31

474 66 14
                                    

Boboiboy PoV

"Perkenalkan, ini anak keduaku Boboiboy. Ayo beri salam. Kau sudah sering bertemu Leonel tapi tidak pernah melihat anak keduaku kan?"

"Tentu saja. Kau bilang dia sangat dekat dengan ibunya hingga tidak ingin jauh darinya."

Aku ingat itu pertama kalinya aku ikut dengan ayah dan Leo ke sebuah acara besar. Itu adalah acara perusahaan milik paman Ettore Blourd, sahabat ayah dan ibu. Aku dan Leo tersenyum dan membungkuk kecil memberi salam.

Tubuhku gemetar melihat betapa ramainya orang-orang disini.

"Boy, kau okay?" tanya Leo.

Aku menggenggam tangannya dan menggeleng. "Gugup." Aku berbisik pelan.

"Oh iya kenalkan, ini anak perempuan ketigaku, Calestie Blourd dan anak laki-lakiku, Ederick Blourd."

"Halo~ Salam kenal kakak Leonel dan Boboiboy~"

Seorang anak perempuan berambut pirang menyapa aku dan Leo. Leo membalasnya ramah, sedangkan aku hanya diam.

Aku tidak suka. Aura anak itu tidak baik, seolah-olah dia bisa memanfaatkan aku dan Leo.

"Ayah, paman, aku akan pergi menemui Violexa dulu." Leonel pergi, meninggalkanku dengan ayah, paman Ettore dan anak perempuan bernama Calestie ini.

"Ayah~ Boy tidak suka. Mau pulang.." bisikku mencoba menahan tangis.

"Astaga, Boboiboy cengeng sekali ya, tidak apa-apa kok, aku tidak menggigit kok~" ucap Calestie ramah, tapi aku tau dia sedang mengejekku.

"Ukhh.."

"Oh, kau ingat dengan istri keduaku? Anak laki-laki dan anak Perempuanku itu..."

Aku hanya diam mendengar pembicaraan orang dewasa yang belum aku mengerti itu.

Aku mengeratkan pelukanku pada boneka dinosaurus yang kubawa.

"Ay-ayah.. boleh Boy pergi ke teras?" ujarku gugup.

"Boleh, hati-hati ya."

Aku mengangguk dan langsung berlari. Suasana teras dilantai 2 sepi, aku bisa duduk dikursi sambil merasakan angin sepoi-sepoi membelai rambutku.

"Hiks.. ibu.."

Akhirnya aku menangis lagi kan. Dibandingkan kakakku, Leonel, aku adalah anak yang bodoh dan cengeng. Aku tidak bisa bersosialisasi dan hanya gemetar setiap orang-orang mendekatiku.

Aku memeluk boneka dinosaurus yang dijahitkan ibu, memeluknya erat seolah-olah ibu sedang memelukku.

"Dasar cengeng. Anak laki-laki kenapa menangis?"

Aku langsung menegakkan tubuhmu dan menoleh, mendapati seorang anak perempuan lain dengan gaun biru malam menatapku dengan raut datar.

"Aku tidak menangis!" ujarku kesal.

"Lalu itu airmata darimana?"

"Ini.. mungkin saja hujan!"

"Kau bodoh ya?" ledeknya.

Aku hanya memalingkan wajahku malu.

"Hei, apa aku jahat jika aku membenci saudara tiriku?"

"Huh?"

Apa dia berbicara denganku?

Aku menunjuk diriku, berpikir apa dia berbicara denganku.

"Tentu saja kau bodoh, memang ada siapa lagi disini selain kita berdua?"

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang