Taufan mengerenyit heran, ia membuka dokumen berisikan sebuah alamat apartemen. Siapa yang mengirim alamat ini padanya dijam sekolah seperti ini? Dan alamatnya adalah alamat gedung apartemen milik ayahnya?
"Ditulis tangan." Taufan berujar pelan, melirik kertas berisikan alamat yang ditulis tangan dengan tinta warna biru dan hitam.
"Hm, benar alamat gedung milik ayah. Tapi untuk apa?"
Taufan mengerenyit bingung. Namun ketika mengingat sesuatu, ia langsung mengangguk paham.
"Begitu ya," gumam Taufan. "Siapapun yang mengirim ini, aku akan sangat berterimakasih."
Ia lantas melirik Gempa yang fokus dengan buku Sejarahnya.
"Gempa," ujar Taufan sembari menoel-noel pundak Gempa.
"Kenapa kak?" Gempa menoleh dan menatap bingung Taufan yang tergesa-gesa.
"Kakak mau kemana? Oh iya, itu apa yang kakak pegang?" tanya Gempa.
"Tolong izinkan aku ya, aku mau keluar sebentar. Jika ditanya guru, bilang saja aku ada panggilan klub."
Taufan langsung memasukkan buku-bukunya dan keluar kelas.
"Oh iya. Hey Ying! Aku keluar ya!"
"Hei topi biru! Mau kemana kau?!"
Sosok gadis dengan kacamata bulat dan mata biru seperti Taufan berteriak. Tangannya berkacak pinggang dengan wajah galak, membuat Taufan tersenyum.
"Urusan klub! Bye Ying sayang!"
"BERHENTI MEMANGGIL BEGITU TAUFAN!!!" Gadis bernama Ying itu merengut tak suka.
Ying lantas berjalan kearah meja Gempa yang bengong melihat kepergian kakaknya.
"Gempa, kembaranmu itu mau kemana?"
"Katanya urusan klub, aku juga tidak tau Ying," jawab Gempa. Ying menghela napas lalu menulis izin Taufan di buku absen.
"Semoga kakakmu kembali sebelum istirahat makan siang."
Gempa mengangkat bahunya tak tahu. "Aku nggak tau kapan kak Taufan kembali."
Ia lantas mengambil ponsel dilaci meja, mengetik pesan pada Halilintar.
Namun kemudian ia menghapusnya kembali. Mencoba berpikir positif mungkin saja kakaknya benar-benar ada urusan di klub skateboard.
"Hei Ying... ada yang ingin kutanyakan."
Ying yang sedang menutup buku absen menoleh. "Boleh, mau tanya apa?"
"Kak Taufan.. menurutmu dia bagaimana?"
"Kau yakin menanyakan itu?" Ying menatap aneh Gempa.
"Iya."
"Hm.." Ying mengetuk jari jemarinya ke meja.
"Dia orangnya heboh, menyebalkan, jahil, biang keladi, berisik, suka bolos, cerdas dan juga playboy. Kau harus tau bahwa Taufan itu sudah berpacaran setiap minggunya di kelas 3 ini dengan berbagai anak perempuan dikelas lain."
Gempa mengangguk. "Dan kau tetap menyukainya?" tanya Gempa.
Ying mengangkat bahunya acuh. "Entahlah. Dia memang unik."
"Apa dia berbeda sekarang?"
Ying menatap serius Gempa.
"Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Ada apa dengannya? Setahun ini dia terlihat seperti orang lain."
Gempa sendiri merasa setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ying.
Perubahan Taufan ini aneh. Biasanya di akhir pekan dia akan pergi bersama dengannya dan Halilintar untuk jogging pagi, namun setahun belakangan ini, Taufan bahkan selalu menghilang saat pagi dimulai di hari Mjnggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Remember Us (Slow Update)
FanfictionTaufan B. Seorang pria berusia 24 tahun yang kehilangan ingatannya disaat berusia 17 tahun. Ia tidak tau siapa jati dirinya. Huruf 'B' dinamanya membuatnya bingung. Apa sebenarnya kepanjangan dari huruf 'B' itu? Apa itu nama marga keluarganya? Akank...