Bab 01 | Pahlawan Tanpa Kekuatan Super

460 40 12
                                    

"Lama amat nyampeknya, Bang. Katanya udah otw dari jam enam sore, tapi kok jam tujuh baru dateng," gerutu seseorang padaku.

"Sorry, Git. Macet," jawabku singkat sembari menaruh tas gitarku. Namun, tampaknya dia tak percaya dengan alasanku. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang masih tak ada ramah-ramahnya sama sekali.

"Alesan lo! Masak dari Ijen ke Dinoyo hampir satu jam?!"

"Ye, dibilangin malah ngeyel!" ucapku tak kalah sewot.

"Udah sana! Siap-siap, bentar lagi jam delapan."

Setelah Sigit pergi menjauh, aku pun segera bergegas mengeluarkan gitar akustikku. Malam ini akan menjadi penampilan perdana dari band kami. Namanya Fivetune, kebetulan usianya baru satu bulan.

Sebagai langkah awal, kami pun mencoba untuk memberanikan diri tampil di atas sebuah panggung kecil. Tujuannya tentu agar orang-orang mulai melirik kami sedikit demi sedikit. Maka dari itu salah satu kafe yang baru saja dibuka di daerah Dinoyo menjadi pilihan kami.

Semua ini berkat diriku yang berhasil membujuk si sepupuku, agar ia bersedia mengijinkan band kami untuk tampil di kafenya. Awalnya memang agak sulit ia menyetujui saranku, mengingat kami tak memiliki pengalaman tampil di atas panggung sama sekali. Namun, ketika aku mengatakan kalau kami tak masalah jika digaji dengan nominal yang kecil, dia langsung menyetujuinya. Jadi mulai sekarang kami bisa rutin tampil di sini setiap malam minggu tiba.

Lumayanlah, setidaknya mulai sekarang malam mingguku tidak akan sepi lagi. Secara aku ini terkenal jones alias jomblo ngenes.

Ssst!

Ketawa saja, gak ada yang melarang. Aku memang orangnya jujur, apa adanya. Kalian tahu tidak, mengapa predikat jones itu cocok buatku? Sebab aku itu selalu apes kalau berurusan dengan hal-hal yang berbau percintaan.

Masih gak percaya? Oke, akan aku ceritakan satu per satu!

Pertama, aku pernah menyukai seorang cewek yang usianya lebih tua dariku. Dia adalah guru les privatku saat kelas tiga SMA dulu. Aku yang pada saat itu masih polos, tanpa pikir panjang langsung berani mengungkapkan perasaanku kepadanya.

Awalnya dia tak langsung menolakku. Sebaliknya ia malah menertawaiku. Ya, bagaimana tidak? Ternyata beberapa bulan yang lalu cewek itu sudah menikah. Bahkan saat aku mengungkapkan perasaanku, dia tengah hamil dua minggu.

Pantas saja sedari tadi cewek tersebut selalu memegangi perutnya sembari senyam-senyum sendiri. Akhirnya dengan perasaan malu bercampur kecewa karena cintaku ditolak, aku pun langsung meminta maaf kepadanya.

Sejujurnya aku sungguh tidak tahu-menahu soal status pernikahannya itu. Beruntungnya dia mau menerima permintaan maafku. Di akhir aku juga sempat mengucapkan selamat atas kehamilannya.

Selanjutnya pengalaman patah hatiku yang kedua adalah saat jaman di mana aku awal-awal menjadi seorang mahasiswa baru. Kali ini bukan gadis yang umurnya lebih tua dariku, karena jujur aku sempat trauma dengan mereka. Jadi, aku mencoba mencari yang seumuran denganku.

Hingga pada akhirnya aku menemukan pilihan yang tepat. Dia seangkatan denganku, hanya saja kami berbeda prodi. Fyi, dia anak Pendidikan Bahasa Arab, sedangkan aku anak Teknik Sipil. Awalnya kisah kami berjalan dengan mulus seperti semulus jalan tol.

Masa pendekatan kami terbilang lancar-lancar saja. Kabar baiknya lagi, ternyata kami sudah saling suka sejak pertama kali bertemu waktu kegiatan ospek kampus dulu. Bahkan secara alami kami juga sudah saling mengirimkan kode-kode cinta satu sama lain.

Alhamdulillah, aku akhirnya bertemu dengan jodohku. Itulah yang aku pikirkan dahulu. Apalagi dia anaknya terbilang sangat alim, bahkan sehari-hari dia selalu memakai hijab syar'i. Subhanallah, calon makmum-ku.

Look At Me | EajTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang