3. Chocolate.

33 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya
Setidaknya hargai tulisan ini yaa
Enjoy and happy reading!!

*****

Sakha memasukki ruang osis, lalu duduk ditempatnya. Dibelakang laki-laki itu ada Alva yang sedari tadi mengikutinya, sekarang ia juga ikut duduk disebelah Sakha.

Tadi, saat istirahat Sakha memang menginfokan pada grup osis di wa, agar pulang sekolah mereka bisa meluangkan waktunya untuk rapat sebentar.

Sakha harus segera meluruskan masalah yang pagi tadi sempat dibicarakan olehnya dengan Alva. Ia harus mendapat kejelasan dari orang itu, karena osis tak menerima anggota yang lalai.

Awalnya Sakha hanya meminta Alva agar gadis itu saja yang datang, namun Alva juga mengatakan bahwa mereka harus merapatkan tentang acara tahunan sekolah, serta pemilihan ketua osis baru. Karena kan, kelas 12 sudah tidak diwajibkan lagi untuk mengikuti organisasi, beberapa bulan kedepan mereka harus disibukkan dengan persiapan untuk ujian. Walaupun masih beberapa bulan lagi, tapi harus dipersiapkan dari sekarang.

"Masih ada yang diluar?" Tanya Sakha dengan sedikit keras, agar semua yang ada didalam ruangan bisa mendengarnya. Sebenarnya kalau Sakha mengucapkannya dengan pelan, semua orang masih bisa mendengarnya, karena situasi saat ini cukup hening.

"Couple Le, belum dateng, Sak," jawab seorang perempuan yang duduk dibarisan depan.

"Mojok dulu tuh, pasti," sahut teman sebangkunya.

"Tadi sih gue liat masih di kantin, Kak. Katanya mau beli minum buat anak-anak," ini yang menjawab seorang laki-laki yang duduk dibangku kedua dari belakang.

Couple Le yang mereka maksud adalah Lea dan Leo, nama lengkap mereka sebenarnya Alea dan Leonardo, cuma mereka terbiasa dipanggil Lea dan Leo. Dan saat ini mereka sedang menjalin hubungan, makanya anak-anak osis memanggilnya dengan sebutan itu.

Lea dan Leo merupakan bendahara osis. Dan setiap diadakan perkumpulan, mereka berdua diwajibkan untuk membeli minum yang nantinya akan diberikan kepada setiap anggota yang ikut rapat.

"Panggilin, suruh cepetan," titah Sakha.

Mereka yang ada diruangan saling menatap satu sama lain, ini yang disuruh oleh Sakha siapa? Tapi, untungnya ada orang yang mau berdiri dan hendak menyusul Lea dan Leo.

Dia berjalan, namun saat membuka pintu langkahnya terhenti dan berbalik kembali menuju bangkunya.

Ternyata, Lea dan Leo sudah ada disana. Tangan mereka sama-sama menjinjing plastik yang isinya minuman N* green tea, dan Fr*sh tea.

"Eh, San! Bantuin kek elah, malah pergi lagi!" Kesal Lea karena tadinya ia mengira bahwa Sandi— orang yang hendak menyusul mereka berdua tadi —akan membantunya.

"Kalian kan udah berdua, masa minta bantuan Sandi lagi sih?" Heran Widiya, perempuan yang duduk dibarisan depan.

"Kita capek tau. Jarak dari kantin kesini kan lumayan," jawab Lea lesu. Gadis itu kemudian berjalan dan menaruh kreseknya di meja paling depan, begitupun dengan Leo yang berada dibelakangnya.

Kemudian mereka berdua duduk ditempat yang sudah biasa mereka tempati.

"Oke, udah semua kan?" Tanya Sakha yang mendapat anggukan dari semuanya.

"Jangan ada yang ngobrol, atau apapun itu, selain dengerin gue dan Alva ngomong. Kalau mau ngobrol, sebaiknya keluar," peringat Sakha terlebih dahulu, dan mereka mengangguk mengerti. Di osis tak ada satupun orang yang berani membantah Sakha, seperti yang dibilang Sheika dan Noah saat mereka dirumah, kalau tatapan tajam Sakha itu cukup menyeramkan. Dan para anggota osis tak ingin mendapat tatapan menyeramkan itu dari ketua mereka.

Geminos "Are Betrayed"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang