CHAPTER 18 : Institusi

49 9 1
                                    

Kesadaran Barrack perlahan-lahan telah kembali. Hidungnya menghirup aroma obat-obatan yang sangat pekat dan tentunya asing baginya. Samar-samar telinganya mendengar sebuah suara dua orang yang sedang berdebat hebat.

"Tapi, Nath! Ayolah, ini bukanlah sesuatu yang baik. Ini pertanda buruk!"

"Dari awal pun ini sudah buruk, Ares. Banyak yang telah terjadi dan lihatlah!"

"Tetapi, dia orang asing dan kau membawanya ke ruang perawatan kita seolah dia itu bagian dari institusi ini."

Barrack membuka kedua matanya perlahan, namun rasa sakit menyerang kepalanya dan menimbulkan denyutan yang membuat ia mengerang pelan. Rupanya erangan tersebut membuat perdebatan tadi terhenti begitu saja dan sebuah langkah kaki berjalan ke arahnya yang sedang berbaring lemah.

"Danika, apa yang kau lakukan?" Tanya sebuah suara wanita yang Barrack tahu itu adalah suara Natasha. Sekarang suara itu tidaklah asing baginya.

"Kau tidak lihat? Dia sudah sadar dan kesakitan, sekarang tolong ambilkan ramuan obatnya."

"Kakak, kau mengobati orang asing. Seharusnya dia tidak boleh berada di sini." Suara lelaki bernama Ares itu menambahkan.

Barrack berusaha kembali membuka kedua mata nya dan melihat wajah seorang wanita yang sangat lembut sampai Barrack mengira itu adalah ibunya--berada tepat di depan wajahnya sambil memandang khawatir ke arahnya. Ketika pandangan Barrack benar-benar cerah dan kembali normal, lelaki itu beralih menatap langit-langit ruangan tersebut. Ya, dia berada di dalam sebuah ruang perawatan yang cukup asing dan di atas sana--tepatnya di langit-langit itu terdapat ukiran-ukiran simbol yang tak Barrack kenali.

"Itu rune pelindung penetral mantra yang biasa dibuat oleh penyihir." Ucap Danika pelan.

"Ini ramuannya." Kata Natasha seraya memberikan mangkuk kayu berisi cairan berwarna hijau tua.

Barrack mengalihkan pandangannya untuk melihat ke arah Natasha yang berdiri di bagian bawah dekat kedua kakinya. Natasha berdiri dengan wajah datar, sorot mata yang terlihat sangat kurang tidur, dan kedua lengan yang bersidekap dada.

Lalu, pandangan Barrack beralih ke arah seorang lelaki yang terlihat paling muda di antara mereka semua. Lelaki yang diduga Barrack sempat berdebat dengan Natasha tadi.

Ares.

"Ayo, minumlah dulu." Danika berucap dengan lembut.

Barrack merasakan perih yang luar biasa pada buku-buku tangan kanannya dan membuat ia memandangi tangan kanannya yang berbalut menggunakan perban dengan pandangan aneh. Dia sama sekali tidak tahu benda apa itu.

Danika tersenyum kecil, "tidak perlu khawatir. Tanganmu sudah diobati oleh Natasha. Kau hanya perlu meminum ramuan ini untuk mengembalikan kesehatan tubuhmu."

Barrack berusaha untuk bangkit, namun tubuhnya masih terasa lemas. Danika memberikan isyarat menggunakan pandangannya kepada Ares agar ia mau membantu Barrack untuk mengubah posisi nya menjadi duduk bersandar di brankar. Ares yang terlihat enggan itu akhirnya menurut saja mengingat dialah satu-satunya junior yang ada di dalam ruangan tersebut dan dengan sangat terpaksa Ares beranjak membantu Barrack.

Danika menyentuh pundak Barrack sementara tangannya yang lainnya--yang memegang mangkuk itu bergerak mendekat ke bibir Barrack untuk membantu lelaki tersebut minum sampai habis. Kening Barrack sedikit mengerut menatap cairan dalam mangkuk tersebut dan mulai memikirkan sesuatu.

Danika yang bisa mengetahui isi pikiran seseorang hanya dengan menyentuh bagian tubuh tertentu orang tersebut pun hanya bisa tersenyum dan sesuai dugaannya bahwa yang diucapkan oleh Natasha itu benar.

Pure DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang