30

421 70 17
                                    

"Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu saat ini."

Ying menatap Taufan dengan pandangan terluka.

"Kenapa?"

"Kuharap kau memahami posisiku saat ini Ying."

Ying menunduk sedih. Namun ia juga tidak bisa memaksa Taufan.

"Kalau begitu, hubunganmu dengan nona Shielda?"

"Ya, kami sahabat, dan dia selalu bersamaku."

"Padahal aku masih menyimpan gelang itu."

Taufan tiba-tiba saja merona.

Yang dimaksud itu gelang yang dia beri dulu? Yang dia beli dipasar seni itu? Yang murah itu?

"Kau serius!?"

Ying mengangguk. Ia menunjukkan pergelangan tangan kirinya. "Benda ini selalu kupakai, tidak pernah kulepaskan sekalipun."

"Serius? 7 tahun!?"

"Iya."

"Kau gila," komen Taufan tak percaya.

Ying tertawa kecil. "Mungkin, haha."

Melihat tawa Ying, Taufan jadi ikut tertawa. Ia rasa ketegangan diantara mereka akan mencair.

Mereka kembali keruangan Fang sambil tertawa sebelum mereka kembali dan menemukan Shielda sedang duduk didepan Sai dengan pandangan kesal.

Ying nampak tak memperdulikan itu.

"Kita perlu bicara Taufan."

"Oh hai sayangku, kau sudah sampai?"

Shielda hanya mengangguk dengan wajah kesal.

Ia lalu memberitahu tentang pertemuannya dengan Stanley. Tentu saja dengan amarah menggebu-gebu, dia bahkan nyaris menggebrak meja jika saja Taufan tidak menghalanginya.

"Tenang Shielda, tenang." Sai mencoba menenangkan adiknya.

"Hei Sai, kau juga pasti akan muak jika diposisi ku tadi!"

Taufan hanya bisa mengelus punggung Shielda, menenangkan wanita itu.

"Jadi, bagaimana menurutmu Taufan? Apa rencanamu?"

"Ya, akan kuberitahu setelah Halilintar, Ice dan ay-- Boboiboy datang."

"Kak, sepertinya kau masih marah dengan ayah ya?" tanya Gempa.

Taufan hanya menyeringai. "Oh adik manisku, mau mencoba posisiku saat ini, hm?"

Gempa hanya tersenyum canggung.

"Ah, aku membawa pakaianmu Fan. Aku juga bawa untukmu Sai," ujar Shielda, memberikan 2 buah paperbag berisi pakaian Taufan dan Sai.

"Shielda. Kau memang peka ya, aku jadi tambah menyayangimu deh~~" goda Taufan.

Shielda mendengus. "Hentikan itu dan pergilah mandi kalian berdua," ujar Shielda pada Taufan dan Sai.

Sesaat setelah kedua pria itu pergi untuk mandi dan berganti pakaian, suasana hening menyelimuti kamar VVIP itu. Ocxill sendiri sedang fokus merancang rencana Taufan yang dia beritahu dulu padanya tadi.

Hanya tersisa Shielda, Ying, Gopal dan Gempa yang duduk berhadapan dengan suasana canggung.

"Uhm.. nona.."

"Vancaster, Shielda Vancaster," ujar Shielda.

"Ya nona Vancaster, kau.. kau beneran pacaran dengan Taufan?" tanya Gopal.

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang