17

618 94 19
                                    


Taufan menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 10 lewat 30 pagi. Ia menunggu Sai dan Shielda untuk menjalankan rencana pertama mereka hari ini.

Ia menghela napasnya kesal. Jika begini, bisa-bisa kacau. Sia-sia saja penyamarannya yang sudah susah payah ia sembunyikan dari Fang.

"Yo Taufan!"

Taufan menoleh, menatap sepasang kakak beradik yang menjadi sahabatnya itu.

"Kalian terlambat 30 menit," sinis Taufan.

Shielda hanya mendengus tak suka. Sementara Sai tersenyum.

"Aku harus memberikan alasan yang jelas agar Fang mau memberiku izin untuk tidak masuk hari ini," ucap Sai santai.

"Jadi? Dimana si gadis SMA itu?"

Taufan melirik ponselnya. "Sebentar lagi dia datang. Oh itu dia," tunjuk Taufan pada seseorang yang hendak menyeberang jalan.

"Blaze!" sapa Taufan sembari melambaikan tangannya.

Blaze sempat merasa ragu, namun ketika mendengar nada sapaanya, ia baru yakin itu adalah Taufan.

"Kak Taufan!"

Blaze langsung berlari dan memeluk Taufan, membuat Shielda dan Sai menatap mereka canggung.

"Hei, bagaimana bisa disini?" tanya Taufan.

"Kami mau berkunjung ke makam bunda hehe!" ucap Blaze ceria.

"Ah.. begitu.. ya.." ucap Taufan canggung.

"Dia, maksudnya uhm bunda dimakamkan disini?"

Blaze mengangguk semangat. Kemudian ia baru menyadari bahwa Taufan tidak sendiri, melainkan bersama dua orang dewasa lainnya.

"Anu.. uhm mereka teman kakak?"

"Ah aku lupa kalau ada mereka," sinis Taufan membuat Shielda dan Sai berdecak kesal.

"Ini Sai dan Shielda, mereka kakak beradik," ucap Taufan.

Sai langsung meraih tangan Blaze dan menggodanya.

"Halo cantik, namaku Sai. Bisakah kau memberitahuku nama indahmu siapa?" goda Sai membuat Taufan dan Shielda mau muntah.

"Oh, halo. Aku Blaze Siella Boboiboy. Kakak bisa panggil aku Blaze, salam kenal," sapa Blaze sambil tersenyum malu.

"Aku Shielda, adik Sai. Sahab--"

"Shielda ini kekasihku," potong Taufan membuat Shielda dan Sai melotot.

"Hah? Bukannya kakak dulu pacaran sama kak Ying ya?" Blaze menatap bingung Taufan.

"Eh/huh?"

Taufan dan Shielda langsung melongo mendengar penuturan polos Blaze.

Kok kayanya pernah denger ya? pikir Taufan.

"Ah, mungkin kami sudah putus dulu? Ya mungkin, hahaha kakak lupa sepertinya," tutur Taufan sambil menggaruk kepalanya canggung.

Blaze hanya menganggukkan kepalanya. Lalu menatap aneh wajah Taufan. Ia menyentuh kacamata bulat berwarna hitam yang dipakai kakaknya.

"Kak Taufan pake softlens hijau ya? Memangnya kenapa harus pake softlens?"

"Supaya kakak nggak ketauan kakak-kakakmu yang lain." Blaze hanya menganggukkan kepalanya paham.

"Hei Blaze, mau kesana?" tunjuk Taaufan pada sebuah mall besar didepan mereka.

Blaze mengangguk semangat. Ia langsung menarik tangan Taufan sambil tersenyum bahagia. Taufan sempat tertegun dengan ini.

"Kak Taufan ayoo!! Nanti keburu ditinggal bunda lo~ Kakek juga ayoo~~"

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang