32

434 67 18
                                    

Siella sudah tiada? Itu pasti candaan.

"Hahaha.. istriku.. pasti masih hidup... Dia berjanji padaku..."

"Kuberitau satu hal, aku mencintaimu sejak si kembar bungsu lahir."

"Ahahahah kau bilang kau mencintaiku! Kau bilang mau memulainya dari awal!"

Aku menggeleng tak percaya sembari menatap tajam orang-orang. 

"ISTRIKU MASIH HIDUP! SIELLVAX, SIELLVAX MASIH HIDUP! APA KAU INGIN BERCANDA DENGANKU HAH!!?"

"Tu-tuan.. tolong tenang..."

"DIAM! ISTRIKU...!"

Tapi, apa yang kulihat adalah kenyataan. Aku mendekati tubuh Siella dengan gemetar. Tanganku menyentuh wajahnya yang penuh luka dan mengelusnya pelan. Dingin. 

"Siella.."

"Siella... wake up...you said.. you love me.."

"Maaf... maafkan aku... Kumohon..."

"Siella.. hiks.. SIELLAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

--------

"Huwaaaaaa!! Bundaa!!"

"Hiks... bunda... hiks..."

Gempa dan Ice menangis didepan makam Siella. Halilintar juga menangis, tapi ia berusaha menahannya. Blaze mengalami luka parah dan sekarang dalam keadaan koma. Taufan hingga kini belum ditemukan. 

Aku menatap makam Siella dan ayah mertua yang bersebelahan. Aku masih tidak percaya. Siella meninggalkanku. Ia meninggalkanku dan anak-anak. Ini terlalu cepat. Aku... aku baru saja ingin memulainya lagi dari awal. tapi kenapa? Kenapa takdir sekejam ini?

"Ayah."

Aku menoleh, menatap Halilintar yang berwajah serius.

"Ini bukan kecelakaan biasa." Halilintar berujar serius. "Kakek ditemukan dengan keadaan tak wajar. Ini kasus pembunuhan berencana," jelas Halilintar dingin.

"Ayah juga berpikir seperti itu." Aku menatap Gempa yang menangis sembari memeluk Ice.

"Hali, ikut ayah setelah ini. Kita harus menemui sopir truk itu."

Halilintar mengangguk. "Tentu."

Aku tersenyum tipis lalu mengusap rambutnya pelan. Dia benar-benar anak yang kuat, seperti Siella.

"Oh astaga, aku turut berduka untukmu Boboiboy."

Suara mendayu yang dipaksa terdengar sedih itu membuatku muak. Aku berbalik dan menatap Calestie dengan dress ketat berwarna biru cerah. Jalang satu ini benar-benar kelewatan.

"Mau apa kau datang kesini!? Apa kau puas karena Siella sudah tiada!!?"

"Siapa dia ayah?" tanya Halilintar. Aku mendengus kesal.

"Dia bukan siapa-siapa, abaikan saja wanita sinting ini," ucapku kesal.

Calestie berpura-pura terkejut dan menangis palsu. "Astaga adik ipar, aku sangat sedih atas kepergian ayah dan Siellvax. Bagaimana bisa kau berkata jahat seperti itu?" ujarnya sedih.

"Siellvax? Nyonya, nama ibuku adalah Siella, anda pasti salah orang," ucap Halilintar datar.

"Astaga nak, apa kau tidak tau hm? Siellvax Blourd adalah nama asli ibumu~ Boboiboy, aku tidak menyangka kau menyembunyikan hal sebesar ini pada anak sulungmu~ Ah kudengar si pewaris keluarga Blourd juga belum ditemukan? Sayang sekali ya~ Aku merasa sedih."

"Tapi bukankah itu bagus? Dengan begitu anak-anakmu akan selamat dong? Sedari awal bukankah Siellvax melahirkan anak hanya untuk mencari pewaris yang cocok? Dia pasti akan menghancurkan mereka yang tidak sesuai dengan kriterianya kan? Itu sangat menye--"

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang