MPB 8

25.9K 1.6K 67
                                    

Wizzy berjalan semangat menyusuri koridor rumah sakit. Hari masih terlalu pagi, dan dia berinisiatif untuk menjenguk Rafa terlebih dahulu.

"Huh, afa masih tidur apa udah bangun ya" tanya Wizzy pada dirinya sendiri.

Wizzy membuka pintu kamar rawat Rafa dengan semangat. Matanya membelalak, kala netranya menangkap sosok lelaki kesayanganya sedang meringkuk dilantai dengan memegangi dadanya.

"RAFA"pekik Wizzy panik. Ia kemudian berlari kearah Rafa yang masih meringis sambil meemgangi dadanya.

Wizzy memeluk erat tubuh Rafa yang sudah bergetar karena menangis.

" hey, afa tenang ya. Jangan nangis,Iji udah dateng buat jengukin afa"ucap Wizzy mencoba menenangkan.

"Hiks...afa takut...hiks...akhh" Rafa pingsan dengan darah segar yang mengalir deras dari hidungnya membuat Wizzy semakin kalut.

Wizzy mengangkat tubuh Rafa kemudian membaringkanya keatas brankar, kemudian Wizzy memencet tombol merah yang berada dibawah brankar Rafa secara brutal.

🐍🐍

"Gimana kondisi pacar saya dok? " tanya Wizzy panik.

"Tuan muda tadi sempat drop. Jangan sampai ia merasa tertekan. Apa kalian tidak menjaganya tadi malam? "Tanya dokter bernametag Dandi itu.

" emmm, katanya yang tadi malam yang jaga-. Bangsat lo ren"belum sempat Wizzy melanjutkan ucapanya, sudah ia sambung dengan umpatan kasar.

Wizzy merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Mencoba menghubungi seseorang yang saat ini ingin dia hajar.

"Hallo, dateng kerumah sakit sekarang. Gua tungguin"

Tut

Wizzy langsung mematikan telfonya tanpa menunggu jawaban dari Daren.

Wizzy kembali masuk kedalam ruang rawat Rafa dengan pelan. Menatap sendu kearah Rafa yang masih terbaring lemah diatas brankar.

"Hiks..hiks...maafin iji fa..hiks...afa gagal jagain afa" tangis Wizzy pecah saat itu juga. Bahkan ini adalah kali pertama Wizzy menangis setelah 10 tahun lamanya ia hidup.

Tak lama, suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Wizzy. Pandangan matanya berubah tajam menusuk kearah Daren yang baru masuk.

"Ada ap-" belum sempat Daren merampungkan ucapanya, Wizzy dengan cepat langsung menarik kerah Daren dan membawanya keluar.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Wizzy memukuli Daren secara membabi buta. Daren mencoba melawan, namun apalah daya tenaga Wizzy jauh lebih kuat dari pada tenaganya.

"Brengsek lo ren, lo udah ingkar janji" emosi Wizzy semakin memuncak ketika mengingat tadi saat Rafa collaps dipangkuanya.

"Ma maksud lo ap-apa" tanya Daren mencoba mengatur deru nafasnya yang memberat.

"Lo bilang lo mau jagain Rafa, tapi mana hah mana? Rafa collaps gara-gara ketakutan dikamar sendirin" hardik Wizzy membuat Daren tersentak.

Tak lama, Daren langsung bangkit kemudian beranjak memasuki kamar rawat Rafa. Air matanya luruh saat melihat kondisi Rafa yang nampak pucat.

Daren mengusap lembut surai hitam Rafa. Sosok yang selama ini selalu ia jaga. Sosok hangat yang selalu ada untuknya. Dan sekarang, Rafa sakit karenanya.

"Maaf, dek. Abang jahat hiks...abang nggak becus jagain afa hiks..maaf" gumam Daren pelan. Sungguh, ia menyesali perbuatanya tadi malam.

Kenapa ia harus mementingkan egonya dan membiarkan Rafa sendirian ketakutan dirumah sakit. Daren memang bodoh. Hanya karena Daren iri dengan kedekatan Rafa dan wanita pujaanya, ia melupakan sosok rapuh yang bisa menyerah kapan saja.

"Maaf, dek. Abang jahat " Daren tak henti-hentinya menggumamkan kalimat itu, sampai suara lenguhan keluar dari bibir Rafa.

"Abang, abang jangan nangis, nanti afa ikut sedih" ucap Rafa dengan suara parau.

"Dek, maafin abang udah lalai buat jagain afa" sesal Daren sambil memeluk tubuh Rafa erat.

"Nggak papa kok. Tapi jangan tinggalin afa sendirian lagi ya, afa takut" cicit Rafa sambil membalas pelukan hangat Daren.

Wizzy yang melihat hal itu hanya tersenyum.

Permainan akan segera dimulai.







TBC

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN

MAAFKAN TYPO BERTEBARAN

BUAT YANG UDAH BACA, MAKASIH

SAYANG KALIAN BANYAK-BANYAK

My Perfect boyfriends (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang