Taufan menangis tanpa henti. Hujan yang semakin deras semakin meredam suara isakannya yang terdengar memilukan.
"Bangunn..." Suaranya mulai melemah, ia tidak bisa berteriak lagi.
Taufan menggeram kesal. Tangan kanannya meremas celananya kuat.
"Dasar bodoh. Kau mau flu ya?"
Taufan berhenti menangis, dan menoleh pada sosok yang memayunginya.
Nampak sosok perempuan dengan pakaian abu-abu membawa payung besar berwarna hitam. Memayungi Taufan dari air hujan.
"Hai Ocxill, apa kau mengikutiku?"
"Entahlah."
Taufan bangkit dari posisinya. Ia membersihkan pakaiannya yang kotor karena tanah.
"Yaya benar-benar membuatmu patah tulang ya?"
"Ya, tuanmu itu luar biasa sekali ya?" sinis Taufan.
"Benarkah? Dia tidak biasanya seperti itu loh."
"Hm," balas Taufan tak peduli.
"Aku minta maaf kalo kau tersinggung dengan Yaya pfftt, tapi wajar sih."
"Apanya yang wajar!?"
"Jangan berteriak, ini pemakaman. Ayo kembali."
Taufan mengikuti Ocxill, berjalan menunjuk sebuah sedan putih yang terparkir tak jauh dari tempat ini.
"Ini," Ocxill melempar sebuah tas pada Taufan.
"Fang memberikannya padaku."
Taufan membuka tas itu, menemukan pakaian miliknya didalam sana, cukup lengkap bahkan dengan dalaman juga.
"Wah, dia peka sekali." Taufan berujar.
"Ah, aku jadi iri denganmu~"
"Kau gila jika iri denganku."
Ocxill tertawa mendengar jawaban sarkas Taufan.
"Jadi, kau akan mengintipku?" tanya Taufan, dengan seringainya.
"Kau pikir aku bodoh?"
Ocxill membuka pintu mobil dan membuka payung kembali.
"Cepat atau aku akan masuk dan mengintipmu."
"Dasar cewek sinting!"
-------
Mobil melaju dengan kecepatan sedang diantara hujan yang semakin lebat. Cuaca yang dingin ditambah AC mobil membuat Taufan bersin terus.
"Flu juga akhirnya," ujar Ocxill sinis.
"Diamlah."
"Kenapa kau berteriak seperti itu?"
Taufan menoleh. "Sejak kapan kau mendengarkan?"
"Sejak kau menangis sembari meratapi nasib menyedihkanmu itu."
Taufan mendengus. "Entahlah. Semua ingatanku bercampur dan muncul terus secara tiba-tiba, membuat tubuhku kehilangan akal sehatnya."
Ocxill mengangguk paham.
"Jadi, apa rencanamu? Fang bilang kalian butuh bantuanku."
"Aku ingin memberitahu soal Faddien pada mereka."
"Mereka? Maksudnya keluargamu?"
"Apa mereka masih menjadi keluargaku?" ujar Taufan sinis.
"Kau yakin mau menemui mereka dengan keadaan seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Remember Us (Slow Update)
FanfictionTaufan B. Seorang pria berusia 24 tahun yang kehilangan ingatannya disaat berusia 17 tahun. Ia tidak tau siapa jati dirinya. Huruf 'B' dinamanya membuatnya bingung. Apa sebenarnya kepanjangan dari huruf 'B' itu? Apa itu nama marga keluarganya? Akank...