Bab 17 | D-Day

61 15 0
                                    

Hari ini acara pertunanganku dengan Rara akan dilaksanakan. Bohong kalau aku merasa tidak gugup sama sekali. Banyak bayangan buruk yang hinggap di kepalaku. Aku harap jangan sampai nanti aku malah dengan cerobohnya menjatuhkan cincin saat hendak kupasang di jari manis gadis itu.

Sesekali aku memegang sebelah tanganku karena terus gemetar tiada henti. Please, jangan sampai hal ini berlanjut hingga acara inti nanti. Bisa-bisa aku terlihat memalukan di depan semua orang.

Ceklek!

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan menampilkan seseorang yang tak kuduga kehadirannya. "Bang! Lo kawin kok gak bilang-bilang, sih!" tegur Dion sambil menutup pintu.

Benar! Orang yang kumaksud adalah Dion, si bungsu Fivetune. Aku hampir saja lupa kalau ayah sudah menganggap orang tuanya seperti keluarga kami sendiri. Otomatis dia pasti akan datang ke acara ini.

"Ck! Lo harusnya gak usah ngintilin emak sama bapak lo deh, Yon! Repot gue!" gerutuku padanya.

Lelaki itu tak peduli dan langsung duduk di kursi belajarku. Sedangkan diriku masih sibuk mengancingkan baju di depan cermin.

"Yee.. gue malah dipaksa dateng sama Ayah lo," sanggahnya dengan nada menyebalkan. Hingga hal itu berhasil membuatku memutar kedua bola mataku. Sia-sia saja aku menyembunyikan rahasia pertunangan ini dengan rapi.

"Bang, lo kenapa gak cerita ke kita kalo mau kawin?" tanya laki-laki itu yang tampaknya masih penasaran tentang alasanku menyembunyikan semua ini darinya.

Aku lantas membalikkan badan, lalu menghadapnya langsung. "Tunangan, Yon! Bukan kawin," koreksiku dengan menekan nada di setiap kata.

"Iyaaaa.. maksud gue itu. Kenapa, Bang? Calon lo lagi bunting, ya?"

"Bukan bego!" sambarku cepat karena sudah kelewat emosi.

"Ya, terus apa? Perjodohan terpaksa gitu? Seperti yang ada dalam cerita-cerita romance-romance tai kucing itu?"

Sejenak kuhembuskan napas dengan kasar, tak tahu jawaban seperti apa yang akan kuberikan padanya. Jika diingat-ingat selama ini memang benar, aku dan Rara tak saling mencintai. Bukan, maksudku hanya gadis itu saja yang belum ada rasa padaku.

"Woy, Bang! Malah melamun," tegur Dion hingga seketika itu langsung membuyarkan lamunanku.

"Gak tau, Yon. Ceritanya panjang," balasku seadanya.

"Ck! Emang siapa sih, yang berani nolak lo lagi?"

"Dia gak nolak gue, Yon."

"Ah, bodo! Ribet! Intinya gadis macam mana lagi yang gak doyan sama lo?"

Aku tak langsung menjawab pertanyaan darinya. Melainkan berjalan mendekati kasur dan meraih jas hitamku. Setelah selesai memakainya, aku lantas beranjak keluar dari kamar. Namun sebelum itu, aku mengajak Dion sekalian karena tampaknya dia masih menunggu jawaban dariku.

"Udah ayo! Nanti lo juga bakalan tau."

***


Selama perjalanan menuju kediaman keluarganya Rara, aku hanya duduk diam di samping Dion yang sedang menyetir. Tadi sebelum berangkat, dia dengan suka rela menawarkan diri untuk menjadi supir pribadiku. Katanya, ia tak ingin ada kejadian buruk menimpaku di hari yang penting ini.

Sebelum berangkat, aku sudah mengabari Rara tentang Dion yang sudah tahu rahasia kami. Dia sempat panik dan takut jika yang lain juga tahu. Namun, aku menyakinkan dirinya bahwa hanya Dion saja yang tahu, tidak dengan yang lain. Syukurlah dia bisa percaya padaku, sehingga gadis itu tak perlu khawatir lagi.

Look At Me | EajTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang