MBP 1

49.4K 3K 196
                                    

Suara derap langkah kaki terdengar memenuhi lorong sekolah. Tampak seorang perempuan berjalan santai dengan wajah dingin dan jutek seperti biasanya.

Hari masih sangat pagi bahkan hawa dingin masih lekat membelai kulit putihnya. Sekolah bahkan masih sepi, hanya ada Wizzy yang berjalan sendirian dilorong sekolah.

Gadis 16 tahun itu menyusuri lorong dengan malas.  Salahkan dirinya yang sudah memajukan alarmnya lebih cepat satu jam. Kalaupun pulang lagi, sungguh melelahkan.

"Anjink, ngapain sih pake acara majuan jam segala. Goblok" gerutu Wizzy. Ia sudah sampai di depan pintu kelasnya, dan benar saja tak ada satupun murid yang berada didalamya kecuali Wizzy.

Wizzy duduk disalah satu kursi pojok kanan belakang, kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu mulai main game kesukaanya.

Saking asyiknya main, Wizzy sampai tak menyadari jika ada seorang murid yang baru datang. Ia duduk tepat didepan kursi Wizzy. Dan murid itu adalah Rafa.

"ANJRIT, MATI KAN GUE BANGSAT" umpat Wizzy membuat Rafa terlonjak kaget.

Wizzy merasa bersalah ketika melihat Rafa yang menunduk dalam, punggungnya bergetar. Ah, mungkin dia menangis.

Duh imut banget sih ni cowok. Jadi makin suka kan gue, batin Wizzy sambil menggigit bibir bawahnya.

Tangan Wizzy terangkat, hendak mengelus punggung Rafa, tapi bukanya tenang, tangisan Rafa semakin kencang.

"Huaaaa, kak daren afa takut. Huaaa" tangis Rafa semakin keras, membuat Wizzy kalang kabut. 

🐾🐾

Pelajaran sudah dimulai, semua siswa kelas XI IPA 1 itu duduk diam ditempat masing-masing. Yah, itu kelas isinya orang pinter semua njir.

Wizzy juga bingung kenapa dia bisa nyasar kekelas unggulan itu. Wizzy mendengus kesal saat guru yang mengajar didepan tak memberikanya waktu beristirahat.

"Ni guru nggak capek apa ngoceh mulu, nyatet terus lagi. Minum obat kuat merek apa sih" gerutu Wizzy pelan.

Dinda yang duduk disamping Wizzy hanya terkekeh pelan. Memang seperti itu sifat asli Wizzy yang akan ia tunjukkan untuk orang terdekatnya saja.

"Eh din" panggil Wizzy. Dinda hanya berdehem pelan membalas panggilan Wizzy.

"Tadi ada anak cowok nangis loh" ucap Wizzy sambil melirik kearah Rafa yang masih menulis. Rafa yang mendengar hal itu langsung berhenti menulis, kemudian menunduk.

"Njir sapa emang? " tanya Dinda tanpa ekspresi. Jujur ia sudah tau siapa yang dimaksud oleh sahabatnya itu.

"Ke-" belum sempat Wizzy menjawab, tapi suara isakan kembali terdengar. Duh, Wizzy salah ngomong.

"Hiks...hiks..bang daren..hiks..." Suara isakan itu berasal dari bibir tipis Rafa. Beruntungnya, dia duduk dibangky belakang, jadi guru tak akan mendengarnya.

Daren yang mendengar suara isakan dari sahabat yang sudah ia anggap adiknya sendiri itu langsung menoleh. Dilihatnya Rafa yang masih menangis sambil menunduk. Daren langsung mendekap tubuh Rafa dan mencoba menenangkanya.

"Cup cup jangan nangis. Nggak usah takut, bang daren ada disini jagain afa" ucap Daren mencoba menenangkan Rafa, dan itu berhasil. Rafa terdiam dan menatap Daren sebentar kemudian kembali menatap kedepan, mendengarkan kembali guru yang berceloteh.

Duh, ni anak ya makin hari makin imut aja. Pengen gue karungin deh ni anak, batin Wizzy yang sedari tadi melihat interaksi antara Daren dan Rafa. Sungguh menggemaskan menurutnya.

🐾🐾

Dikantin, Wizzy duduk berdua dengan Dinda yang disampingnya. Mereka duduk hanya berdua di kursi panjang yang berada dipojok kantin, padahal saat itu kantin sedang ramai-ramainya. Tidak ada yang berani menempati tempat duduk milik Wizzy.

"Eh zy, kok lo bisa sih suka sama Rafa,  udah manja, cengeng lagi. Padahal banyak badboy lo yang mau sama kamu" ucap Dinda memecah keheningan yang sedari tadi menemani.

"Nggak tau deh. Gue gak suka badboy, gue sukanya itu sama cowok manja bin cengeng kayak Rafa. Menurut gue dia langka, dan harus tetap dilestarikan" jawab Wizzy mantap.

"Dih, aneh lo. Banyak cowok keker diluar sana yang mohon-mohon biar bisa jadi pacar lo, eh lo nya malah milih cowok lembek kek Rafa"

"Justru itu, gue yang akan jagain Rafa. Dah lah, lo sekali lagi hina Rafa, gue tampar lo"

"Hiye deh hiye"




🍁🍁🍁

Cerita yang udah lama pengen aku buat tapi nggak pernah ada waktu.

Next or No?

My Perfect boyfriends (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang