegian menunjuk ke arah Jenna yang berusaha mengangkat wajahnya untuk melihat apa yang terjadi pada Barrack.

Kembali kepada Ares yang langsung menarik perhatian dua kesatria neraka yang berjaga di dekatnya dengan muntahan yang super banyak. Yang pertama menyadari hal tersebut adalah si pembuat ilusi, yaitu GigelHaze.

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang