Bab 04 | Pertemuan Tak Terduga

131 27 7
                                    

Pagi ini, kebetulan aku sedang ada jadwal manggung di acara seminar yang diselenggarakan oleh UKM sebelah. Sebenarnya jadwal Fivetune untuk hari ini kosong. Namun, karena vocalist dari band UKM Musik yang lain tidak dapat hadir. Alhasil kamilah yang menggantikan mereka.

Sebenarnya ini terbilang mendadak dan sangat berisiko. Untung saja Fivetune tak pernah absen kalau disuruh latihan. Jadi, kami bisa mengatasi semuanya dengan baik. Ajaib, ya? Memang seperti itulah kami.

Ini hanyalah segelintir hal kecil dari kelakuan ajaib kami. Masih banyak yang belum terekspos. Salah satunya adalah seperti saat ini, Sigit, si leader yang paling lurus sudah mewanti-wanti kami agar tidak datang terlambat. Namun, dia sendiri yang malah telat.

Semalam lelaki itu berpesan agar kami semua stand by di kampus dari jam 06.00 pagi. Namun, hingga waktu telah lewat dari lima belas menit, dia tak kunjung menampakan diri. Parahnya lagi, hanya diriku seorang yang baru saja tiba di sini.

Saat kucek kembali, Wisnu melaporkan kalau Brian baru bisa ia bangunkan setelah berhasil menyerobot masuk ke dalam kamar laki-laki itu. Sedangkan si pembuat janji baru saja berangkat dari rumahnya. Begitu juga dengan Dion yang masih memanasi sepeda motornya.

Rasanya kesabaranku sedang diuji pada pagi yang cerah ini. Kuhembuskan napas pasrah, lalu menyimpan kembali handphone-ku. Jika sudah begini, aku terpaksa harus bersabar menunggu mereka datang satu per satu.

Sedari tadi diriku sudah seperti orang bodoh di tengah kumpulan orang-orang yang sedang berlalu-lalang keluar masuk ruangan ini. Aku sama sekali tak mengenal satupun dari panitia di sini. Alhasil aku hanya bisa duduk diam sembari menonton kesibukkan mereka.

Mengenai Fivetune, kami sudah tidak lagi manggung di kafe milik Kevin. Seiring job yang terus mengalir, kami hampir tak ada waktu untuk tampil di sana. Kini sedikit demi sedikit, Fivetune mulai punya nama. Karena hal itu, kami cukup bangga atas pencapaian yang kami raih tersebut.

Padahal tujuan awal saat terbentuknya band ini, kami hanya ingin sekedar menyalurkan hobi saja. Kami tak ingin kemampuan bermusik yang kami miliki berakhir dengan terbuang sia-sia. Jadi, lebih baik kalau kami melakukan hal yang lebih bermanfaat untuk mengisi waktu luang.

Walaupun pada akhirnya kami sampai pada titik ini. Kami tetap bersyukur, setidaknya ada yang tertarik dengan musik yang kami buat.

"Assalamualaikum, Bang! Wih, rajin bener lo jam segini udah datang," sapa Dion yang baru saja datang bersama Sigit.

Akibat terlalu lama melamun, membuatku lupa kalau aku sedang menunggu mereka. Lantas aku bangkit dari tempat dudukku, lalu menghampiri salah satu dari mereka.

"Kampret lo, Git! Nyuruh gue datang jam enam, malah lo sendiri yang datang jam setengah tujuh."

"Hehe.. sorry, Bang. Lo 'kan kayak kebo kalau hari Minggu gini," balasnya santai sembari berjalan menghampiri bangku yang sempat kududuki tadi. Kemudian dia menaruh tas gitarnya tepat di samping cajon yang dibawa oleh Dion.

"Iya, betul. Jangan-jangan tadi Bang Jev belum sempet mandi, ya!" sahut Dion menyela pembicaraanku dengan Sigit. Saat ini dia sudah duduk anteng di atas kursi yang tak jauh dari tempatku berdiri.

"Sialan lo, Yon!" sungutku sembari memukul kepalanya. Namun, sayang sekali aksiku gagal karena dia lebih cepat menghindar. Alhasil tanganku berakhir hanya memukul angin.

"Heh, mana Wisnu sama Brian?" tanya Sigit yang baru saja menyadari kalau anggota kami belum lengkap.

"Ke mana lagi? Belum datanglah!" jawabku sewot.

Selang beberapa detik kemudian, pintu ruangan ini tiba-tiba terbuka. Selanjutnya muncullah salah satu oknum yang baru kami bicarakan. Dia masuk sambil membawa satu buah dus air mineral.

Look At Me | EajTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang