8

902 120 17
                                    

8 tahun yang lalu...

Saat itu semuanya masih baik-baik saja. Mereka berlima masih menikmati kasih sayang dari kedua orangtuanya dengan penuh kebahagian. Semua orang iri pada keharmonisan keluarga mereka. Walaupun memiliki 5 anak dengan sifat yang berbeda-beda, mereka tidak pernah sekalipun terlibat pertengkaran hebat.

Semua dimulai sejak malam itu. Malam dengan hujan deras yang turun bagaikan mimpi buruk.

Malam dimana sang nyonya besar, Siella Anetalia Boboiboy, pulang dalam keadaan basah kuyup dan aroma alkohol yang kuat disekujur tubuhnya.

Sang kepala keluarga marah besar saat itu. Tanpa menyadari bahwa kelima anaknya mengintip dari balik pintu dapur, Boboiboy untuk pertama kalinya menampar sang istri dengan raut amarah.

Siella tak tinggal diam, ia memukuli Boboiboy dengan tas miliknya tanpa henti.

Malam itu si kembar tiga terpaksa menutup mata dan telinga kedua adik kembar mereka yang masih berusia 9 tahun. Halilintar berdiri dengan tangan terkepal, sedangkan Taufan dan Gempa memeluk sembari menutup telinga Blaze dan ice rapat-rapat.

Segala umpatan kasar terlontar tanpa jeda dari mulut wanita cantik yang merupakan ibu mereka itu. Halilintar marah, merasa muak dengan apa yang ia dengar. Ia hendak menemui orangtuanya, namun tangan Taufan yang menahannya membuatnya urung melakukan itu. Tak jauh dari mereka berdiri, sang pembantu rumah mereka menatap dengan raut sedih.

Ia melangkah mendekati kelimanya.

"Tuan muda, nona muda, mari saya antar ke taman belakang. Kebetulan saya sedang membakar jagung untuk anda berlima."

Kelimanya mengangguk, terutama Blaze dan Ice yang langsung berlari ke halaman belakang tanpa mengetahui apa yang terjadi pada kedua orangtuanya.

"Tuan muda?" Si pembantu kembali memanggil ketiga kakak kembar ini.

Halilintar hanya diam lalu pergi mengikuti Ice dan Blaze, disusul Gempa. Sedangkan Taufan hanya tersenyum pada pembantu didepannya ini.

"Bi Lina, bagaimana ini? Apa bunda marah? Tapi kenapa?" si kembar nomor dua itu berkata pelan. 

"Tuan muda, tolong jangan pikirkan itu ya. Mari kita kebelakang, saya akan buatkan anda susu coklat juga," ujar bi Lina sambil tersenyum.

Taufan menoleh dan mengangguk. Malam itu ia harap semua ini akan berakhir. Dan besok semua akan kembali normal.

---------------

PRANGGG! PRANGGG!

Pagi itu suara ricuh terdengar saat kelima bersauadara itu sedang sarapan. Gempa dengan segera meminta bi Lina agar membawa Blaze dan Ice pergi dari rumah. Halilintar, Taufan dan Gempa memutuskan untuk mendengarkan diam-diam apa yang terjadi.

Ketiganya mencoba untuk mendekat dan menguping. Namun ketika Taufan mengintip dari balik tubuh Halilintar, matanya membelalak saat Boboiboy hendak memukul Siella. Ia tak memperdulikan Gempa yang terus mencoba menahannya. Ia berlari kearah ayah dan bundanya itu.

"Ayah! Jangannnnnn!"

PLAKKKK!

"TAUFAN!"

"Aduh!"

Taufan terduduk sembari memegangi pipinya yang memerah. Tangan Boboiboy gemetar hebat setelah sadar dengan apa yang terjadi. Siella sendiri langsung menarik Taufan dan memeriksa wajahnya dengan khawatir.

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang