13

709 99 26
                                    

Hampir 3 bulan Taufan mengikuti Siella. Dan selama itu pula ia masih belum mendapatkan petunjuk apapun. Taufan sempat merasa ragu, ia mencoba untuk menyerah sebelumnya.

Namun mengingat pembicaraan bundanya 3 bulan lalu membuat Taufan frustasi. Terkadang Halilintar dan Gempa menanyakan kenapa sikapnya sedikit berubah.

Ia jadi tidak banyak tingkah dan lebih sering menghilang jika diajak belajar bertiga. Halilintar sempat curiga, namun beruntung ia menemukan alasan yang tepat sehingga Halilintar tidak bertanya lebih lanjut.

"Huffff..." desah Taufan malas. Saat ini ia sedang berada di rumah, kakak dan adik-adiknya pergi untuk belanja cemilan untuk mereka menonton film. Sedangkan Boboiboy dan Siella sedang dalam perjalanan pulang.

Taufan sebenarnya diajak oleh saudara-saudaranya, cuma ia sedang malas. Jadi ia berkata bahwa dia akan menunggu dirumah saja.

Taufan lantas memilih keluar dari kamarnya. Memilih untuk ke teras depan. Ia merasa aneh dengan suasana halaman depan yang kosong. Kemana para satpam yang sedang berjaga pergi? Ini bukan jam patroli sepertinya.

Namun perhatian teralihkan oleh sebuah lemari tua tak jauh dari gerbang. Lemari yang hendak dibuang oleh Siella dan Boboiboy sesaat sebelum mereka berangkat tadi pagi. Yang entah kenapa masih berada disana.

"Nih lemari belum dibuang? Kira-kira isinya apaan ya?"

Rasa penasaran membuatnya mengambil sebuah tusuk gigi yang biasa ia simpan di dompet miliknya.

Dimasukkannya benda itu ke lubang kunci dan mencoba membukanya.

Ceklek!

"Yes kebuka!" Taufan bersorak senang lalu membuka lemari itu. Tak ada yang aneh, hanya sebuah lemari berisikan dokumen-dokumen lama milik bunda dan ayahnya dan...

"Pis-pistol...?"

Taufan mengambil pistol berwarna hitam itu ragu.

Diliriknya pistol itu penuh tanya. Seketika matanya melotot ketika membaca goresan yang di pistol itu.

"Boboiboy!?"

Apa ini maksudnya?! Sejak kapan ayah punya pistol?

Taufan lalu mencoba membongkar isi lemari itu, namun tidak menemukan benda lain. Matanya lalu tertuju pada laci-laci yang berada didalam lemari itu. Ia merasa penasaran. Terkunci.

"Ck kenapa pake dikunci sih?" kesal Taufan sambil mengutak-atik lubang kunci dengan tusuk gigi.

Laci pun terbuka, dan Taufan mengerenyit melihat isinya. Sebuah surat. Surat yang ditulis tangan, yang mana tulisannya mulai memudar. Mungkin terkena air.

Pada akhirnya aku menikahinya...

Kalimat pembuka disurat ini membuat Taufan bingung.

Ini tidak adil sekali. Aku tidak menyukai maupun mencintainya. Tapi ayah dan ibu tetap saja memaksaku.

Bagaimana bisa aku harus menikah dengan wanita itu? Pernikahan politik adalah hal yang paling kubenci.

Tapi aku bisa apa? Jika aku menolaknya, maka aku akan diusir dan dihapus dari daftar warisan.

"Ini ayah lagi nulis diary?" bingung Taufan.

Perempuan itu namanya Siella Anetalia Blourd. Anak dari tuan Ettore Blourd dan nyonya Caressa Blourd.

Dia memang cantik. Rambut coklat keemasan, mata biru safir yang terlihat indah, tubuh ideal yang diimpikan banyak perempuan.

Seharusnya aku beruntung. Tapi aku tidak. Aku merasa akan dalam masalah jika bersamanya.

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang