28

505 66 23
                                    

7 tahun yang lalu

2 bulan sebelum kecelakaan...

.
.
.

"Fan, kamu ngapain lagi disini?"

"Main."

Ettore menepuk jidatnya pusing.

"Kakek tau, tapi.. bukannya ini jam sekolah? Kamu nggak bolos kan?" Ettore menatap tajam Taufan.

"Nggak kok. Kan Fan udah bilang kalau hari ini pulang cepet."

"Terus dua saudara kembarmu mana?"

Taufan mengangkat bahunya malas. "Nggak tau, hilang kali."

Ettore menjewer telinga Taufan gemas. Ini sudah yang kesekian kalinya remaja itu bermain ke anak perusahaan Blourd selama ia Ettore berada di Malaysia.  Terkadang anak itu akan membolos kerja dan bermain disini sampai sore.

"Dasar, jika ibumu tau, bisa-bisa dia akan menendang kakek lagi!" Ettore menyentil dahi Taufan kesal.

"Akhh! Kakek! Kan Fan udah bilang kalau Fan mau kalian berbaikan!"

"Fan, kenapa sebenarnya? Padahal kakek kira kamu benci sama kakek." Ettore menatap bingung Taufan.

"Kakek! Aku ini bagaikan burung kecil yang terjebak didalam sangkar dengan beberapa burung elang yang bersiap untuk saling membunuh. Bisa kakek bayangkan betapa ketakutannya burung kecil itu?" ujar Taufan kesal.

"Pokoknya, Taufan mau kakek sama bunda berbaikan, ayah juga. Jangan ada dendam. Pokoknya aku mau hidup bebas tanpa ada masalah dengan keluarga ini."

"Eh?" Taufan menatap Ettore.

"Fan, kakek berterima kasih sekali. Tapi, mungkin Siellvax tidak bisa memaafkan kakek."

Ettore mengusap rambut Taufan gemas.

"Kenapa?"

"Terlalu banyak kesalahpahaman yang terjadi pada kami."

"Ya tinggal dilurusin aja. Kakak Ore ribet banget deh."

"Cucuku ini mirip sekali ya dengan Siellvax," gemas Ettore sambil menjitak pelan Taufan.

Taufan hanya mendengus kesal, ia lalu membuka kulkas kecil yang ada diruang kerja Ettore.

"Kakek membeli kulkas?" tanya Taufan, matanya berbinar-binar melihat banyak makanan ringan dan juga minuman seperti susu, yogurt dan soda.

"Aku mau ini ya!" Taufan menunjuk susu coklat dan eskrim vanilla.

"Ambillah, itu buat kamu, soalnya Fan sering kesini tanpa harus diminta."

Taufan bersorak senang, ia langsung mengambil beberapa buah susu kotak dan cemilan lainnya dan meletakkannya dimeja samping sofa tamu.

"Omong-omong, bagaimana hubungan kakek dengan Calestie?"

"Masih tidak ada perkembangan. Kakek sudah mencoba menghubungi Farien dan Calestie, tapi mereka tidak merespon apapun. Seakan-akan mereka sedang menghindari kakek."

"Kakek juga menghubungi pamanmu Ederick, tapi dia juga tidak tau dan kesulitan untuk menghubungi Calestie dan keluarganya," lanjut Ettore.

"Tentu saja, kakek kan sudah tau kalau selama ini ternyata kakek dimanfaatkan oleh mereka. Makanya mereka menghilang sementara sebelum memulai kembali rencana baru mereka."

Ettore mengangguk sembari melanjutkan pekerjaannya.

"Benar, kakek begitu bodoh karena tidak pernah menyadari itu."

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang