5

1.5K 154 16
                                    



Fang menatap kosong kearah dokumen yang kini tergenggam ditangannya. Matanyac memicing, membaca dengan tatapan tajam tulisan-tulisan yang tertera didokumen itu. Fang menghela napasnya. Ia melihat kearah Taufan yang kini tertidur pulas dikasurnya, sementara Stanley tertidur disofa dengan sebuah buku yang menutupi wajahnya.

"Boboiboy, apa benar itu marga Taufan? Tapi..." Fang bergumam pelan. "Tapi bagaimana jika itu bukan marga dia?" lanjutnya membuatnya mendengus kesal.

Fang beranjak dari duduknya lalu berjalan pelan kearah balkon. Malam ini cukup dingin, angin berhembus cukup kencang membuat rambut ungu Fang sedikit berkibar. Fang kembali membaca ulang dokumen itu. Dan lagi-lagi ia menghela napasnya lelah. Dengan langkah pelan, Fang melangkah keluar dari kamar hotel secara perlahan. Ia berjalan dengan langkah cepat menuju parkiran hotel dan memasuki mobil miliknya. Ia memacu mobil itu kencang menuju suatu tempat. Tempat dia akan mencari tau tentang asal-usul Taufan. Tempat kejadian kecelakaan Nyonya Boboiboy dan anaknya terjadi 7 tahun yang lalu..

❄❄❄❄❄

Taufan melirik kearah Stanley yang kini sedang melihat sekeliling loby hotel, mencari mobil yang akan menjemput mereka.

"Stanley... Apa aku harus ikut? Dan apa-apaan penampilanku ini? Ini tidaklah masuk akal bodoh!" seru Taufan kesal. Taufan kini memakai kemeja biru hitam panjang dengan celana panjang berwarna putih. Ia juga memakai softlens berwarna hijau dan kacamata berbingkai bulat--seperti Harry Potter--yang menurutnya sangatlah aneh.

Ini semua karena Fang yang menyuruhnya. Fang bilang mereka mengenali Taufan dengan gaya seperti ini. Apa dia lupa jika dia yang memakai pakaian aneh itu kemarin? Tentu saja mereka mengenalimu dengan gaya seperti itu. Dasar bodoh, batin Fang kesal.

Taufan sendiri sedari tadi terus menahan rasa penasarannya tentang keluarga Boboiboy itu. Ia hanya bisa mengangguk paksa saat Fang menyuruhnya berpenampilan aneh ini. Ia sedikit takut saat Fang menatapnya dengan wajah garang.

Tak lama, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti didepan mereka. Kaca mobil terbuka membuat Taufan dapat melihat dengan jelas sang pengemudi.

Taufan ternganga melihat siapa pengemudi mobil mewah itu.

Wajahnya... tidak mungkin. Bagaimana bisa...!

"Fa-Fang... itu... itu bagaimana..." Taufan berkata dengan terbata karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Pagi Kak Taufan!" sapa si pengemudi mobil mewah itu, yang tak lain adalah Gempa dengan ramah.

"Pagi Mr. Lee, Mr. Cevie," ucap Halilintar kepada Fang dan Stanley. Mereka berdua pun berbalik menyapa Halilintar juga Gempa ramah. Hanya Taufan yang masih diam.

"Taufan, are you okay?" tanya Halilintar datar. Taufan mengangguk. Ia harus bisa membiasakan diri.

"Ah, iya. Aku baik-baik saja uhm... Mr. Boboiboy," ucap Taufan sedikit gugup.

Gempa terkekeh sejenak mendengar nada gugup Taufan. "Sudah aku bilang, kau bisa memanggil kami dengan Gempa juga Halilintar, Kak Taufan." Gempa tertawa kecil, sementara Halilintar hanya tersenyum tipis.

Taufan hanya bisa tersenyum kikuk mendengar penuturan Gempa. Pandangan Taufan kini terarah kearah seorang bayi laki-laki yang digendong Halilintar.

"Uhm, Halilintar apa itu anakmu?" tanya Taufan. Halilintar mengangguk lalu memberikan Aldiyan kepada Taufan.

"Namanya Aldiyan Yah Boboiboy, panggil saja Aldiyan," jelas Halilintar. Taufan mundur selangkah, enggan menggendong bayi imut itu.

"Uhm maaf, aku... aku tidak bisa menggendong bayi tampan itu. Maaf," ucapTaufan pelan.

Please, Remember Us (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang