Setelah aku resmi bertunangan dengan Rara, tak ada perubahan yang berarti dalam hubungan kami. Status boleh saja berganti, tapi tidak dengan kehidupan kami masing-masing. Aku masih dengan duniaku, sedangkan Rara juga masih dengan dunianya. Serta tak ada kaitannya satu sama lain.
Aku sudah memprediksi hal ini akan terjadi sejak pertama kali setelah aku menawarkan diri untuk membatunya. Aku sudah siap dengan segala konsekuensi yang ada. Mau semuanya berjalan seperti tak pernah terjadi apapun, aku tak masalah.
Bicara soal hati, perasaanku pada Rara masih sama. Tak berkurang maupun tak berlebih. Aku memang sengaja tak ingin menekannya agar berbalik membalasku. Sebab sejak awal aku berjanji padaku diriku sendiri untuk tidak menuntut banyak darinya, karena mungkin bisa saja itu akan melukai hatinya.
Silahkan menyebutku bodoh sepuas yang kalian mau. Mengataiku seperti lelaki pengecut dan selalu pasrah menerima setiap keadaan. Namun yang jelas kalian juga harus tahu, bahwa dibalik itu semua sebenarnya aku begitu menikmati rasa kepedihan ini.
Bergeser sedikit, ada Dion yang masih senantiasa menjaga rapat-rapat rahasia kami. Laki-laki itu benar-benar menepati janjinya. Dia turut berakting apik di depan teman-teman kami yang lain. Sehingga tak ada satupun dari mereka yang menyadari tentang status hubunganku dengan gadis tersebut.
Bahkan acap kali ketika Wisnu mengajak Rara ke studio. Saat itu juga kami seperti sedang berdiri di atas panggung sandiwara. Melakukan perannya masing-masing.
***
Sinar terang menjadi gelap, mentari telah kembali ke peraduan. Kini tugasnya digantikan oleh sang rembulan, menjaga langit agar tetap aman. Tak lupa ditemani bintang-bintang yang bertaburan. Nampak indah menghiasi suasana malam.Namun, keindahan itu tak sesuai dengan penggambaran suasana hatiku. Otakku tampaknya sudah terlalu lelah untuk diajak berpikir. Dari pagi aku disibukkan dengan segala urusan tentang skripsi.
Kelanjutan tugas akhirku kini tak seperti dulu. Dosen pembimbingku telah menyelesaikan studi S3-nya. Otomatis perjalananku meraih kelulusan akan berjalan semakin lancar.
Dulu aku hanya bisa menemui beliau dua minggu sekali. Namun sekarang jangankan seminggu sekali, bahkan setiap hari pun aku sanggup melakukannya. Tak heran jika hilal sidang akhirku mulai tampak di depan mata. Mungkin sebentar lagi aku akan berdiri di antara jajaran wisudawan tahun ini. Semoga.
Saat ini aku hanya ingin menghibur diri. Sepertinya satu atau dua cangkir kopi bisa menyegarkan pikiranku. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah kafe yang telah lama tak kukunjungi pasca aku berhenti manggung di sini.
Benar, sebuah kafe yang sempat menjadi saksi akan tumbuhnya rasa cintaku pada Rara. Ah, mengenai gadis itu, aku jadi ingat kalau dia adalah salah satu alasan pikiran kalutku.
Aku boleh saja tak mengharapkan apapun darinya. Namun, apa salah jika aku meminta waktu barang sejenak untuk bersamanya?
Sebelum datang ke mari, aku sempat meminta dia untuk menemaniku. Namun sayang, dengan cepat ia menolaknya. Gadis itu mengatakan kalau sudah membuat janji dengan yang lain. Tak perlu kusebutkan lagi nama orang itu, karena sudah pasti kalian semua juga tahu.
"Yo, Jev!" sapa Kevin setelah tahu aku sedang berjalan menghampirinya.
Aku tak menjawab sapaan itu. Melainkan langsung duduk tepat di hadapannya.
"Mau nikah kok malah kusut gitu muka lo?" tanya Kevin setelah yakin tak mendapatkan jawaban apapun dariku.
"Pesen yang biasa ya, Kev" balasku tanpa basa-basi.
"Ck! Pasti lagi berantem ya?"
"Nggak," balasku lesu sembari mengeluarkan laptop dari dalam tas.
"Nggak gimana? Jelas-jelas cewek lo lagi jalan sama cowok lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me | Eaj
Fanfiction[WattpadRomanceID's Reading List - September 2022 - Cerita Bangku Kampus] Jevan Aldebaran Sujono adalah seorang laki-laki yang dikenal selalu memiliki kisah cinta berakhir pahit. Hal inilah yang mendorong ia untuk menyerah dan lebih memilih menikmat...