"Loh kok marah? Aku benar loh~"
"KAU!! Lancang sekali bicaramu! Aku adalah anak kandung ayah dan ibuku!! Aku bunuh kau!!"
"Aduh ngerinya, aku mau dibunuh lagi~ Ukh takut~!"
Taufan menahan tawanya melihat ekspresi kesal yang diperlihatkan Stanley dan Faddien.
"Kau..."
"Wahahaha, keluargamu tak kalah kacaunya denganku ya pffftt~"
Faddien terlihat murka, terlihat dari tangannya yang mulai memberi tanda agar orang-orangnya menyerang Taufan dan Halilintar kembali.
Taufan maju dan menyerang beberapa orang sekaligus, menghalangi agar mereka tidak mendekati Halilintar yang kini pasti sedang berbicara dengan Ocxill.
"Ah curang! Mainnya keroyokan!" oceh Taufan sambil menumbangkan 3 lawannya sekaligus.
Faddien menggeram marah melihat Taufan yang terlihat bermain-main, sedangkan Stanley menghela napasnya.
Memangnya kapan Taufan serius saat berkelahi? pikir Stanley, menatap Taufan tak habis pikir.
Sementara Taufan berkelahi, Halilintar mengintip memastikan kondisi sekitar. Melihat kondisinya yang sedikit lebih baik, ia memilih untuk mencoba menyerang mereka dari belakang.
Bzzttt
"... tetap fokus... kami tiba.. dalam 5 menit.."
"Okay."
"... Taufan... bagaimana..."
"Dia berkelahi melawan 10 orang tadi, sudah tumbang 3, berarti sisa 7."
"... tangan kirinya..?"
"Sepertinya bengkak lagi? Tapi dia terlihat santai."
"... bajingan gila itu... benar-benar tidak.. waras..."
Halilintar tau apa yang dimaksud Ocxill. Melihat saudara kembarnya itu hidup sendirian selama 7 tahun dengan ingatan kosong, pasti banyak hal sulit yang sudah dia lewati. Tidak heran jika kemampuan Taufan dalam bela diri meningkat pesat sehingga pastinya luka ditangan kirinya itu bukan apa-apa.
"... santai saja... Taufan pernah melawan lebih banyak dari itu dan... hanya bonyok biasa..."
"Aku tidak mengerti, tahap biasa yang kalian maksud itu bagaimana."
"Ya... patah tulang..? Entah lupa aku.."
"Ochobot, kalian benar-benar gila."
Halilintar mengendap-endap pelan dibalik bebatuan. besar. Ia melirik seberang sungai, tempat dimana Taufan dan keluarganya mendapat siksaan dari Calestie, Faddien dan Stanley.
Tempat itu ditutupi oleh pepohonan besar dan rumput ilalang yang tinggi, terdapat bebatuan besar yang diantaranya terdapat jejak darah yang tertinggal. Bahkan dibagian tanah dan juga pepohonan terdapat baretan besar yang ia duga itu berasal dari pisau.
Memikirkan bagaimana Taufan dan Blaze berada disana saat itu membuat Halilintar merasa sesak. Ia yakin Blaze akan menangis karena ketakutan dan Taufan yang berusaha melindunginya.
"Jadi.. apa bunda juga melindungi mereka disana..?"
TAP TAP TAP
Halilintar akhirnya bersebunyi dibalik batu besar yang berada tepat dibelakang Faddien dan Stanley.
"... kami sedang.. membereskan beberapa orang didekat mobil kalian yang terbakar..."
"... kalian baik-baik saja kan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Remember Us (Slow Update)
FanfictionTaufan B. Seorang pria berusia 24 tahun yang kehilangan ingatannya disaat berusia 17 tahun. Ia tidak tau siapa jati dirinya. Huruf 'B' dinamanya membuatnya bingung. Apa sebenarnya kepanjangan dari huruf 'B' itu? Apa itu nama marga keluarganya? Akank...