37

371 48 23
                                    

Faddien berusaha menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya.

Didepannya, Taufan dengan wajah dingin terus membuat luka goresan dikaki sedari tadi.

Faddien melirik Calestie yang terikat disebuah kursi dengan mulut dilakban.

"K-kau! Berhen-- ARGHHH!!"

Taufan melirik, lalu tetap melanjutkan arsiran yang sedari tadi ia lakukan.

Taufan menyeringai tipis kemudian berdiri. Ia melirik tangannya.

Darah ini mengotori tanganku, pikir Taufan.

Taufan lalu melihat wajah Faddien yang pucat, sepertinya pria itu mulai kekurangan darah.

Tak jauh dari mereka, nampak Calestie berusaha melepaskan diri dengan hebohnya.

"HMPPPHHH!!!"

"Calestie, tak bisakah kau diam? Kau tidak sabar dengan giliranmu?" tanya Taufan, heran.

"Kau harus bersabar dulu Calestie. Giliranmu terakahir karena aku mau bermain lebih lama denganmu," ujar Taufan, tersenyum sangat manis seolah ia baru mendapat mainan baru.

Taufan kembali fokus pada Faddien. Menarik rambut Faddien kuat dan menatapnya dingin.

"Hei, kau mau tau apa yang kurasakan 7 tahun lalu?"

Taufan menyentuh luka milik Faddien dengan keras.

"Mungkin lebih sakit dari yang kau rasakan. Aku dipukuli oleh orang-orang berbadan besar itu, ditembak olehmu dan kemudian jatuh ke sungai hingga kepalaku terbentur bebatuan dan mengalami amnesia."

"Apa kau mau merasakan apa yang kurasakan juga hari itu?"

Taufan mengambil pisau yang tergelatak tak jauh dari mereka.

JLEBBB!

"ARGHHHH!!!"

BRAKK!!

"Taufan! Berhenti!" 

Boboiboy masuk dan langsung mengambil pisau yang ada ditangan Taufan dan melemparnya. Ia menatap kondisi Faddien yang sudah terlihat menyedihkan, sementara Calestie terikat dengan lakban dimulutnya.

"Apa yang kau lakukan Taufan? Kau tidak berniat membunuh mereka kan?"

Boboiboy menatap tak percaya Taufan.

"Aku berusaha menahan diri sedari tadi. Setidaknya mereka akan tetap hidup dengan kondisi ini," balas Taufan santai. Namun kedua tangannya mengepal erat. Boboiboy nepuk pundaknya pelan.

"Ayah akan bicara dulu. Tenangkan dirimu ya?" pinta Boboiboy. Taufan menghela napasnya kasar dan mengangguk. Ia mundur dan membiarkan Boboiboy melakukan apa yang diinginkannya.

"Calestie, semuanya sudah berakhir, kau dan kedua anakmu akan segera berada di penjara. Sampai kapanpun kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau inginkan karena pemilik aslinya sudah muncul. Taufanlah pemilik semua hal yang kau inginkan itu."

Boboiboy mendekati Calestie dan menatapnya tak suka.

"Kau tak menyukai istriku karena rasa irimu dan amarahmu pada Ettore Blourd. Kau dipengaruhi ibumu agar kau yang hanya anak diluar nikah ini mendapatkan seluruh hak waris keluarga Blourd."

"Hmmpphhhh!!!"

"Kau ingin berbicara huh?" ujar Boboiboy. Boboiboy menatap Taufan yang mendengus kesal.

"Ya udah buka aja." Taufan membalas dengan datar.

SRETT!

"Akh! Kau bajingan! Matilah kau ke neraka!!"

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang