23

577 79 24
                                    

"Kamu harus ngejelasin secara rinci Halilintar! Aku masih nggak habis pikir, Taufan berubah 180° dari yang biasanya kita kenal!"

Yaya mengomel sepanjang perjalanan kembali ke villa keluarga Boboiboy.

"Kau lihat dia kan Ochobot!? Wajahnya tambah menyebalkan sekali!"

Ochobot, perempuan yang merupakan teman sekaligus asisten Yaya hanya tersenyum kikuk.

"Uh sejujurnya aku baru pertama kali bertemu dengannya Yaya," sahut Ochobot.

"Ah benar, kau pasti bingung ya," ungkap Yaya, mendesah pelan.

"Halilintar, ayah gimana?"

Halilintar menoleh sejenak, kemudian kembali fokus menyetir.

"Sudah ada dirumah. Aku berniat menyelesaikan masalah ini dengan ayah sebelum hari itu."

"Aku tidak mau ikut." Ice menyeletuk.

"Ice," desah Halilintar kesal.

"Aku kecewa sama ayah, aku juga kecewa sama bunda. Selama ini aku selalu berpikir kalau ayah benar, dan bunda salah. Tapi ternyata.."

Ice mendengus. "Blaze.. sekarang aku tau rasanya posisi kak Hali dan kak Gempa waktu itu. Blaze pasti merasa sedih sekali."

Ice menyentuh dadanya, merasakan denyut jantungnya yang berdenyut cepat.

"Rasanya tidak nyaman," lanjutnya.

"Kalau begitu ikutlah dan minta maaf pada bunda."

Ice menatap kesal Halilintar.

"Sudah kubilang aku benci dia!"

"Ice," Yaya menoleh kebelakang, menatap Ice. "Kamu nggak boleh begitu. Bunda Siella itu ibu kamu, jangan bersikap seolah kamu benar-benar membencinya," ujar Yaya.

"Yaya benar, aku tidak ingin ikut campur, jadi kuharap kalian bisa menyelesaikan masalah kalian dengan lancar," ujar Ochobot, tersenyum.

"Omong-omong, kau ikut Yaya kenapa Ocho?" Halilintar bertanya.

"Aku hanya ingin berlibur dan Yaya mengajakku kesini."

"Oh, maaf membuatmu melihat pertengkaran tadi."

Ochobot tersenyum. "Tak apa kok," jawab Ochobot.

"Oh iya Hali, tolong antarkan aku ke apartemen AirWind ya," ucap Ochobot.

Halilintar mengerenyit, merasa familiar dengan nama apartemen itu.

"Kau tidak menginap di villa bersama kami?" tanya Yaya sedih.

"Maaf ya, aku akan tinggal di apartemen yang kubeli disini."

"Kau yakin tidak mau tinggal bersama kami kak?" tanya Ice.

"Memangnya kenapa hm?"

"Ya nggak apa sih," ucap Ice.

Ochobot tertawa kecil. Yaya tersenyum melihat tingkah malu adik iparnya itu. Sedangkan Aldiyan sudah tertidur lagi dipelukan Yaya.

Setelah mereka mengantar Ochobot, keadaan mobil sunyi, Ice dan Aldiyan tertidur dikursi belakang.

"Hali," panggil Yaya.

"Hm?"

"Aku merasa bersalah pada Taufan."

Halilintar menoleh, menatap Yaya yang menunduk.

"Aku tau."

"Maaf juga aku sudah nyerang kamu tadi, habisnya kamu pake softlens sih, jadi aku pikir itu Taufan."

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang