Pasca pertemuanku dengan Rara beberapa hari yang lalu. Akhirnya orang tua kami sepakat mengadakan acara pertunangan dalam waktu dekat. Namun sebelum itu terjadi, Rara sempat mengajukan usul agar acara ini dilakukan secara diam-diam.
Ia tak ingin status kami diketahui oleh orang kampus. Termasuk juga teman dekat kami. Aku bisa memakluminya. Mungkin saja dia masih kurang nyaman dengan status kami yang tiba-tiba berganti.
Berhubung acara ini diadakan pada bulan depan, jadi kami harus mempersiapkan beberapa hal. Contohnya seperti membeli sebuah cincin pertunangan untuknya. Maka dari itu hari ini kuputuskan untuk mengajaknya membeli benda tersebut.
Kemarin kami terpaksa janjian bertemu di kampus, karena jadwal perkuliahannya yang terbilang padat sekali. Maklum siapa saja yang pernah menjadi mahasiswa semester tengah pasti pernah mengalaminya. Selain itu juga aku hampir tak ada waktu luang, mengingat diriku kembali disibukkan dengan segala urusan skripsi.
Setengah jam yang lalu, aku baru saja menyelesaikan sesi bimbinganku. Saat ini aku tengah menunggu Rara keluar dari kelas. Sepuluh menit yang lalu ia mengirimkan pesan padaku agar menunggunya di dalam mobil.
Ya, demi keamanan rahasia kami, aku sampai rela membawa mobil ke kampus. Walaupun sebenarnya aku tak terlalu menyukainya.
Tak begitu lama aku menunggu, dari kejauhan dapat kulihat seseorang yang sangat kukenal. Dia berjalan kemari sambil mengendap-endap bagaikan maling yang hendak mencuri salah satu mobil yang terparkir di sini.
Tanpa sadar sudut bibirku tertarik ke atas saat melihat tingkahnya yang konyol itu. Sampai ia berhasil masuk ke dalam mobil, aku masih betah memandanginya. Setelah duduk di sampingku, gadis itu lantas menghela napas lega.
"Untung kampus udah sore. Jadi agak sepi," ocehnya.
Aku hampir tak bisa menahan tawa saat ini. Sesaat kemudian dia baru menyadari kelakuanku.
"Bang Jevan, ih! Kok malah ketawa sih!"
"Sorry, Ra. Lo lucu banget tadi, kayak maling," ungkapku jujur hingga sukses membuatnya cemberut.
Aku kembali tertawa, bahkan suara tawaku semakin terdengar. Lama-kelamaan gadis itu tak tahan melihatku yang tampak puas sekali menertawakannya. Sejurus kemudian ia langsung mencubit lenganku.
Sontak saja aku sedikit mengaduh. Kulihat ia melemparkan tatapan tajam padaku. Sebenarnya aku sama sekali tak takut dibuatnya. Malah sebaliknya aku semakin gemas. Sebab gadis itu semakin cantik ketika sedang malu.
"Langsung nggak, nih?!" tanyaku mengalihkan obrolan kami.
Rara lantas menganggukan kepala. Kami pun memasang sabuk pengaman masing-masing. Selanjutnya mobil ini mulai berjalan meninggalkan pelataran kampus.
***
Setelah perjodohan ini tetap berlanjut, aku merasa kalau Rara menjadi sedikit pendiam. Dia hampir tak pernah mengajakku basa-basi lagi seperti dulu. Inilah yang membuatku sedikit kecewa, karena kesannya dia seperti sengaja menjaga jarak denganku.Bahkan gadis itu selalu menjadi pihak yang pasif saat kami sedang berduaan. Selain itu dia juga enggan berkomentar banyak atas segala usul yang kuajukan dan langsung menyetujuinya. Meskipun begitu aku masih bersyukur. Setidaknya dia masih tetap menjadi Rara yang kukenal saat kami bersama dengan teman-teman yang lain.
Seperti halnya saat ini, kami telah sampai di toko perhiasan dari salah satu jajaran ruko Pasar Besar Malang. Di depan kami telah terpajang banyak pasang cincin dengan berbagai model. Semuanya tampak bagus sampai-sampai membuat kami bingung memilihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me | Eaj
Fanfiction[WattpadRomanceID's Reading List - September 2022 - Cerita Bangku Kampus] Jevan Aldebaran Sujono adalah seorang laki-laki yang dikenal selalu memiliki kisah cinta berakhir pahit. Hal inilah yang mendorong ia untuk menyerah dan lebih memilih menikmat...