Perjalanan menuju vila pun dimulai. Jika di mobil sebelah, Brian sedang berjuang dalam situasi mencekam akibat perang dingin antara sahabatnya melawan pacarnya sendiri. Di sini aku harus berjuang dalam situasi menyakitkan hati.
Saat ini para penumpang di mobil sudah tertidur pulas. Namun, hanya tinggal diriku seorang yang masih terjaga karena harus fokus menyetir. Sayangnya bukan poin itu yang kumaksud, melainkan pemandangan di kursi paling belakang.
Di sana terdapat seorang perempuan yang tengah tertidur sambil bersandar di pundak seseorang yang ada di sampingnya. Mereka berdua tidur tampak pulas sekali. Seakan keduanya sudah nyaman dengan posisi itu.
Aku menghela napas pelan. Berusaha merilekskan pikiranku. Kemudian kembali menguatkan hati. Walaupun rasa sakit bertubi-tubi datang menghampiri.
***
Kami telah sampai di tempat tujuan tepat pukul sebelas siang. Setelah berhasil memarkirkan mobil, aku lantas bergegas turun. Lalu berlari tunggang langgang memasuki vila, karena sudah kebelet buang air kecil.Beberapa menit kemudian, urusanku di kamar mandi telah usai. Kini aku balik lagi ke depan untuk membantu para laki-laki menurunkan barang bawaan. Baru saja aku hendak melewati pintu vila, tapi aku malah berpapasan dengan Alyana.
"Loh, Al, kok lo masuk sendirian? Mana yang lain?" tanyaku yang baru sadar kalau dia hanya sendirian. Sedangkan cewek-cewek yang lain masih berada di luar.
"Minggir, gue mau lewat!" ucapnya dengan nada sinis.
"Njir, masih aja sinisnya gak ilang-ilang," dumelku seraya menggelengkan kepala.
Dari teras aku bisa memperhatikan para gadis sedang asyik berfoto ria. Sepertinya mereka puas sekali dengan pemandangan di sekitar vila ini.
Langkahku terhenti karena tak ingin melewatkan pemandangan yang tak kalah bagus di depan sana. Apalagi kalau bukan ekspresi bahagia yang terpancar dari wajah Rara itu. Di mataku gadis itu tampak cantik sekali saat berpose di depan kamera.
"Heh, cewek! Jangan poto-poto mulu! Bantuin dong!" sindir Dion yang berhasil membuyarkan lamunanku. Untung saja tidak ada yang menyadari kalau aku cukup lama memandangi gadis itu.
Baru saja aku hendak melanjutkan langkahku kembali, tapi tiba-tiba aku dikejutkan dengan panggilan yang asalnya dari Rara.
"Bang Jevan! Vilanya bagus banget! Rara suka," ucapnya riang sambil berlari menghampiriku.
"Oh ya, jelas! Bang Jevan gitu loh! Yuk, masuk! Biarin Dion ngebabu, mending kita happy-happy aja," ujarku mengajak Rara masuk seraya merangkul pundaknya. Secara otomatis aku mengurungkan niatku untuk membantu mereka.
"Heh!" protes Dion. Namun, tak kami gubris.
***
Menjelang maghrib, aku baru bangun tidur. Nyawaku masih belum terkumpul sepenuhnya, dengan kata lain aku masih sangat mengantuk. Tadi karena terlalu lelah menyetir, aku memutuskan untuk tetap tinggal di vila bersama dengan Brian. Kebetulan dia juga bertugas menyetir sepanjang perjalanan sama sepertiku. Jadi tidak ada waktu bagi kami untuk tidur.Tidurku bener-bener nyenyak sekali. Sampai-sampai aku tak mempedulikan kegiatan yang dilakukan anak-anak selama tidur siang tadi. Mungkin mereka sudah berkeliling di sekitar vila. Sebab mengingat letak vila ini cukup strategis, yakni dekat dengan tempat wisata Songgoriti.
Ketika aku keluar dari kamar, adzan maghrib sudah berkumandang. Untung saja aku cepat bangun. Kalau tidak, aku pasti dikatai tidak baik karena tidur saat maghrib-maghrib begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me | Eaj
Fanfiction[WattpadRomanceID's Reading List - September 2022 - Cerita Bangku Kampus] Jevan Aldebaran Sujono adalah seorang laki-laki yang dikenal selalu memiliki kisah cinta berakhir pahit. Hal inilah yang mendorong ia untuk menyerah dan lebih memilih menikmat...