CHAPTER 37 : Melepaskan

17 1 1
                                    

Ketika semua telah usai, waktu telah dihabiskan bersama untuk melakukan begitu banyak hal meski tidak semuanya dirasakan dalam waktu singkat, namun duduk bersama di waktu yang cukup lama adalah sebuah momen emas yang bisa mereka lakukan sebelum akhirnya malam telah tiba. Pukul dua belas tengah malam adalah waktu yang tepat untuk membalikan sebuah keadaan dan waktu yang sangat tepat agar kekuatan seorang iblis dapat berfungsi dengan baik.

Malam itu pukul 11 malam, mereka memulai persiapan untuk ritual yang akan dilakukan. Danika menyiapkan bubuk mesiu dan semangkuk besar berisi air serta semangkuk berisi kelopak bunga mawar merah. Sementara Ares mengambil 10 buah lilin dari gudang yang berada di ruang bawah tanah untuk bahan ritual lainnya, kemudian Hauser mencari buku yang berisi mantra ritual yang dapat melindungi Jenna kalau saja kekuatan Barrack tak sanggup ditahan oleh tubuh manusia nya. Dan yang terakhir adalah Barrack. Iblis itu akan melakukan pertemuan dengan para majelis lewat alam bawah sadarnya, Barrack bertujuan ingin memberitahukan bahwa ia akan segera kembali ke Alam Bawah untuk mengurus kelanjutan hidupnya di bawah sana usai menyelesaikan urusannya bersama Jenna.

Di dalam kamar tidurnya, Barrack duduk di sebuah kursi dan menyediakan satu mangkuk besar berisi air yang jernih. Dia duduk tegap, bertelanjang dada, dan menatap lurus ke depan dengan tatapan datar nan dingin. Barrack terpejam usai memasukan kedua kakinya ke dalam mangkuk berisi air, mengucapkan sebuah mantra berulang sebanyak tiga kali sebelum akhirnya ia ditarik jauh ke dalam alam bawah sadarnya.

Di sana, 5 orang majelis telah menunggunya.

"Yang Mulia, Pangeran Barrack." Mereka semua membungkuk bersamaan.

Barrack mengangkat tangan kanannya ke udara sebagai balasan dari ucapan dan penghormatan mereka.

"Apakah Anda siap untuk melakukan upacara penobatan menduduki tahta Raja Iblis?" Tanya salah seorang majelis.

Mereka semua berpakaian jubah hitam dan tak ada satupun dari mereka yang memiliki wajah. Hanya ada kegelapan tanpa bayangan.

"Aku siap, tetapi tidak sekarang. Aku perlu melakukan sesuatu untuk meninggalkan orang-orang yang kutemui di dunia fana. Aku datang hanya untuk memberitahukan kepada kalian bahwa aku akan segera kembali ke Dunia Bawah untuk mengisi posisi kakakku." Jelas Barrack dengan lantang, namun terkesan datar.

"Baik, Yang Mulia. Kami harap kita bisa segera melakukan upacara penobatan, karena keseimbangan telah terganggu tanpa adanya keberadaan seorang Raja di Dunia Bawah. Kami khawatir, jika itu mengundang kehancuran." Balas salah seorang majelis yang berdiri di tengah.

Barrack mengangguk, "aku paham. Kalau begitu, aku pamit kembali agar aku dapat segera pulang ke Dunia Bawah." Barrack berbalik pergi dan sedetik kemudian jiwa nya kembali ke Dunia Fana--tempat dimana tubuhnya berada.

Asap menguar keluar dari permukaan kulitnya seperti api yang baru saja disiram oleh air dingin. Barrack meringis, kemudian memijat pundaknya dan menghirup aroma terbakar yang sama seperti sebelum-sebelumnya.

"Astaga, itu sebabnya aku tidak menginginkan teleportasi dengan alam bawah sadar menuju ke Dunia Bawah. Panas sekali." Gumamnya kesal untuk dirinya sendiri sembari berdiri dan beranjak mengambil kaos untuk menutupi tubuh bagian atasnya.

Tok, tok, tok.

"Ya, masuk."

Jenna melangkah masuk dan terkejut menghirup aroma terbakar. Dia mencari-cari sumber aroma itu dan ternyata datang dari Barrack. Jenna mengernyit heran dan Barrack segera mengetahui apa yang ada di dalam pikiran gadisnya itu. Ditambah lagi Jenna melihat kursi yang berada di tengah ruangan dan masih ada mangkuk besar berisi air serta cipratan air di lantai kamar tidur.

"Aku baru saja menemui Majelis Dunia Bawah untuk memberi laporan bahwa aku akan segera pulang." Ucap Barrack sembari mematut diri di depan cermin.

Jenna mengangguk-anggukan kepalanya, "lantas dari mana asalnya bau terbakar itu?" Tanya Jenna.

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang