Pagi datang begitu cepat. Seorang pria yang masih tertidur mengerang ketika cahaya matahari menerobos menerangi kamarnya. Matanya terbuka perlahan. Terlihat iris mata berwarna biru safir bersinar redup karena mengantuk.
Ia melihat kearah jam yang berada dinakas. Masih pukul 6 pagi. Ia beranjak dari kasurnya. Ini hari Minggu. Ia tidak ada kegiatan sama sekali. Ia memilih keluar dari kamarnya.
"Tumben sudah bangun." Suara datar itu menarik perhatian Taufan. Ia menoleh,kekanan, mendapati seorang pria berambut ungu menatapnya dari depan pintu kamarnya.
"Yo Fang. Memangnya kenapa jika aku bangun pagi? Kau keberatan?" tanya Taufan jahil. Fang mendengus kesal lalu berlalu menuju dapur.
"Haish! Bangun pagi, salah. Bangun siang, salah. Yang bener apa coba?" gerutu Taufan kesal.
"Nggak usah bangun sekalian."
"Ck!"
Taufan lalu memperhatikan Fang yang kini sedang membuat nasi goreng.
"Hei! Hari ini jadwal piket memasakmu 'kan?" tanya Taufan sambil duduk dikursi meja makan.
"Apa kau tak melihat apa yang sedang kulakukan?" kata Fang sebal.
"Beresin rumah sekalian ya?" pinta Taufan.
Fang menghela napas. Ia menghentikan kegiatan memotong bawang juga sosisnya. "Kau mau pisau ini menancap diperutmu?" ancam Fang dingin. Taufan terkekeh sejenak.
"Ayolah, Pang. Aku hanya bercanda," tawa Taufan. Fang mendengus kesal. Ia memilih melanjutkan aktivitasnya.
Taufan diam, ia lalu kembali mengingat tentang mimpinya yang akhir-akhir ini terus menghantuinya. Fang memang tau soal bahwa dirinya hilang ingatan, tapi... haruskah ia menceritakannya lagi? Taufan diam. Ia penasaran dengan masa lalunya. Siapa dia sebenarnya. Ia melepaskan topinya yang ada dikepalanya lalu melihat,rangkaian kata yang terjahit rapi di bagian dalam topi.
Taufan. B
Taufan menghela napasnya. Matanya terpejam. Ia bingung. Hampir 7 tahun ini ia mencari jati dirinya, tapi ia tak pernah mendapatkan hasilnya. 7 tahun yang lalu, ia tersadar dirumah sakit. Dan barang yang ia miliki hanyalah topi biru-putih miliknya ini. Dompet, ataupun kartu identitas tak ia punyai saat itu.
Fang menatap bingung sahabatnya itu. Apa dia sedang memikirkan Stanley? Bukankah Taufan lupa mengabarinya kemarin? Ia menggeleng. Ia mendekati Taufan dengan 2 buah piring berisikan nasi goreng sosis. Meletakkannya lalu menatap Taufan yang sedang melamun. Apa Taufan menyembunyikan sesuatu darinya?
Fang menghela napasnya melihat mata Taufan yang terasa kosong. Fang tau kalau Taufan pasti mempunyai masalah, tapi apa pria tidak mau berbicara dengannya? Mereka sudah bersahabat selama 6 tahun ini.
"Taufan."
Tak ada jawaban.
"Taufan."
Hening.
"Ck! TAUFAN BODOH!!!" teriak Fang kesal. Taufan terlonjak lalu menatap sengit Fang.
"Kau bisa berbicara pelan Fang Lee. Dan aku tidak bodoh tau," kata Taufan kesal.
Fang mendengus, "Kau melamun bodoh. Ada apa?" tanyanya. Taufan menggeleng lalu mulai memakan sarapannya. Fang mendengus lalu turut memakan sarapan miliknya.
"Sebaiknya kau menghubungi Stanley sekarang atau di akan kembali mengamuk."
Taufan tersedak lalu bergegas memasuki kamarnya, mencari dimana letak handphone miliknya.
"Habislah aku Fang!!"
^^^^^
Taufan memijat keningnya pusing. Besok ia terpaksa menemui kliennya yang berada di Kuala Lumpur. Ia enggan meninggalkan London. Entah apa yang dirasakannya, ia merasa bahwa ia seperti pernah pergi ke Kuala Lumpur, tapi ia tak ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Remember Us (Slow Update)
FanfictionTaufan B. Seorang pria berusia 24 tahun yang kehilangan ingatannya disaat berusia 17 tahun. Ia tidak tau siapa jati dirinya. Huruf 'B' dinamanya membuatnya bingung. Apa sebenarnya kepanjangan dari huruf 'B' itu? Apa itu nama marga keluarganya? Akank...