MPB 27

10.8K 768 108
                                    

Wizzy berjalan dengan dada yang terus naik turun tak menentu. Dia masih tidak terima akan kejadian yang baru saja terjadi.

Peristiwa dimana Rafa, kekasihnya berada dipangkuan orang lain yang bahkan Wizzy sendiri tidak kenal.

Jelas Wizzy marah, sangat marah. Ia merasa direndahkan, harga dirinya terasa sudah diinjak-injak oleh Rafa.

Kepala gadis itu menunduk, melihat kearah lelakinya yang masih terisak. Mencoba memperbaiki emosinya yang bisa saja menyakiti Rafa.

"Hiks...hiks...sakit....hiks" isak Rafa pelan sambil menyender dipundak Wizzy dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Wizzy.

Wizzy diam, tak menyaut juga tak peduli dengan isak tangis Rafa yang kesakitan.

Sesampainya di UKS, Wizzy segera meletakkan Rafa dibrankar.

"Ran, obati pacar gue" titah Wizzy pada Rani, yang saat itu sedang berjaga di UKS. kenapa bukan Wizzy yang mengobati? Kuharap kalian tahu jawabanya.

Rani mengangguk, kemudian segera mengobati tangan Rafa dengan hati-hati. Jangan sampai ia membuat kesalahan yang berujung maut nanti.

Namun siapa sangka, berada dekat dengan lelaki culun itu membuat hati Rani berdegub kencang. Dengan pipi sembab dan sisa air mata yang masih belum kering, membuat wajah Rafa terlihat semakin menggemaskan.

"3 detik lo masih liatin pacar gue, siapin makam" ujar Wizzy sontak membuat Rani segera menunduk. Bodoh, Rani sangat bodoh. Semoga saja Wizzy mau memaafkanya.

"Udah zy, maaf buat yang tadi. Gue permisi" pamit Rani kemudian berlalu pergi.

Wizzy tak membalas ucapan Rani. Ia sekarang lebih terfokus pada Rafa. Ya, hanya Rafa.

"Gimana tanganya masih sakit nggak? Hmm? " tanya Wizzy lembut sambil mengusap surai hitam Rafa.

Rafa hanya mengangguk pelan. Kemudian beralih menatap Wizzy dengan aegyo nya, membuat Wizzy menggigit bibir bawahnya.

"Iji, maafin afa ya soal yang tadi. Sebenernya afa tadi mau nolak, tapi ara yang minta" jelas Rafa

"Ara? Lo manggil dia ara? Inget Rafa, lo itu milik gue dan selamanya akan tetap begitu. Ini adalah pertama dan terakhir kali saya, Wizzy rara gerryon,  melihat anda, Rafa Putra Raksana dekat dengan wanita lain. Paham? " ujar Wizzy penuh penekanan diakhir kalimatnya, berhasil membuat Rafa menegang.

Rafa terdiam sesaat, air matanya sudah menggenang, siap untuk diluncurkan. Sakit, sakit hatinya saat mendengar Wizzy sudah merubah nada bicaranya seperti tadi.

"Huaaaaa, iji kok gitu. Hiks...iji...hiks... Marah ya huaaaaaa... Afa kan udah minta maaf" tangis Rafa pecah saat itu juga membuat Wizzy kelabakan sendiri.

Ia segera menggendong Rafa untuk menenangkan kekasihnya itu. Mungkin ia sudah kelewat batas tadi.

"Cup cup sayang, maafin iji ya. Iji gx akan ulangi lagi deh, janji. Afa jangan nangis terus ya sayang" ujar Wizzy penuh kelembutan.

"Huaaaaa, iji tadi marah huaaaaa-akhhh sakit hiks... " Rafa segera mencengkram dadanya erat, membuat Wizzy semakin panik.

"Fa, udah ini dadanya jangan dipukul terus sayang nanti makin sakit. Bentar iji ambilin air dulu" Wizzy segera beranjak, mengambil air untuk membantu Rafa meminum obatnya.

Ya, Wizzy selalu membawa obat Rafa kemanapun ia pergi, untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang mendesak seperti saat ini, karena ia tahu Rafa tak mungkin serajin itu untuk selalu membawa obatnya.

"Ini airnya sayang, minum obat dulu ya" Wizzy kemudian membantu Rafa untuk meminum obatnya.

Setelah beberapa saat, akhirnya tangis Rafa mulai mereda seiring dengan nyeri didadanya yang mulai menghilang.

"Kita keruang pribadi kamu aja ya fa, nanti iji minta Dinda ijinin" Rafa hanya mengangguk lemah.

Membiarkan tubuh mungilnya terangkat untuk kemudian berada digendongan Wizzy.

🐇🐇🐇

Sesampainya diruang pribadi Rafa, Wizzy segera menjatuhkan tubuhnya dan Rafa kekasur king size yang sudah tersedia.

Jujur saja, sebenarnya ia sudah ngantuk.

"Iji, afa mau nen" pinta Rafa sambil mengedipkan matanya lucu.

Wizzy hanya mengangguk, membiarkan Rafa yang sudah mulai membuka kancing baju seragamnya dan membuka bra yang ia kenakan.

"Sssss, pelan-pelan sayang, nanti kesedak" ujar Wizzy sambil mengelus rambut Rafa.

Ia kemudian meraih ponselnya untuk menelfon seseorang, yang tak lain adalah Dinda, sahabatnya.

"Halo din, ijinin gue sama Rafa ya.makasih" seperti biasa Wizzy tak menunggu jawaban dari Dinda, ia langsung menutup sambungan telfonya.

"Iji" panggil Rafa sesaat sesudah melepas kulumanya pada nipple Wizzy.

"Iya, kenapa? Hmm? " tanya Wizzy lembut.

"Jangan tinggalin afa" ucap Rafa cepat kemudian segera mengulum nipple Wizzy lagi.

Sedangkan Wizzy, ia nampak bingung. Bukan, ia lebih terlihat tak yakin. Entahlah, ia juga tak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Tapi, dia akan terus berusaha untuk tetap bersatu dengan Rafa.

Wizzy menunduk, melihat ternyata Rafa sudah tertidur. Wizzy terkekeh pelan, kemudian kembali menutup kancing kemejanya.

Wizzy mengecup singkat dahi Rafa yang terasa hangat, sebelum kemudian ikut merajut mimpi bersama Rafa.

Bayangin aja mereka lagi pake seragam sekolah 😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangin aja mereka lagi pake seragam sekolah 😆


TBC

maaf ya, kalo gx sesuai ekspektasi.

Lagi galau gaes, baru putus ama doi 😭😭😭

But its okay.

Typo bertebaran gaes

Jangan lupa vote ama komenya ya, sayang kalian banyak banyak

My Perfect boyfriends (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang