38

654 56 46
                                    

"Aku ingin mati... kumohon.. biarkan aku mati.."

Halilintar dan Gempa terdiam. Tidak bisa melangkah masuk karena terlalu takut dengan reaksi Taufan.

"Tuan Muda! Anda tidak bisa berbicara seperti itu!"

Megan langsung saja menyentuh bahu Taufan, menatap pria yang kini sedang menangis itu.

"Bukankah anda bilang anda ingin membalas dendam? Anda harus bertahan agar bisa melihat mereka menderita..."

Taufan menggeleng. "Apa gunanya itu disaat aku sendiri sudah lelah dengan semua ini."

"Nenek Megan, aku ingin bertemu keluargaku. Aku ingin kembali bahagia tapi tidak dengan semua kepalsuan itu."

Megan menggelengkan kepalanya sambil menangis.

"Tuan muda Taufan, nyonya Siella dan Tuan Besar selalu menyayangi anda semua dengan tulus. Meskipun mereka selalu bertengkar mereka sangat menyayangi---"

"Sudahlah.. hiks.. aku tidak ingin mendengar apapun lagi.."

Taufan lalu melirik ponsel miliknya yang ada dinakas dan mengambilnya.

"Bisa berikan nomormu.. hik.. nenek? Aku akan menghubungimu.. hik.." ujar Taufan, berusaha tidak menangis lagi.

Megan mengangguk lalu memberikan nomor telpon miliknya.

"Aku ingin bicara dengan ayah."

Tok tok tok

Pintu terbuka, Halilintar dan Gempa masuk sementara Blaze dan Ice memilih menunggu diluar.

"Oh, kalian.. hiks.. datang.."

"Kau menangis?" tanya Halilintar, berpura-pura.

"Mana ada, aku hanya.. hiks.. abis nonton film.."

"Itu pasti film yang menyedihkan," balas Halilintar.

Taufan hanya diam sambil mengelap air matanya dengan tisu.

"Apa ending yang kau lihat dari film itu?" tanya Halilintar lagi.

"Kak Hali," bisik Gempa sambil menatap Halilintar.

"Kenapa?" tanya Taufan.

"Aku ingin tau endingnya."

Taufan menatap Halilintar bingung. Lalu tersenyum kecil.

"Itu ending yang menggantung."

"Benarkah? Aku berharap itu ending yang bahagia." Halilintar menjawab dingin.

"Pffftttt..."

Taufan menahan tawanya, namun tak bisa karena ucapan Halilintar terlalu lawak untuknya.

"Ahahahaha!! Hahaha! Astaga.. hiks Halilintar.. kau benar-benar.. hahaha.. hik.."

"Kenapa kau tertawa?"

"Karena lucu.. hahaha.."

"Hei Gempa, kau membawa apa?" tanya Taufan, berusaha menghentikan tawanya.

"Oh, aku membawa makanan yang dimasak oleh Blaze dan Ice. Hei, ayo masuk."

Gempa berujar kearah pintu, dimana Blaze dan Ice berada.

"Woah, coba lihat!"

Taufan mengambil tas berisi makanan itu dan membukanya. Ada 3 kotak makan, dimana masing-masing berisikan nasi, ayam bakar dan juga ayam saus juga sayuran dikotak terakhir.

"Ini kelihatan enak! Hei, cepat masuk dan beritahu aku!"

Taufan memanggil mereka, yang mana membuat Blaze dan Ice menongolkan kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang