"RAFA!!! " Wizzy berteriakk kencang.
Matanya menyapu setiap penjuru ruangan yang sedang ia tempati sekarang.
Huffttt...dia sekarang berada dikamarnya. Berarti tadi hanya mimpi buruknya.
"Syukurlah cuma mimpi" gumam Wizzy pelan. Ia menunduk, mengusap kasar bulir keringat yang membanjiri pelipisnya.
Ceklekk
Rara dan Gerry datang dengan sangat tergesa-gesa. Nampak sekali raut cemas dari wajah mereka berdua.
"Mah pah, kalian kenapa? " tanya Wizzy aneh pada kedua orang tuanya itu.
Rara dan Gerry menghembuskan nafas lega kemudian berjalan menghampiri putri mereka.
Setelah itu, Rara duduk dipinggir kasur. Mengusap lembut surai anak gadisnya itu. Pun dengan Gerry yang hanya diam berdiri disamping Rara.
Kening Wizzy berkerut, menatap aneh kearah kedua orang tuanya yang menatapnya penuh iba.
"Mah, tadi aku mimpi jelek banget" adu Wizzy mencoba mencairkan suasana.
"Mimpi apa hmm? " getarr, itu yang bisa Wizzy tangkap melalui indra pendengaranya.
Mata Rara memerah, dengan kedua kantung mata yang membengkak seperti habis menangis.
"Wizzy mimpi Rafa nggak ada" Wizzy menunduk, berucap sangat pelan. Entahlah mimpinya itu terasa sangat nyata.
Rara menangis, air matanya kembali tumpah padahal ia sudah menahanya sedari tadi.
"Mama kenapa nangis? Kan cuma mimpi" ujar Wizzy lagi.
"Kamu nggak mimpi sayang, Rafa emang udah nggak ada" kini Gerry ikut menyahut. Cukup tahu bahwa istrinya tak akan mampu untuk menjelaskan.
Wizzy menggeleng, tiba-tiba matanya memanas dan dia ikut menangis.
"Nggak, papa jangan bohong. Tadi aku cuma mimpi. Aku bangun dikamar aku, berarti aku mimpi. Pah, aku mimpi kan? " Wizzy meracau, membuat Rara semakin hancur.
"Sayang, lihat tangan kanan kamu" Wizzy segera melihat pergelangan tangan kananya yang sudah terbungkus perban.
"Papa sama mama nemuin kamu dimakam Rafa dalam keadaan pingsan" ungkap Rara sambil terisak.
Kali ini Wizzy dapat mengingat semuanya.
Dimana saat dia mencoba bunuh diri dengan menyayat pergelangan tanganya sendiri sampai ia jatuh pingsan.
"NGGAK, MAMA SAMA PAPA BOHONG. RAFA MASIH HIDUP" Wizzy melompat dari tempat tidurnya kemudian berjalan cepat menuju pintu. Namun dengan segera dicegat Gerry.
"LEPAS" teriak Wizzy pada Gerry
"Mau kemana kamu? " bukanya melepaskan, kini Gerry langsung mengunci pintu dari dalam kemudian menyimpan kuncinya.
"AKU MAU NEMUIN RAFA, AKU MAU MINTA MAAF. LEPASIH PAH" Wizzy terus meronta-ronta dipelukan Gerry.
"DIAM WIZZY" Telakkk, kini Rara sudah turun tangan.
Wizzy seketika terdiam, sekilas melihat Rara yang sudah menatap tajam dirinya.
"JANGAN BERSIKAP SEOLAH-OLAH KAMU ADALAH ORANG PALING TERSAKITI WIZZY. KAMU ADALAH PENYEBAB RAFA MENINGGAL. KAMU TERLALU MEMENTINGKAN EGOMU. MENYESAL PUN NGGAK BERGUNA. Kamuu udah kehilangan Rafa"teriak Rara dengan memelankan kalimat terakhirnya.
" maaf, maaf ma maaf Wizzy emang salah maafin Wizzy"Wizzy menunduk, dia berlutut sekarang.
Gerry menarik bahu Wizzy pelan, menyuruhnya untuk berdiri kemudian ia membuka kembali pintu kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect boyfriends (END)
Teen FictionBagaimana bisa seorang gadis yang terkenal dingin dan judes itu memiliki tipe cowok yang berbanding terbalik dengan sifatnya. Dan bagaimana bisa cowok manja,childish,dan cengeng bisa dengan mudah menakhlukkan hati seorang gadis yang bahkan sangat ia...