35

356 59 8
                                    

Blaze tidak tau pukul berapa saat ini. Sesuatu yang mengerikan terjadi, tangannya gemetar menegang tubuh tak bernyawa Ettore. Suaranya mulai terdengar serak, ia merasa sesak dengan keadaannya saat ini.

"Hiks.. bunda.. kakak.. takut.." Blaze kembali menangis dengan suara lirih.

"Ayah.. kak Hali.. kak Gempa.. Ice.. tolong.. huhuhu.. Blaze mau pulang.."

"Diam kau!"

PLAKKK!!!

Seorang remaja pria yang sepertinya seumuran Taufan itu kembali menampar Blaze.

Rasa perih kembali merambati pipinya, ini kali kelima ia ditampar oleh remaja itu.

"Kakak jahat! Kenapa menyakiti kami!? Kami salah apa!? Huwaa!!"

Blaze kini kembali meneriaki remaja itu. Suaranya terdengar serak dan menyakitkan.

"Diamlah! Dasar menyedihkan!"

Blaze menangis lagi. Tubuhnya terasa sakit, kepalanya juga pusing. Darah terus keluar dari luka-luka yang dia dapat dari kecelakaan dan juga penyiksaan ini.

Taufan berteriak pada orang yang bernama Faddien dan Calestie. Menyuruh agar mereka berhenti, begitupun sang bunda. Bundanya tertembak, membuatnya tidak bisa bergerak terlalu banyak.

Taufan berusaha untuk mengalahkan para pria berbadan besar itu. Blaze takut. Ia tidak pernah melihat kakaknya sekacau itu.

Begitupun sang bunda. Blaze bisa melihat, Siella bangkit dan menyerang beberapa orang bersama dengan Taufan. Mereka kembali berkelahi, melindungi dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Blaze mencoba memejamkan matanya sejenak, merasa lelah.

Dibelakangnya ada 2 sosok pria berbadan besar yang mengawasinya. Salah satu pria itu jugalah yang memukuli dirinya hingga luka-lukanya semakin banyak.

"Pa-paman.. tolong lepaskan kami..." pinta Blaze, memohon dengan penuh harap.

"Blaze mohonn.. ini benar-benar sakit.."

Namun kedua pria itu hanya menatap Blaze datar dan mendengus. Tak menjawab sepatah kata pun.

"CALESTIE BLOURDDD!!!"

Suara teriakan Siella terdengar keras. Blaze menutup telinganya, merasa takut.

Blaze lalu menatap Taufan, yang kini berlari cepat kearahnya.

"Blaze!!"

BUAGHHH!!

Blaze tersentak, pandangannya mulai memburam. Telinganya berdengung keras, ia tidak bisa mendengar dengan jelas.

Tau-tau Taufan melompat kearahnya, menyerang remaja dan dua pria besar dibelakangnya dengan membabi buta.

Blaze melihat sinar mata kakaknya yang biasanya lembut itu kini terlihat marah dan frustasi.

Manik heterochromia Blaze mengedip, mencoba untuk melihat jelas.

Srattt!!

"BUNDAA!! HUWAA SAKITTT!!"

Blaze langsung berteriak kesakitan ketika wanita bernama Calstie itu menarik rambutnya kuat.

"Huwaaa!!!" Blaze menangis keras, merasakan sakit pada kepalanya.

"Calestie! Berhenti menyakiti anakku!!!"

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang